Yudha Kurniawan

Salah satu editor mediaguru Senang eksplorasi wilayah baru Menjadi tenaga volunteer di beberapa wilayah baru Indonesia dan CLC Etania Sabah Malaysia Menjadi

Selengkapnya
Navigasi Web
Siapa Mau Ikut ke Surga?

Siapa Mau Ikut ke Surga?

Aku jatuh cinta dengan mengajar dan telah mengajar selama tiga puluh lima tahun. Aku memutuskan tidak menjadi dokter spesialis anak, namun pada akhirnya aku menjadi penyembuh anak-anak.” (Farber, Y Haber, Tak Sengaja Menjadi Guru).

Penggalan kisah di atas tentang seorang dokter yang memutuskan beralih profesi menjadi seorang guru. Karena kecintaannya terhadap anak-anak, Farber mampu bertahan menjadi guru hingga 35 tahun kemudian. Pengalaman yang luar biasa.

Menjadi guru, sebenarnya bukan hal baru dalam kehidupan manusia. Karena setiap saat manusia saling berbagi, belajar dan mengajar dikesempatan lain atau bersamaan. Menjadi “profesi guru”, agak berbeda. Butuh keberanian dan kerja keras. Terutama mereka yang berlatar belakang bukan dari ilmu keguruan. Menjadi “profesi guru” bukan sekedar menjadi batu loncatan mencari kesempatan berikutnya. Tetapi totalitas kerja da’wah menghantarkan jalan ke surga. Mulia.

Setiap kali saya diminta mewawancarai calon guru, selalu saya katakan bahwa menjadi guru di Sekolah Alam Indonesia itu berat. Mencintai anak-anak sepenuh hati, kreatif, kerja total, mampu bekerja sama, dan salary-nya kecil. Biasanya mereka (calon guru. red.) menelan ludah mendengar segudang permintaan tersebut terutama kata terakhir yang disampaikan. Ada yang tetap melanjutkan wawancara, ada yang berhenti sampai di situ saja. Tidak mudah memang apalagi melalui masa magang dan percobaan yang ketat.

Hanya calon guru yang mempunyai komitmen tinggi yang akan melewatinya. Mereka harus menjalin hubungan interpersonal dengan baik. Kepada teman sejawat, orang tua siswa, maupun siswa. Siswa harus merasa nyaman dan aman. Siswa menjadi salah satu faktor penentuan kelulusan calon guru di Sekolah Alam Indonesia. Siswa merasa dicintai. Hal itu menandakan perkembangan positif bahwa calon guru tersebut memang layak diperjuangkan menjadi guru di Sekolah Alam Indonesia.

Menjalin hubungan sosial dengan cinta. Al Quran membimbing kaum muslimin untuk memperkuat persudaraan, cinta, tolong menolong, dan persatuan di antara mereka. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. (QS At Taubah: 71).

Guru yang diinginkan Sekolah Alam Indonesia, harus total. Hati dan perasaannya menyatu berbaur dengan komunitas sekolah. Siap membantu dalam kerja tim. Cinta sebagai penunjangnya. Mencintai anak-anak didik sepenuh hati dengan tetap menjaga hubungan guru-siswa. Peran sebagai orang tua di sekolah menjadi sangat besar apalagi jika orang tua siswa memberi kepercayaan penuh.

Guru yang mencintai sebagaimana anak merasakan cinta dari kedua orangtuanya, akan memberi kasih sayang, perhatian, dan perlindungan terhadap siswa sehingga keberadaan guru akan berpengaruh sangat positif pada perkembangannya.

Atmosfir yang syarat dengan rasa saling mencintai dalam kehidupan anak merupakan faktor penting dalam membentuk kematangan kepribadiannya agar anak merasa damai, percaya diri, dan bahagia. (Najati, M. Utsman. Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi).

Bahkan jika merujuk pada Fuad bin Abdul Aziz dalam buku Mengajar EQ Cara Nabi, semakin sulit mencari guru yang ideal dengan semua syarat-syarat moralnya, yaitu guru yang hanya mengharapkan ridho Allah, jujur dan amanah, komitmen dalam ucapan dan tindakan, adil dan egaliter, berakhlak mulia, rendah hati, berani, membangun suasana akrab, sabar, baik dalam tutur kata, dan tidak egois. Belum lagi dengan keluasan pengetahuan dalam nilai-nilai keguruan yang mulai bergeser sebagaimana dijabarkan Utomo Dananjaya dalam buku Media Pembelajaran Aktif. Pemahaman bahwa pengajar menjadi pembelajaran. Teacher center menjadi student center. Guru yang dominan menjadi fasilitator. Suasana tertib menjadi hidup karena adanya interaksi yang dinamis. Kompetitif menjadi team work. Belajar dengan nilai menjadi proses yang sinergis. Rangking menjadi prestasi. Buku teks menjadi pengalaman eksplorasi mandiri. Ruang kelas menjadi lebih bebas.

Seiring dengan waktu, keluasan pengetahuan ini bisa didapat setelah guru memiliki jam terbang yang dianggap qualified. Berproseslah. Sesungguhnya pengalaman adalah guru terbaik selama seseorang berusaha mencari ibroh dan selalu belajar.

Pengalaman belajar menjadi kekuatan seorang guru menjadi lebih baik seperti cerita Bu Pipin dalam Berjuta Bintang di Langit Sekolahku mengatakan, “ Tahun ini aku kembali mengajar di kelas satu, setelah dua tahun mengajar di kelas tiga. Ternyata turun kelas tidak semudah yang kubayangkan. Meskipun sebelumnya pernah mengajar di kelas satu. Banyak hal yang harus kusesuaikan. Terutama terhadap anak-anak.”

Membuat suasana yang tetap menyenangkan dengan berbagai tingkatan usia bukan pekerjaan mudah. Mindset harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan usia anak. Karena membuat suasana belajar yang menyenangkan bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Tapi justru membangkitkan minat dengan adanya keterlibatan penuh untuk menciptakan makna pemahaman atas materi yang dipelajari. (Hernowo, Menjadi Guru yang Menyenangkan).

Mencari guru untuk Sekolah Alam Indonesia bukan perkara mudah. Siapa yang mau ikut ke surga?

Kang Yudha

**(censored)**

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah.... Very inspiring

21 Jun
Balas

Baru seneng, lihat komen mas Eko nih.

21 Jun

Wah sangat menginspirasi. Semoga sukses selalu

21 Jun
Balas

Terima kasih bu Ari sudah mampir dan support.

21 Jun

Maaf agak kepanjangan. Semoga sempat dibaca ya.

21 Jun
Balas

Hebat pak Yudha. Membuat saya kepingin jadi guru lagi..di sekolah alam dan bermimpi mendirikan sekolah sendiri.

21 Jun
Balas

Ayo bu Sri. Saya dukung. Nanti saya bantu prosesnya.

21 Jun

Buku teks menjadi eksplorasi pengalaman mandiri. Menarik! Bila akan dikupas lebih detil, clear, dan applicateable bakal jadi tulisan yang saya tunggu, Pak. Tq

21 Jun
Balas

Wah jadi PR nih. Hehehe

21 Jun

Saya mau ke surga. Tapi menjadi guru sekolah alam bukan hanya cintakan? Perlu ditunjang fisik. Harus prima. Nah berhubung dengan fisik prima, secara ya. Ibu-ibu seperti saya, telah tiga kali melahirkan malah bisa-bisa step ya. Hehehe

21 Jun
Balas

Bisa aja bu. Sekolah Alam Indonesia menerima guru-guru muda yang siap menggapai tantangan. Benar sekali fisik juga diperhatikan. Karena banyak kegiatan outdoornya. Siapa berani? Hehehe

21 Jun

Mau dong ke Surga .... Keren banget kang Yudha ...mantap

21 Jun
Balas

Terima kasih bu Umul Muarofah

21 Jun

Kereenn abis guru-gurunya. Semoga mendapat keberkahan dunia akherat. Aamiin

23 Jun
Balas

Betul Pak Yudha. Guru sekolah Alam. Mau dong!.

21 Jun
Balas

Hehehe. Bercanda aja bu Erma nih.

21 Jun

Pasti seru banget sekolah alamnya pak Yudha. Pengen lihat langsung jadinya...

21 Jun
Balas

Mangga bu. Ditunggu ya.

21 Jun

Wah mantap bgt tuh sklh alamnya mr Yudha... Bs d cnth...

22 Jun
Balas

Monggo bu Ika. Kami terbuka saja.

22 Jun



search

New Post