Yudha Aditya Fiandra

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Al...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERPIKIR CARA BERPIKIR
(Series

BERPIKIR CARA BERPIKIR

Oleh : Yudha Aditya Fiandra, S.Pd., M.Kom

“Only two percent of the people think, three of the people think they think and ninety five percent of the people would rather die than think.” - George B. Shaw.

Untuk penggolongan manusia berdasarkan cara mereka berpikir, di dunia ini manusia terbagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama mereka yang benar-benar berpikir, populasi kelompok ini hanya 2% dari total manusia di dunia ini. Kelompok kedua mereka yang berpikir mereka sudah berpikir padahal tidak berpikir sama sekali, kelompok ini berisikan 3% dari total populasi manusia. Terakhir ada kelompok yang memilih mati saja daripada berpikir, kelompok ini paling dominan mengisi dunia ini, ada 95%. Anda berada dikelompok mana?

Benarkah demikian?

Faktanya, hanya ada 2% dari seluruh penulis di dunia yang menjadi penulis hebat dan terkenal, hanya ada 2% pengusaha yang mampu bertahan dan konsisten dengan usahanya dari awal sampai menggapai tangga kesuksesan, hanya ada 2% pejabat pemerintah yang benar-benar bekerja untuk melakukan perubahan di instansi yang ia pimpin, hanya ada 2% dari seluruh mahasiswa yang berpikir kritis serta menjadi penggagas gerakan perubahan di Indonesia.

Hal demikian juga terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Hanya ada 2% dari total keseluruhan guru yang ada di Indonesia yang benar-benar dari dalam jiwanya berkeinginan menjadi seorang pendidik, menjadi guru profesional dan mempunyai kompetensi yang baik. Ada 3% guru sisanya yang hanya sibuk dengan urusan administrasi, mengajar bukanlah panggilan jiwanya. Terakhir ada 95% sisanya yang hanya menjalankan kewajiban mengajar untuk menyelesaikan kurikulum yang ada, tanpa beban, hanya menyalin isi buku lalu menuangkannya kedalam otak peserta didiknya, ironi.

Pertanyaannya, mengapa di dunia ini hanya ada 2% orang yang benar-benar serius mengembangkan dirinya? Jawabannya, karena yang lain terperangkap dalam mentalitas penumpang, zona nyaman dan keadaan autopilot. Hanya ada 2% di dunia ini manusia yang mempunyai mental penggerak (driver), sementara sisanya hanya menunggu untuk digerakan (passenger).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang lugas, kritis dan reflektif...sangat pantas untuk direnungkan... Miris memang, apalagi sejak adanya program sertifikasi guru, tak dapat dipungkiri, kdg malah menimbulkan saling rebutan jam.Parahnya lagi ada tiikal guru yg hanya mengejar jumlah jam minimal sekedar bisa memenuhi syarat cairnya tunjangan sertifikasi, dan menolak meski hanya berlebih 1 jam... Dan ini nyata, sering kita lihat di hadapan kita... Mengajar hanya demi tunjangan sertifikasi cair Meski tentu tak semua guru bermental demikian Tetap tersisa 2 persen yg ada tak ada tunjangan sertifikasi, mengajar adalah bagian dr hidupnya Kita termasuk di persentase yang mana? Semoga tetap mampu terus berbenah.. Terimakasih untuk tulisan yang jujur ini. Semoga sehat, bahagia selalu

12 Nov
Balas

Nah, tepat sekali Buk Fitri, terimakasih telah menambahkan, ini semakin melengkapi fakta dilapangan hehe. Sekali lagi terimakasih. Salam kenal

13 Nov

Mas Yudha, klaim bahwa hanya 2 % guru yang benar-benar ingin menjadi pendidik dan profesional rasanya terlalu berlebihan. Rasanya kelompok ini lebih dari sekedar 2 %. Salam sehat n salam kenal.

12 Nov
Balas

Terimakasih tanggapannya Pak Agus Siswanto, benar pak mungkin klaimnya berbeda pada setiap orang. Saya mencoba melihat dari sudut pandang saya pak dan melihat guru yang ada di generasi seumuran saya, gaji guru yang sudah naik, tunjangan tambahan penghasilan ditambah dengan sertifikasi adalah daya tarik utama seseorang melamar jadi guru khususnya PNS saat ini. Ini terjadi di generasi seumuran saya pak (25 - 35 tahun). Memang benar, kalau generasi guru dahulunya adalah tipe-tipe pendidik sejati, gaji kecil, pengabdian luar bisa, respect. Itupun hanya sebagian kecil Pak, kita tidak boleh menutup mata, masalah angka mungkin hanya berbeda tipis saja dari 2%, maaf kalau analisa saya berbeda Pak. Sudut pandang kita saja yang membuatnya berbeda pak Agus. Salam kenal Pak.

12 Nov

Yah memang harus diakui, peningkatan kesejahteraan guru juga berdampak pada motivasi sebagian guru. Ok, mas Yudha. Jujur saya bangga dengan tipikal guru muda macam mas Yudha. Sukses selalu.

12 Nov

Meski pahit, tapi memang harus diakui. Soal kita termasuk pada kelompok yang mana, kembali terpulang pada diri masing-masing ingin masuk kelompok yang mana. Andaipun tidak masuk ke dalam yang 2%, semoga selalu ada usàha untuk bisa masuk ke dalamnya. Masya Allah, tulisan yang cherrreeennn. Jazakallah khoir untuk tulisan yang mencerahkan ini. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.

12 Nov
Balas

Ada beberapa guru mungkin diluar sana yang mungkin bersikap "resistant" dengan tulisan berupa fakta dilapangan yang mengungkapkan kinerja negatif guru, bukannya intropeksi diri, malah cenderung membantah "saya tidak begitu kok, saya sudah melakukan dengan baik kok". Hanya segelintir orang seperti Buk Raihana dan Pak Agus misalnya yang bisa menerima fakta dilapangan. Dan faktanya orang-orang yang mampu menerima kritik di dunia ini hanya 2% saja dari total manusia, kembali lagi ke teori 2%, guru penulis pun mungkin hanya ada 2% dari total guru di Indonesia, cek aja buk hehe.. semua yang terbaik hanya ada 2%.

13 Nov



search

New Post