Yudha Aditya Fiandra

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Al...

Selengkapnya
Navigasi Web
MASSIVE OPEN ONLINE COURSES (MOOC)
(Menyonsong Pendidikan 4.0)

MASSIVE OPEN ONLINE COURSES (MOOC)

Pembelajaran berbasis daring (online) menjadi tren di sejumlah perguruan tinggi baik swasta maupun negeri di Indonesia, sekan menjadi jawaban kemajuan teknologi digital yang begitu pesat saat ini. Pembelajaran daring dianggap sebagai masa depan dunia pendidikan, pembelajaran ini menjadi favorit karena lebih sesuai dengan perkembangan zaman saat ini, tanpa harus bertatap muka dalam ruangan kelas, lebih hemat waktu, tempat dan biaya. Pembelajaran model ini sangat fleksibel, sesuai dengan selera generasi milenial saat ini yang menyukai sesuatu yang fleksibel dan instan.

Memang, pembelajaran tatap muka masih mendominasi di Indonesia, namun satu hal yang pasti, bahwa peta pendidikan tinggi saat ini mengarah kesana, menuju Massive Open Online Courses (MOOC). Pemerintah pun pernah menyatakan bahwa pembelajaran daring tidak akan bisa dihindari, alasan kenapa pembelajaran daring masih kalah dominan dari pembelajaran tatap muka (konvensional) adalah karena pemerintah masih melakukan kajian terhadap aturan-aturan pemberlakuan kelas online, intinya pemerintah ingin memastikan lulusan pembelajaran daring berkualitas.

Meskipun saat ini persentase pelaksanaan kelas online di perguruan tinggi Indonesia tidak lebih dari 5%, saya amat meyakini bahwa ini akan menjadi masa depan pendidikan tinggi. Beberapa kampus di Amerika Serikat, seperti Harvard, MIT, Stanford, University of Michigan, Princeton, John Hopkins dan banyak lainnya, sudah lama membuka kelas online, peminatnya cukup tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran tatap muka.

Perkembangan zaman saat ini yang menuntut semua serba cepat mungkin menjadi alasan mahasiswa sekarang menyukai pembelajaran daring. Beberapa keunggulan pembelajaran daring atau kelas online yang saya coba rangkum dari berbagai sumber :

1. Siapapun boleh bergabung.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran daring bisa diikuti siapa saja tanpa ada batasan umur, entah kakek nenek yang sudah berusia diatas 60 tahun atau remaja yang masih berusia belasan tahun, bisa dengan bebas mengikuti pembelajaran daring

2. Dimanapun bisa belajar

Ya, syarat utamanya hanya koneksi internet. Pembelajaran daring hadir dalam bentuk rekaman video pembelajaran dari profesor yang mengampu pelajaran, lalu ada kuis-kuis untuk menguji pemahaman, ada juga bacaan modul elektronik, tugas-tugas serta forum diskusi online.

3. Kapanpun tidak masalah.

Tidak ada waktu khusus dalam pembelajaran daring, rekaman video pembelajaran boleh diakses kapanpun, tengah malam pun bisa, namun tentu ada catatan rentang waktu yang diberikan agar pembelajaran bisa dilanjutkan ke materi selanjutnya. Tapi meski begitu pembelajaran daring tetap lebih fleksibel daripada pembelajaran konvensional.

Apakah semua orang setuju dengan kehadiran kelas pembelajaran daring? Tidak juga, bahkan penolakan juga banyak datang dari praktisi pendidikan, mereka seakan mencemooh pembelajaran daring karena menurut mereka “belajar ya di kelas”, belajar itu harus tatap muka agar bisa memantau tingkat pemahaman murid terhadap materi pembelajaran. Sebenarnya alasan seperti itu tidak salah, ada benarnya juga, guru memang harus melakukan pemantauan sejauh mana tingkat pemahaman muridnya dalam pembelajaran. Namun, kembali lagi, ujung tombak pendidikan adalah guru, teknologi hanyalah alat dan media, guru yang membosankan tetaplah membosankan, sekalipun mereka berada di depan muridnya dalam satu ruangan kelas.

Alasan yang seakan dibuat-buat hanya untuk menunjukan penolakan terhadap perubahan zaman yang sebenarnya tidak akan bisa dihambat oleh skeptisisme. Guru tetaplah guru, medianya saja yang berubah, kalau dari awal memang gurunya tidak mempunyai passion tinggi dalam mengajar, meskipun tatap muka, tetap saja pembelajaran berkualitas tidak tercapai. Sebaliknya, jika guru yang mempunyai passion tinggi, meski dirinya mengajar dari kejauhan, membantu kesulitan peserta didiknya dengan cara hadir dalam diskusi online, saya yakin pembelajaran tuntas berkualitas dapat tercapai.

Lalu bagaimana dengan pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah? Apakah akan mengarah kepada pembelajaran daring pula? Saat ini, di Indonesia pendidikan dasar dan menengah belum terlihat mengarah kesana, karena masih disibukan dengan pembentukan karakter yang membutuhkan guru secara tatap muka, namun di masa depan mungkin saja pembelajaran daring diterapkan, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, namun kita bisa melihat arahnya. Teknologi yang hadir hari ini pun dahulunya dianggap aneh dan tidak mungkin, tapi sekarang faktanya kita hidup didalamnya.

Note : Tulisan saya diatas hanya salah satu potongan bagian dari buku yang sedang saya kerjakan berjudul "Berubah atau Punah? (Menyonsong Pendidikan 4.0)".

-- Yudha Aditya Fiandra | Gurusiana.id | 31 Oktober 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post