Yudha Aditya Fiandra

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Al...

Selengkapnya
Navigasi Web
SUMBU PENDEK
(Literasi Digital)

SUMBU PENDEK

Lemahnya literasi khususnya literasi digital di kalangan masyarakat Indonesia dikarenakan mayoritas dari kita tidak terbiasa untuk berpikir kritis. Peran guru untuk mendidik siswa berpikir kritis sangat terbatas, terbatas oleh sistem pendidikan Indonesia yang tidak memberikan banyak ruang bagi siswa untuk berpikir kritis.

Saat seluruh kendali pembelajaran ada pada guru, nyaris tidak ada ruang bagi siswa untuk ikut andil atau bereksperimen. Pengajaran hanya berdasarkan buku di kelas saja, tujuan belajar hanya sebatas nilai saja, inisiatif siswa lemah dalam proses belajar, sikap kritis siswa tidak mampu lagi terasah dengan baik, keberanian siswa mengemukakan pendapat di depan umum sangat lemah, jadilah siswa ini generasi “sumbu pendek”.

Jangan salah, sumbu pendek tidak hanya menular di kalangan peserta didik saja, gurunya pun bisa tergolong sumbu pendek. Sebelumnya apa itu sumbu pendek? Sumbu pendek adalah istilah yang ramai akhir-akhir ini, istilah ini hadir untuk memberi label pada orang-orang yang mudah tersulut emosi, entah itu tersulut emosi bahagia seperti mudah kagum atau bahkan tersulut emosi marah seperti gampang terpancing untuk memberikan ujaran kebencian terhadap pihak lain.

Sumbu pendek hadir didalam otak manusia yang malas berpikir, jangankan untuk berpikir kritis, berpikir normal saja malas. Berpikir adalah proses yang terjadi di otak, proses untuk bernalar serta merancang suatu pemecahan masalah. Jadi jika hanya membaca dan mengumpulkan informasi saja, Anda belum dikatakan berpikir.

Sebagian besar profesi saat ini menuntut seseorang berpikir kritis, seperti profesi dokter, pilot dan pengusaha atau pebisnis. Lalu bagaimana dengan profesi guru? Seharusnya iya. Profesi guru seharusnya juga menuntut pemikiran kritis, tapi sayangnya tidak banyak guru yang melakukannya, karena sistem pendidikan yang ada tidak menuntut guru melakukannya.

Ketika guru hanya mengajar dalam rangka untuk menyelesaikan kurikulum saja, hanya menyalin isi buku teks ke kepala peserta didik, pemikiran kritis apa yang bisa kita harapkan muncul? Ketika guru hanya menyalin rancangan pembelajaran dari sekolah lain atau bahkan hanya modal download dari internet, padahal kondisi kelasnya tidak serupa dengan rancangan tersebut, pemikiran kritis apa yang bisa kita harapkan muncul? Kemudian ketika guru hanya menjalankan rutinitas mengajar, masuk kelas keluar kelas sampai pensiun, malas menulis, membaca dan malas mengikuti kegiatan pengembangan diri, atau mengikuti pengembangan diri namun hanya menjadi “produk gagal pelatihan”, pemikiran kritis apa yang bisa kita harapkan muncul?

Kalau gurunya tidak berpikir kritis, bagaimana siswanya bisa demikian? Sebenarnya bisa saja kalau siswanya “siswa ajaib” yang memilih mencari contoh panutan di luar sana, bukan mencontoh gurunya yang berada di kelas, padahal tugas guru selain menjadi pengajar, juga menjadi contoh tauladan. Namun populasi siswa ajaib ini kecil, hanya 5% siswa yang berinisiatif belajar dari sumber lain selain guru, peran guru masih menentukan di era sekarang. Kita tidak ingin guru mendidik siswa zaman ini menjadi kaum sumbu pendek, kemampuan kritis dalam menyaring informasi benar-benar dibutuhkan di era digital saat ini, dimana informasi entah itu benar atau tidak, berseliweran tanpa penyaring dengan bebasnya.

Yudha Aditya Fiandra | Gurusiana.id | 5 Nov 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post