Yudha Kurniawan

Salah satu editor mediaguru. Senang eksplorasi wilayah baru. Menjadi tenaga volunteer di beberapa wilayah baru, Indonesia dan CLC Etania Sabah Malaysia. Menjadi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Saya dan Komunitas

‘Ngomongin” komunitas tidak ada habis-habisnya. Saya termasuk yang terprovokasi di dalamnya. Betapa melenakan topik “komunitas” di pikiran saya. Hingga saat ini. Hampir dua puluh tahun bergelut di sebuah komunitas sekolah. Lima belas tahun bergelut di komunitas pertanian. Keduanya seperti siang malam. Saling melengkapi. Bisa jadi karena lantaran background pendidikan saya di pertanian dan pekerjaan saya di bidang pendidikan. Keduanya telah menjerat saya tanpa terasa bertahun-tahun berjalan.

Kalau menilik pemahaman https://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas, bahwa komunitas adalah kelompok sosial yang umumnya memiliki kesamaan ketertarikan. Ada maksud, kepercayaan, harapan. Ada sumber daya dan kebutuhan. Kalau mengacu pada asal bahasanya berasal dari bahasa Latin, communitas yang berarti kesamaan. Tentunya karena kesamaan itulah yang membuat manusia berkelompok.

Kembali kepada cerita saya yang terprovokasi dengan komunitas yang telah membuat saya menua di dalamnya. Alhamdulillahnya saya mengeluti serpihan-serpihannya. Kenapa demikian? Mungkin karena banyak belajar. Khususnya di bidang pendidikan yang sebenarnya sangat asing waktu pertama menginjakkan kaki di sebuah sekolah yang tidak biasa. Pasti ada yang penasaran sekolah jenis apa itu. Saya juga baru “ngeh” kalau ada jenis sekolah komunitas dan saya sebagai anggotanya. My God. Telah begitu banyak kesempatan berkembang buat saya. Sekali lagi kesempatan belajar sepanjang hayat. Menemukan hal-hal baru bersama anak-anak dan melewatinya. Seperti air yang mengalir dari tebing-tebing tinggi ke lembah-lembah di pegunungan.

Dulu bertahun lalu, saya cuma dipahamkan dengan eksplorasi diri dan anak. Terbayang sudah masa kecil saya dan itu menjadi panduan terbesar untuk berjalan menapakinya. Ada stres? Ya pastinya, namanya juga hidup. Ada tekanan? Tidak bisa dipungkiri, minimal menekan diri sendiri untuk meraih harapan. Ada kesalahankah? Tidak bisa tidak diakui karena saya buta pendidikan untuk anak. Ada kekurangan? Tentu banyak sekali. Namun, semua itu ada penyemangatnya.

Salah satunya adalah kebebasan eksplorasi yang membuat waktu hampir dua puluh tahun terasa baru kemarin dilalui. Di hadapan cermin saya tersadar kalau rambut ini telah memutih. Walau digayakan kekinian tetap putih. Ah ternyata Allah berikan kesenangan yang tidak bernilai itu dengan nama sekolah komunitas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post