Yudha Aditya Fiandra

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Al...

Selengkapnya
Navigasi Web
HARAPAN GURU MILENIAL UNTUK MENTERI MILENIAL
(Menyonsong Pendidikan 4.0)

HARAPAN GURU MILENIAL UNTUK MENTERI MILENIAL

Salam Milenial, Salam Pemuda.

Sebelumnya saya ingin ucapkan selamat berjuang untuk “Uda Nadiem” (Uda : sapaan sopan untuk lelaki yang lebih tua di Minangkabau).

Saya mungkin tidak terlalu paham permasalahan pendidikan Indonesia yang begitu kompleks, saya terbilang baru di dunia persilatan pendidikan Indonesia, saat ini saya berumur 25 tahun. Saya dan Uda Nadiem berada pada generasi yang sama, “milenial” atau “Gen Y”, generasi yang lebih mementingkan kepuasan dalam berkarya daripada materi berupa uang, generasi yang senantiasa berinovasi dan menyukai hal-hal baru. Saya berharap tulisan ini menjadi perwakilan seluruh guru milenial di Indonesia.

Saya juga tidak terlalu paham alasan utama Uda Nadiem rela meninggalkan Gojek yang telah dibesarkan dengan berdarah-darah hanya demi mengabdi di pemerintahan. Padahal kita semua tahu bahwa Gojek saat ini telah menyandang status decacorn yang artinya telah bervaluasi 10 miliar USD atau setara dengan Rp 142 triliun, valuasi yang sangat luar biasa besarnya, bahkan hampir 14 kali lipat melebihi valuasi maskapai Garuda Indonesia yang hanya Rp 11 triliun. Apapun alasan Uda Nadiem meninggalkan Gojek, Uda Nadiem telah banyak menginspirasi banyak milenial lainnya.

Saya juga tidak ingin terlalu mengaitkan Uda Nadiem dengan Gojek, karena Gojek berbeda dengan Kemendikbud-Dikti. Ujung tombak Gojek adalah pengendara ojek online yang diperlakukan sebagai mitra, mitra yang tidak mematuhi aturan yang berlaku di Gojek bisa “dipecat” hari itu juga. Hal yang sama tidak mungkin Uda Nadiem lakukan di kementerian yang Uda Nadiem pimpin hari ini, guru yang merupakan ujung tombak pendidikan apabila tidak mematuhi program yang dirancang, tidak mungkin Uda Nadiem “pecat” hari itu juga, yang bisa Uda Nadiem lakukan tentu pembinaan secara bertahap. Ini merupakan tantangan tersendiri Uda Nadiem 5 tahun ke depan.

Anak Tiri Literasi Digital

Saya pun tidak akan terlalu mengupas literasi secara umum, karena mungkin tulisan lain sudah mengupas tuntas itu semua. Saya juga tidak peduli sedikitpun tulisan ini dimuat dalam “Antologi” atau tidak, ini murni keresahan guru milenial. Saya hanya mencoba memberi warna berbeda dalam tulisan ini dengan latar belakang sebagai guru ICT, jadi tidak mengherankan kalau tulisan saya ini sarat dengan aroma ICT.

Kita semua paham bahwa tantangan pendidikan Indonesia saat ini adalah mempersiapkan generasi abad ke-21, oleh guru abad ke-20, dengan suasana kelas abad ke-19, cara mengajar abad ke-18 dan pola pikir abad ke-17.

Kita soroti kalimat “mempersiapkan generasi abad ke-21”. Uda Nadiem pasti sangat paham keterampilan apa saja yang dibutuhkan siswa di abad ke-21 ini. World Economic Forum sudah memetakan keterampilan yang wajib dikuasai untuk hidup di abad ke-21, ada 16 keterampilan dibagi dalam tiga domain, domain karakter, kompetensi dan terakhir yang paling penting saat ini, “literasi”.

Literasi secara umum merupakan PR kita bersama, berada pada nomor 62 dari 70 negara dalam skor Program for International Student Assessment (PISA-OECD) pada tahun 2015 lalu, seharusnya membuat kita tersadar, bahkan Thailand (peringkat 55) dan Vietnam (peringkat 21), negara yang pertumbuhan ekonomi dibawah kita saja mempunyai peringkat skor PISA yang jauh lebih bagus, malu kita Uda Nadiem.

Saat ini, gerakan literasi di sekolah sudah cukup baik, mulai banyak bermunculan sudut baca di sekolah, gerakan guru menulis pun sudah banyak menghasilkan guru literat, kita seharusnya mempertahankan yang sudah baik sembari tetap menggali ide-ide baru. Namun sering terlupakan, literasi tidak hanya baca tulis saja.

Banyak dari kita mempunyai persepsi yang salah tentang apa itu literasi. Literasi dalam bahasa Latin disebut sebagai literatus yang artinya adalah orang-orang yang belajar. Pada abad 21 ini, literasi bukan lagi hanya kemampuan membaca dan menulis saja, namun lebih kompleks, literasi kini erat kaitannya dengan kemampuan memahami, menyaring dan menganalisis informasi (Lankshear & Knobel, 2008).

Domain foundational literacies yang dipetakan oleh World Economic Forum terdiri dari enam jenis literasi, selain literasi membaca, menulis dan berhitung, ada empat jenis literasi lainnya wajib dikuasai sebagai modal menjadi manusia yang hidup di abad ke-21, empat lainnya ialah literasi sains, literasi keuangan, literasi sosial budaya dan terakhir literasi yang menjadi sorotan utama saya,“literasi digital”.

Urgensi Literasi Digital

Uda Nadiem yang saya idolakan.

Dalam suatu kesempatan wawancara di Istana Kepresidenan, Uda Nadiem menyampaikan bahwa terpilih sebagai Menteri karena Uda Nadiem lebih mengerti apa yang akan terjadi di masa depan. Pastinya Uda Nadiem sangat paham literasi digital adalah masa depan.

Pergeseran media baca dari buku cetak menjadi buku elektronik (Ebook) saat ini sudah terasa kentara. Siswa/i Indonesia (Gen Z dan Gen Alpha) saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya ketimbang di dunia nyata. Siswa/i kita saat ini adalah generasi dengan limpahan akses informasi, berbeda dengan generasi 15 – 20 tahun sebelumnya. Generasi yang kita ajar saat ini adalah generasi yang “terseret” karena saking kuatnya arus informasi, mereka tidak lagi membutuhkan sumber bacaan “konvensional”, apa yang ingin mereka baca ada di genggaman mereka (smartphone), yang mereka butuhkan saat ini adalah kemampuan menyaring informasi yang begitu banyak tadi.

Efek negatif dalam dunia digital seperti penipuan, pornografi, cyber bullying, pelanggaran privasi, hingga penyebaran hoaks bisa kita atasi dengan penguatan literasi digital. Uda Nadiem pun pernah mengatakan bahwa peran teknologi sangat penting, kami guru milenial sangat setuju. Namun saya merasa, literasi digital saat ini tidak hanya tentang mengenalkan teknologi digital pada siswa/i tapi lebih kepada bagaimana menanamkan etika moral dalam dunia digital.

Harapan Muncul

Banyak harapan yang ditujukan kepada Uda Nadiem, ini dan itu, permasalahan dunia pendidikan memang kompleks, banyak yang harus Uda Nadiem benahi, namun kami guru milenial berharap literasi digital mendapatkan perhatian khusus.

Mendikbud sebelumnya (Bapak Muhadjir Effendy) telah menyiapkan mata pelajaran “informatika” (jenjang SMP dan SMA) untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, saya berharap dengan pergantian Menteri, mapel informatika semakin dipersiapkan dengan matang. Tidak hanya memuat materi yang berkaitan dengan computational thinking, namun juga memuat materi yang berisikan penguatan literasi digital.

Saya berharap mapel Informatika yang sedang digodok di kementerian Uda Nadiem, setidaknya memasukan materi pendalaman literasi digital minimal 30% dari total keseluruhan materi ajar pada semua jenjang pendidikan. Siswa/i kita mungkin bisa diajarkan bagaimana “menalar hoaks” dengan menelusuri dan menganalisis sumber berita, bagaimana etika berkomentar di media sosial, bagaimana menggunakan internet dengan cerdas atau mungkin bisa diajarkan bagaimana melatih siswa menjadi pengusaha dengan memanfaatkan internet (online marketing). Ah, tentunya Uda Nadiem sangat lihai perkara “onlen-onlen”.

...

...

...

Yudha Aditya Fiandra, S.Pd., M.Kom | Guru TIK di SMPN 1 Pariaman, Sumatera Barat | 082284148693 | [email protected]

-Sedang berjuang menulis sebuah buku berjudul “Berubah atau Punah?” -

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jos. Tulisannya mengalir benar-benar mewakili guru milenial.

30 Oct
Balas

Terimakasih Pak Omank, benar pak, kami yang guru milenial (Generasi Y) saja agak kewalahan menghadapi gaya belajar siswa jaman now (Generasi Z), apalagi guru senior yang berada pada Generasi jauh diatasnya (Generasi X)...Teori perbedaan generasi menyebutkan semakin jauh jarak antar generasi semakin jauh berbeda pola pikir dan gaya belajar, semoga "Mas Nadiem" mempunyai terobosan "Jos" untuk permasalah "Gap Generation" seperti ini, terutama bidang digital. ^_^

30 Oct

Terimakasih Pak Omank, benar pak, kami yang guru milenial (Generasi Y) saja agak kewalahan menghadapi gaya belajar siswa jaman now (Generasi Z), apalagi guru senior yang berada pada Generasi jauh diatasnya (Generasi X)...Teori perbedaan generasi menyebutkan semakin jauh jarak antar generasi semakin jauh berbeda pola pikir dan gaya belajar, semoga "Mas Nadiem" mempunyai terobosan "Jos" untuk permasalah "Gap Generation" seperti ini, terutama bidang digital. ^_^

30 Oct

Wah...keren banget ini, tulisan seorang bapak guru muda untuk bapak menteri yang juga masih muda, namun sama-sama berpikiran maju dan terbuka, namuntetap perduli dampak negatif yang bisa menjangkiti generasi muda milenial, gen Y dan alfa. Tulisan ini menggambarkan semangat anak muda hebat Indonesia yang keren, masya Allah, perlu banyak belajar dari guru muda yang kreatif dan menguasai IPTEK dan IT juga tetap menjaga imtaq. Guru muda lebih bisa diterima oleh siswa dengan pola pikir dan perilaku yang bisa menyelami anak-anak muda lainnya(murid), meski begitu perlu juga dicari solusi yang humanis terhadap guru-guru yang sudah tua, yang berasal dari generasi sebelumnya, masih aktif bertugas, dan sebagian terengah-engah saat harus mengalami kecepatan perubahan sistem informasi. Setidaknya, dari ilmu dan pengalaman mereka kita juga bisa meminta saran , nasehat bijaksana tentang akhlak mulia, aamiin. Maju tanpa harus ada yang tersingkirkan, tapi bersama dan saling membersamai dan melengkapi

01 Nov
Balas

Mantab suratap, pemikiran generasi milenial yang luar biasa, terus berkarya dan berbagi, Barokallah

30 Oct
Balas

Yo ..., sabana rancak nanda Yudha, cocok ko generasi milinial, Insyaallah tulisan nanda Yudha masuk antologi, Ko Atuk Ferial dari Solok paralu baraja ka nanda baco juoalah artikel atuk, tolong dikasih koment yo nanda

30 Oct
Balas

Haha, ado urang awak kironyo, terimakasih Atuk Ferial, siap pak, segera dibaca hehe..

31 Oct

Terimakasih Pak Ahmad Syaihu (salah satu penulis populer yang tulisannya banyak dibaca di Gurusiana). ^_^ Saya baru bergabung, mohon bimbingannya pak, semoga setelah hari ini akan konsisten selalu menulis di Gurusiana minimal 1 tulisan 1 hari.

30 Oct
Balas



search

New Post