Yudi Karsono

Menjadi guru sejak tahun 1991, 15 tahun kemudian, tepatnya tahun 2006 diangkat sbg Kepala Sekolah. sekarang bekerja sbg Pengawas Sekolah di Koorwilcam Di...

Selengkapnya
Navigasi Web

SETENGAH SENYUMAN (Setengah Wajah, Jiwa, dan Cinta)

Pak Toni tidak suka yang setengah-setengah. Berangkat kerja, mengajar, melaksanakan tugas tidak setengah-setengah. Guru yang melaksanakan tugas setengah-setengah nilainya setengah. Kalau perlu gajinya setengah. Pangkatnya setengah. Setengah sama dengan separuh. Misal: X membeli sate kambing empat puluh sindik, setengahnya adalah dua puluh. Nilai seratus, setengahnya lima puluh. Tuntas seratus persen setengahnya lima puluh persen. Angka seperti ini merupakan gambaran setengah-setengah. Jiwa waras seratus persen setengahnya lima puluh persen. Otak penuh volumnya seratus persen, lalu setengahnya lima puluh persen. Tapi itu sudah lebih baik, daripada tidak punya otak sama sekali.

Orang mengeluh, mengapa hanya setengah sehat? Seperti Pak Toni, sebut saja begitu. Setahun tarakhir kesehatannya mulai merosot. Awalnya ia merasakan sakit gigi. Ngilu di bagian rahang bawah tiada terperi. Kadang malam, pagi atau tak tentu waktu rasa ngilu datang. Pak Toni mengatakan, ini sakit gigi. Dokter mengatakan, itu bukan sakit gigi. Itu sakit bukan disebabkan oleh masalah gigi. Sakit gigi obatnya tidak mahal. Diam salah satu obatnya. Seni sakit gigi harus merintih. Sakit gigi sungguh sebuah kenikmatan yang berkesan.

Orang pengin sehat, seperti orang jatuh cinta. Tak tahan, ia bolak-balik ke dokter. Pagi, sore, malam tak peduli. Harus ketemu dokter untuk mengobati sakitnya. Sampai akhirnya dokter memutuskan harus operasi. Pak Toni pasrah. Orang awam tidak tahu detail tentang segala macam yang berkaitan dengan penyakit. Keputusan dokter ibarat vonis hakim yang mengikat. Pasien awam yang pengin segera sembuh ikut dengan keputusan dokter. Pasien menandatangani surat pernyataan. Keluarga setuju. Semua syarat menuju ke meja operasi akhirnya dilakukan.

Operasi pertama sudah selesai. Penyakit yang bersarang di tulang rahang dibersihkan. Seperti apa bentuk dan wujudnya, orang tidak banyak tahu. Konon tulang rahangnya tumbuh semacam tumor atau kanker. Jadi harus bersih. Resikonya kalau tidak bersih, tumor dapat tumbuh kembali dan menyebar ke bagian-bagian lain. Utamanya mata dan otak kiri. Tak terbayangkan ketika otak kiri terserang tumor. Otak kiri yang selama ini selalu cekatan untuk menyelesaikan perkalian.

Konon guru senior seperti Pak Toni ini sejak usia sekolah mahir di bidang perkalian. Khususnya perkalian kelipatan 12X, 24X, 36X dan 60X. Hanya itu barangkali. Guru senior seperti dirinya dimaklumi kalau agak lemah pada operasi pembagian. Tak mengapa karena sekarang sudah banyak guru-guru muda yang expert pada kedua operasi hitung tersebut.

Beberapa bulan kemudian, rasa ngilu yang dirasakan Pak Toni tak kunjung sembuh. Ia bolak-balik ke dokter. Analisa dokter, operasi tulang rahang harus dilakukan, sebab operasi pertama tidak terangkat semua. Pak Toni kurang yakin dengan dokternya. Ia merasakan ada yang tidak berubah dari penyakitnya. Rasa ngilu tetap ia rasakan hampir setiap malam. Bahkan frekwensinya meningkat. Pak Toni ingin obat khusus untuk mengurangi rasa sakitnya.

Ia berobat ke dokter yang berbeda. Ia meyakini dokter berikutnya ahli sekali. Dari obrolan orang-orang yang berobat kepada dokter itu, rata-rata penangannnya cepat dan berhasil. Rata-rata yang datang ke dokter tersebut pasien penderita kanker sudah stadium IV. Pak Toni masuk stadium III. Dokter baru mengambil keputusan untuk memotong tulang rahang kiri 100%. Ini harus dilakukan supaya tuntas, kata dokter.

Kanker harus diangkat dengan cara memotong bagian sumber kanker. Supaya dapat bebas dari penyakit berbahaya itu. Apa boleh buat, Pak Toni sudah menandatangani surat pernyataan. Keluarga setuju. Operasi kedua dijalankan. Dokter memotong rahang kiri. Dokter telah memasitikan, tumor berbahaya bersarang di rahang kiri Pak Toni. Tidak mengapa kehilangan rahang kiri, asal sembuh dan terbebas dari kanker. Operasi kedua berjalan mulus.

Tidak selesai sampai di sini. Akibat setelah operasi, ia mengalami sesuatu yang tidak diperhitungkan oleh manusia. Derita Pak Toni mungkin dapat dilhat dari malam-malamnya habis untuk menahan rasa sakit. Bermacam-macam obat yang harus diminumnya pagi, siang, sore, dan malam. Satu genggam obat membuatnya seperti seorang yang mabuk. Tidur di dua alam. Ia tidur tetapi sebenarnya tidak tidur. Siaran berita di teve dan suara-suara lain selalu menyambangi telinganya. Ada suara-suara yang selalu masuk telinganya. Agak-agak aneh.

Ia mengalami hal luar biasa di masa-masa pemulihan. Mata terpejam, terdiam, dan dengkuran membuat orang seisi rumah menyangka ia tidur. Padahal ia sedang berjalan-jalan di suatu arena mirip tempat uji nyali. Ada bau kembang, busuk, kegelapan, dan suara-suara mengerikan. Kadang ia berjalan di tempat yang sangat tinggi (mungkin seperti sirotol mustakim). Ia berjalan dengan tertatih-tatih, kemudian terpeleset dan jatuh ke tempat yang sangat gelap. Kadang ia melihat ada bermacam-macam binatang melata merayap dan menyergapnya. Ia berteriak dan memanggil isteri dan anak-anaknya. Sayang tak ada siapapun, kecuali dirinya. Itu teman dalam tidurnya. Ia hidup di suatu tempat gemerlap, mistis dan misterius.

“Apakah dokter telah memberiku obat ajaib?” tanya Pak Toni kepada istrinya.

“Itu obat standar, Pak. Makanlah dengan teratur supaya sembuh,” kata istrinya dengan penuh kesungguhan.

“Apakah jumlah obat sudah sesuai dengan kekuatan daya tahan tubuhku?” tanya Toni dengan keluguannya.

“Sudahlah, Pak. Jangan banyak tanya. Ikuti petunjuk dokter supaya cepat sembuh,” kata isterinya.

“Tapi ....,” kata Pak Toni tidak selesai.

Pak Toni sudah banyak usaha untuk kesembuhan penyakitnya. Ia berobat ke sana ke mari. Herbal apa saja sudah dicobanya. Mulai dari daun-daunan yang rasanya pahit sampai yang memabukkan. Bermacam-macam benalu. Aneka akar-akaran, bratawali, dan beragam tumbuhan lainnya. Penyakitnya tidak mau tunduk pada sejuta herbal. Arahan yang terakhir membuat Pak Toni bulat mengambil keputusan untuk memotong lagi rahang kirinya. Ini operasi ketiganya. Kali ini Pak Toni seratus persen ikut dengan arahan dokternya. Bagaimanapun ia orang awam tentang penyakit.

Kehilangan rahang kiri artinya kehilangan sebagian wajahnya. Walaupun masih tertutup oleh lapisan daging dan kulit. Tapi bentuk wajah menjadi asing. Seperti muncul sosok baru dengan wajah tidak simetris. Bibir agar bergeser, gigi habis, dan sedikit tembem sebelah. Di bawah dagu tampak bekas luka operasi. Pak Toni merasakan wajahnya telah berubah. Ia pangling melihat wajahnya sendiri. Pak Toni yang gagah dan senyumnya yang menawan sudah hilang dari peredaran. Ia tidak lagi mengamalkan apa yang diajarkan oleh para motivator tentang arti sebuah senyum.

Kini hanya ada senyum yang berbeda. Tersaji tulus ikhlas dari nuraninya. Senyum yang membuat orang iba, bahkan terharu, sekaligus tidak mengenali wajah teman lamanya. Orang mungkin menafsirkan senyumnya itu dibuat-buat dan tidak tulus, sangat mungkin. Sebab jarang dijumpai orang tersenyum dibalas dengan rasa iba atau belas kasihan. Teman dan sahabat lama sudah tidak mengenali lagi. Potongan wajahnya benar-benar sudah berubah.

Penampilan baru Pak Toni dengan kopiahnya. Kopiah yang tidak biasa bagi seorang Toni. Ia dulu lebih akrab dengan topi pet daripada kopiah. Apalagi ia belum menunaikan ibadah haji. Teman dan sahabat lama merasa tidak mengenali Pak Toni saat sekarang. Pikiran teman-temannya hanya ada Pak Toni dengan topi pet dan asap rokok yang selalu mengepul. Dulu mereka mengenal Pak Toni sebagai ksatria yag gagah perkasa, norak dan bandel.

Teman dan sahabat mengetahui Pak Toni sebagai sosok yang cool, tampan seperti bintang sinetron. Cuitan di twitter banyak penggemarnya. Teman dan sahabat dunia maya tak ada yang tahu, telah terjadi perubahan begitu besar pada diri Pak Toni. Ia merasa sedang menuju sebuah anti klimaks. Sedang menuju sebuah kepastian. Ia menyadari kalau fisiknya telah berubah dengan sangat cepat. Kulitnya mulai mengering dan mengeriput. Lengannya sudah tidak berotot. Dadanya yang bidang berubah menjadi kering. Jalannya yang tegap mulai pelan dan hati-hati.

Kesembuhan yang diharapkan Pak Toni masih belum terwujud. Bahkan dokter merekomendasikan untuk kemo terapi. Ia sudah pasrah apapun yang terjadi. Setelah cek kesehatan Pak Toni siap-siap menjalani kemo terapi pertama. Ini rekomendasi dokter ahli. Pak Toni sudah membayangkan dampak terapi kemo yang sedang dijalaninya. Pasti akan terjadi sesuatu yang luar biasa. Tulang belulang seperti remuk. Itu yang ia yang rasakan. Semalaman ia tidak dapat tidur. Aneka rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya seperti sedang menjalani sakaratul maut.

Pada kemo selanjutnya, Pak Toni merasakan seluruh kulitnya seperti terserang gatal-gatal. Luka operasi di dagu seperti disayat-sayat kembali. Ia merasakan sakit yang luar biasa. Beruntung kalau malam hari ada hujan deras. Ia dapat meraung dan mengerang menahan rasa sakit. Orang di dalam rumah tidak terganggu. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan selama hidupnya.

Pada kemo berikutnya, rambut rontok tanpa ampun, dan sekarang hanya tersisa sedikit. Ia menutup kepalanya dengan topi untuk tidak memperlihatkan kepalanya yang plontos. Fisik Pak Toni sudah lemah. Ia kehilangan napsu makan. Kehilangan performanya. Kehilangan waktu dan kesempatan untuk berkarya. Sekarang berat badan menurun sangat drastis. Lambungnya sering terasa nyeri dan mual. Dokter menyarankan untuk makan serba lunak sejenis bubur angkrik. Ia sudah sangat bosan dengan aneka jenis makanan yang lunak.

Pak Toni sedang menikmati penderitaannya. Ia sedang akrab dengan mimpi-mimpi aneh yang menghiasi malam-malamnya. Ia melihat dalam tidurnya, sosok mengenakan baju putih menyusuri jalan sepi. Seperti orang sedang berjalan menuju ke tempat yang sangat jauh. Napasnya tersengal-sengal menyusuri jalan panjang. Sosok itu berjalan tertatih-tatih dengan pakaian putih dan tampak sangat letih.

Jalan yang sangat sepi. Kapan ia akan sampai? Baginya perjalanan yang melelahkan. Ia menatap ke belakang. Jalan yang telah ia lewati tampak jauh dan sunyi. Kapan ia akan sampai?

Ia belum pernah sampai pada ujung jalan. Ia harus berhenti sejenak untuk mendengar suara kokok ayam dan azan Subuh. Ada setetes kedamaian meresap dalam dirinya. Ada tetes air mata meleleh di pipinya. Astaghfirullah, semoga Tuhan mengampuni semua kesalahanku, gumam Pak Toni. Semoga Tuhan memberiku belas kasih dan kekuatan, gumamnya. Ia mendapatkan sesuatu yang menyedihkan, tetapi ini pasti yang terbaik bagi dirinya.

Ia menatap wajahnya di kaca rias (milik istrinya). Ia merasa sudah berbeda. Ia merasa wajahnya hanyalah separuh kehidupan. Wajah ini, atau wajah siapapun sungguh mahal. Orang berani mengeluarkan banyak biaya demi wajah. Istrinya setiap hari berkaca untuk memastikan dirinya sudah cantik sempurna? Perempuan selalu ingin tampak cantik. Maka dari itu ada bermacam-macam benda kecantikan di atas meja rias. Ada cream, maskara, powder, eyeshadow, eyeliner, blush, dan lipstik. Barang yang berkaitan dengan kecantikan menjadi kebutuhan primer. Lebih baik mengurangi belanja sembako daripada tidak dapat membeli make up untuk wajah. Tampil cantik dan sehat itu memang penting.

Laki-laki berkaca, apakah hari ini sudah tampak handsome? Apakah hari ini kumis dan janggutnya sudah tampak rapi? Diperlukan beberapa saat untuk merapikan kumis dan jenggotnya. Kumis tipis, dan jenggot yang rapi menjadi simbol laki-laki sejati. Semua itu sudah menjadi masa lalu Pak Toni.

Rasa menggigil sering datang tiba-tiba. Kemudian diikuti rasa kantuk. Kadang ia tidur di kursi kerjanya. Sesuatu yang yang tidak ia inginkan. Tapi harus terjadi. Teman-teman di kantor melihat hal itu kemudian memakluminya. Bahkan memberinya kesempatan untuk dapat menikmati kantuknya. Pak Toni merasakan betapa nikmat tidur di kursi kerja.

Sakit tidak menghalanginya untuk pergi ke kantor. Ia menandatangani surat-surat dan tetap memimpin rapat. Ia tidak peduli dengan apa yang dirasakannya. Termasuk lidahnya yang tak mampu merasakan asin, manis, pahit dan asam. Lidahnya tidak berfungsi untuk beberapa bulan. Tidak mengapa ia tidak dapat merasakan lezatnya berbagai hidangan. Intinya ia dapat hadir di tengah teman-temannya. Meskipun jiwanya masih utuh. Kehilangan tulang rahang seperti kehilangan separuh wajahnya sekaligus separuh jiwanya. Lalu cintanya apakah tetap utuh sampai akhir nanti? Ia akan bertanya kepada istrinya.

Sebagai perempuan muda dan cantik istri Pak Toni tidak ingin kehilangan momen kemudaannya. Ia segera mengajukan gugatan cerai. Sekarang tiada lagi yang dapat diharapkan dari Toni, suaminya. Uangnya sudah ludes untuk biaya berobat. Fisik suaminya yang mlemah menyita tenaga dan pikirannya. Perempuan cantik itu ingin membuktikan cinta Toni. Kalau suaminya benar-benar tulus, maka harus setuju dengan gugatan cerainya itu. Bukankah cinta membuat orang punya mimpi? Mimpi agar orang yang dicintai itu bahagia?

Kini, Toni, guru yang lemah itu hanya bisa berkaca-(kaca) pada nasibnya. Apanya yang tinggal separuh? Wajah, mimpi, jiwa, dan senyumnya kini tinggal separuh saja. Selamat bersenang-senang isteriku, bisik Toni pada foto istrinya yang jelita. Cintaku abadi, lanjutnya.

Purbalingga, 13 Agustus 2018. Pukul 09.40

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus,,khas sudut pandang laki laki,,

13 Jul
Balas

trmksh salam sukses!

13 Jul



search

New Post