Yudha Aditya Fiandra

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Al...

Selengkapnya
Navigasi Web
BE YOUR SELF, TULIS SESUAI DIRIMU

BE YOUR SELF, TULIS SESUAI DIRIMU

Oleh : Yudha Aditya Fiandra, S.Pd., M.Kom

Ketika membaca banyak tulisan penulis hebat di Gurusiana, Anda pastinya bisa menemukan banyak genre tulisan yang berbeda, gaya tulisan yang berbeda. Perbedaan ini ibaratkan warna-warni indah yang membentuk hadirnya pelangi. Bagi saya pribadi, perbedaan ini menguntungkan pembaca, pembaca akan menikmati banyaknya tema tulisan, gaya tulisan, bermacam jenis puisi dan opini dari penulis di Gurusiana.

Lalu apa yang menjadikan fokus bahasan tulisan dan gaya menulis seorang berbeda-beda? Menurut saya ada beberapa faktor.

1. Latar Belakang Penulis

Mengapa latar belakang menjadi faktor utama, namanya saja sudah latar belakang, tentunya ini adalah yang melatari perbedaan fokus tema tulisan dan gaya menulis guru di Gurusiana. Latar belakang ini mencakup banyak hal, bisa latar belakang pendidikan penulis, latar belakang jabatan penulis di sebuah instansi, latar belakang tempat tinggal ataupun latar belakang jenjang pendidikan dimana penulis bertugas (SD / SMP / SMA).

Saya sendiri berlatar belakang S1 Pendidikan Teknik Informatika (jurusan ini 50% kependidikan dan 50% ilmu komputer), lalu melanjutkan S2 Komputer (100% komputer, tajam membahas komputasi seperti machine learning, data mining, big data dan lainnya). Background teknologi khususnya teknologi digital, membuat fokus tulisa saya banyak membahas kaitan teknologi dengan pendidikan di Indonesia, toh bukannya kita seharusnya menulis apa yang dekat dengan kita?

Penulis lainnya juga begitu, seorang yang datang dari latar pendidikan Bahasa Indonesia misalnya, tentu tema tulisannya tajam seputaran itu, ditambah dengan gaya penulisan nan rapi, tidak seperti tulisan saya yang “centang perenang”.

2. Pengalaman Penulis

Pengalaman juga menjadikan gaya tulisan setiap orang berbeda-beda. Ada yang sudah berpengalaman puluhan tahun menjadi guru, tentu akan sangat kaya dengan “best practice”, sangat mengusai permasalahan dunia pendidikan, sehingga tulisannya matang dengan ide, gagasan dan pemecahan sebuah masalah. Pengalaman dalam jabatan tertentu juga menjadikan warna berbeda dalam tulisan, seseorang yang menjabat jadi pengawas sekolah, kepala sekolah atau jabatan apapun itu, akan mempunyai wawasan tajam di bidangnya. Bisa saja wawasan didapat dari membaca buku, namun pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman saya di dunia pendidikan belum seberapa kalau dibandingkan dengan guru senior lainnya, lalu bagaimana cara mengakali kurangnya pengalaman tersebut? Ya, banyak membaca dan mendengar dari pendahulu yang sudah berjibaku di bidang ini berpuluh-puluh tahun.

Apa yang ingin saya sampaikan? Penulis hebat tidak lahir secara instan, butuh waktu, pengalaman disini tidak hanya pengalaman dalam bidang profesinya, tetapi bisa pengalaman dalam menulis itu sendiri. Semakin banyak seseorang menulis, semakin matang penulisannya.

3. Apa yang Menjadi Bacaan Penulis

Ini juga yang terpenting, input menentukan output, sering membaca jurnal ilmiah, tentu gaya tulisan tidak jauh-jauh dari sana. Sering membaca novel, tentu gaya tulisan penulis juga akan berbeda. Apabila seorang penulis banyak membaca tema-tema tulisan tertentu, maka secara tidak langsung memorinya akan diisi oleh pengaruh tulisan yang dibaca.

Pertama, apa yang tema yang dibaca penulis, menentukan fokus dan gaya tulisannya. Kedua, ini tidak kalah penting, dari banyak buku yang sering dibaca penulis, tentu ada pengarang buku favorit penulis. Ya, saya sendiri suka membaca tulisan Prof. Rhenald Kasali, banyak buku beliau, hampir semua mungkin sudah saya baca. Saya terpengaruh? Tentunya iya, karena input yang banyak masuk adalah tulisan beliau, saya yang menyenangi membaca buku pengembangan diri, mindset dan perubahan sosial berkaitan dengan teknologi, mengakibatkan saya tersasar di buku beliau. Tentunya kita sebagai penulis tidak boleh hanya membaca buku dari satu jenis buku dan pengarang saja, kita harus banyak membaca dari genre lainnya. Namun percayalah, setiap penulis pasti memiliki idola masing-masing dalam menulis yang mempengaruhi gaya tulisannya yang kemudian membentuk karakter tulisan baru dan menjadi pembeda dengan penulis lainnya.

4. Sasaran Penulis

Sasaran tulisan tentu sangat menentukan gaya tulisan kita sebagai penulis. Misalkan sasaran pembacanya remaja, tentu tulisan akan lebih disederhanakan temanya, gaya bahasanya dan diksi yang dipakai. Saya pribadi lebih menyasar kepada pembaca remaja akhir sampai dewasa akhir (kira-kira umur 18 – 45 tahun) karena saya merasa tulisan saya bisa diterima oleh orang dengan rentang umur tersebut. Tulisan saya yang banyak membahas pola pikir, perubahan dan teknologi yang dirasa lebih mudah diterima pembaca di umur produktif.

Jadi jika tulisan Anda sebagai penulis tidak diminati, jangan berkecil hati, ini hanya masalah pasar saja, bukan karena tulisan kita jelek. Penempatan sasaran tulisan akan sangat berpengaruh terhadap minat pembaca tulisan atau buku kita.

Tetaplah menulis, meski tidak terlalu ramai pembaca, tidak terlalu diminati. Minimal menulis sudah membebaskan diri kita, melonggarkan saraf-saraf, meningkatkan kreatifitas, melatih menyusun kalimat yang efektif. Intinya menulis baik untuk otak, tanpa harus khawatir tulisan dibaca atau tidak. “be your self, write your knowledge and experience”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selalu senang rasanya saat mebaca tulisan pak Yudha. Mengalir indah dan mudah dicerna. Asyik untuk dinikmati tidak membosankan, karena ditulis dengan own style nya Pak Yudha. Tentu saja, karena setiap orang punya gaya penulisan yang berbeda...Dan yang paling penting dalam menulis adalah ya menulis saja, tanpa harus khawatir memikirkan siapa atau ada atau tidak yang membaca tulisan kita. Karena menulis adalah terapi menyehatkan bagi jiwa. Dengan menulis kita bisa menyalurkan ide, pikiran, gagasan bahkan unek-unek yang mengganjal di hati. Andai tak bisa dikeluarkan, bukankah akan menjadi penyakit bagi jiwa, dada terasa sesak dan penuh, otak rasanya kepenuhan. Maka dengan menulis berati kita mentransfer kelebihan isi kepala kita, juga isi hati kita.Barakallah, semoga sehat dan bahagia selalu, salam literasi

18 Nov
Balas

Komentar diatas adalah juga salah satu contoh tulisan yang mengalir dengan indah. Komentar menyejukan dan memotivasi penulis untuk konsisten dijalannya, terimakasih Mbak Fitri. Salam literasi.

19 Nov

Paragraf terakhir saya sangat setuju....karena tulisan saya termasuk yang sepi pembaca. Tapi seperti yang Anda tulis bahwa menulis bisa melonggarkan saraf, memberikan efek bahagia manakala tulisan selesai dibuat. Tulisan yang inspiratif...jazakallah

13 Nov
Balas

Sepi bukan berarti tulisan kita tidak bagus Buk, hehe. mungkin pasarnya saja berbeda dan masalah timing aja Buk. Salam kenal.

13 Nov

Keren Pak Guru. Salam kenal ya

13 Nov
Balas

Terimkasih Buk Fera telah berkunjung. Salam kenal kembali Buk :D

14 Nov

Tulisan pak Dosen selalu keren...

18 Nov
Balas

Terimakasih Mbak Faidah , hehe salam kenal ya Mbak.

19 Nov

Keren pak yud.. jadi nambah inspirasi dalam melihat dan menggali potensi menulis kita..

13 Nov
Balas

Haha, terimakasih Pak Nurdin datang berkunjung, semua penulis berbakat dengan aliran tulisan masing-masing hehe.

13 Nov



search

New Post