Belajar dari Surau dan Silek
“Surau dan Silek”, adalah film nasional yang mengangkat seni pencak silat. Beladiri tradisional dengan aliran yang berasal dari tanah Minang memberi warna khas gaya pencaknya. Kota Bukittinggi sebagai latar belakangnya, menambah suasana sejuk antara alam ngarai dan sawah yang menghampar hijau.
Lengkapnya adalah cerita ambisi, usaha berlatih silat, persahabatan yang kental antara sesama anak-anak satu sekolah. Cerita tentang bakti kepada orang tua. Cerita tentang kuatnya nilai-nilai Islam yang dialirkan dari kebiasaan sholat dan mengaji di surau dengan benturan di kehidupan nyata. Pesan moral yang disampaikan film ini begitu jelas bahwa Islam tidak membawa dendam namun keluhuran persahabatan.
Alhamdulillah siswa SMP, SMA, dan guru-guru Sekolah Alam Indonesia mendapat kesempatan “nonton bareng” yang difasilitasi Bank BNI Syariah. Kegiatan berlangsung di Cinere Bellevue Mall. Suasana sangat meriah. Seluruh siswa dan guru dijamu sangat ramah dengan masing-masing semangkuk popcorn dan segelas ice tea.
Ada tiga kalimat kunci, setidaknya yang saya tangkap. Pertama adalah sholat, shalawat, dan silek (silat). Ketiganya menjadi satu garis sambung yang tidak bisa dipisahkan. Jika terpisah maka terjadi ketimpangan. Kemampuan silat yang hebat jika tidak diimbangi dengan penguasaan diri dan ketaatan kepada Sang Pencipta akan menimbulkan rasa takabur. Kedua adalah lahir silat mencari kawan batin silat mencari Tuhan. Artinya bahwa silat sebagai kegiatan membangun ukuwah juga mendekatkan kepada Sang Penguasa Alam Semesta. Ketiga adalah percuma pandai bersilat jika lupa kepada Allah. Semakin pandai seseorang menguasai silat maka seharusnya semakin tahu ada banyak kekuatan yang melebihi dirinya. Sehingga semakin rendah hati bahwa segala kekuatan dan kehebatan berasal hanya dari Sang Pemilik Jiwa.
Setidaknya, film “Surau dan Silek” menyadarkan kita semua untuk percaya bahwa hanya kepada Sang Maha Kuatlah kita tunduk dan berharap.
Kang Yudha
**(censored)**
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Seakan mendengar kembali cerita dari uda2 yang pernah mengalami kisah ini, anak lelaki WAJIB belajar silat setelah beribadah dan mengaji di surau.keren Kang......!
Saya kangen minang nih bu.
3S yang sungguh mulia untuk diamalkan..saya belum nonton film ini, dan baru tahu sekarang, trimakasih pa yudha, jadi pengen tahu isi filmnya...
Iya bu. Semoga bisa menemukan filmnya.
Makasih pak Yudha K, telah ngingatkan masa2 kecil yg penuh kenangan.
Makasih pak Yudha K, telah ngingatkan masa2 kecil yg penuh kenangan.
Alhamdulillah Pak Suhari. Ini juga menjadi kenangan masa kecil saya juga. Semoga bermanfaat ya pak.
Apakah bukunya ada pak ? Saya lbh suka membaca drpd lihat film.
Film ada, buku ada bu Sri.
Banyak pesan moral yang bisa kita ambil...jadi ingin nonton filmnya.
Sudah tidak beredar bu. Bisa cari di CD yang banyak dijual di pasar bebas. Bisa juga download dari youtube.
bapak Yudha tulisannya selalu inspiratif
Terima kasih bu. Semoga berguna.
Sekarang anak silek belum tentu shaleh,...makanya kita perlu kembali ke Surau ya Pak Yudha..
Benar bu. Mengikuti jejak ulama minang. Para buya belajar islam dan silat sebagai bekal menjadi pejuang.
Saya suka dengan tiga kalimat kuncinya. Sepertinya pesan-pesan itu yang akan disampaikan ke penonton ya. Luar biasa.
Benar bu. Penuh filosofi minang dan islam.
silek budaya yang harus dilestarikanjangan sampai hangus oleh panasnya arus globalisasi
Sepakat bu. Walau cuma numpang lahir, minang memberi kesan yang indah.
Silek adalah silat dalam bahasa Minabg. Bukan begitu Pak?
Betul pak. Terima kasih sudah mampir.
Jadi ingin nonton filmnya. Masih adakah?
Filmnya sudah ditarik dari peredaran. Kemungkinan penontonnya sedikit. Film pendidikan sering kurang diminati. Tapi bisa cari CD nya atau download dari youtube.
Silat shalawat shalat.. ke 3 nya harus seimbang ya
Wah dah nonton juga ya bu. Hebat.
sy jga bl, nonton..baru tau dr pak Yudha....mesti kita kaki ya...kena film pendidikan sekalipun bagus kurang di minati....ke apa ya sinetron yg jelas2 hanya me,bohongi kita begitu menarik ...berarti penonton sukanya di bohongi ya....hehhehe...
Setuju bu. Masyarakat perlu diedukasi. Pemerintah yang mempunyai kebijakan juga perlu membuat aturan yang mendidik masyarakat. Sehingga masyarakat Indonesia semakin terdidik karena stimulus dan aturan yang berlaku.