Yuliana Dwi Kartika

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Punya Keterampilan Menulis itu Ibarat Punya Pintu Kemana Saja  Milik Doraemon

Punya Keterampilan Menulis itu Ibarat Punya Pintu Kemana Saja Milik Doraemon

Menulis itu keterampilan. Bukan bakat. Jadi, jika kita terbiasa menulis maka kita akan terampil. Secuil pengalaman menulis namun berkesan. Ketika duduk di bangku SMA kelas 2, guru Bahasa Indonesia memberi tugas akhir membuat karya tulis ilmiah. Waktu yang diberikan 6 bulan. Meskipun jangka waktunya lama, namun sulit sekali bagi saya untuk bisa merangkai kata-kata menjadi sebuah karya tulis. Menemukan judul atau bahkan membuat kata pengantarpun menjadi hal yang sangat sulit apalagi membuat kalimat-kalimat dibagian isi.

Dari pengalaman tadi akhirnya saya sadar bahwa untuk bisa menulis, kita harus punya kebiasaan membaca yang baik. Dalam pikiran saya, kapan kita akan membaca sedangkan deadline sudah dekat. Membaca satu buku tidak akan selesai satu hari. Butuh waktu berhari-hari. Kalau kita terbiasa membaca, tidak akan membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan membaca satu buku. Tapi, tidak ada kata terlambat. Kita harus terbiasa mulai sekarang. Baik itu membaca buku, tabloid, majalah, artikel, atau bahkan novel dan komik. Dengan membaca wawasan kita menjadi luas. Jika wawasan luas, maka dengan mudah menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

Kata demi kata terangkai hingga akhirnya jadilah sebuah karya tulis. Guru Bahasa Indonesia dulu pernah berkata bahwa karya yang baik akan diikutkan lomba di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Apa itu LIPI tadinya saya juga tidak tahu. Lomba di LIPI merupakan lomba bergengsi di tingkat nasional. Wah, keren jika bisa lolos di lomba tersebut.

Waktu berlalu. Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat yang dikirim ke sekolah. Ternyata dari LIPI. Ada salah satu judul yang tidak asing dibaca. Ternyata itu judul karya tulis kelompok kami. Sebuah karya tulis yang dibuat dengan susah payah dan penuh perjuangan untuk menulisnya ternyata tidak sia-sia. Sampai juga di Ibu Kota.

Kami harus menyiapkan presentasi. Ternyata tidak hanya pandai menulis, tetapi juga harus pandai berbicara. Mempertanggungjawabkan apa yang kita tulis. Setelah saya simpulkan, kalau kita pandai menulis, maka kitapun juga pandai berbicara. Perjuangan membuat karya tulis dan mempertanggungjawabkannya telah usai. Piagam dari LIPI juga sudah diterima. Selembar kertas yang begitu berharga. Tertulis nama saya sebagai anggota finalis.

Setelah lulus SMA, saatnya mendaftar kuliah. Jurusan yang dipilih yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Surabaya. Salah satu universitas keguruan ternama di kota pahlawan. Pendaftarnya banyak sekali. Sekitar dua ribu lebih. Ada dua tes yang harus dilalui, yaitu tes tulis dan tes wawancara. Tidak yakin saya bisa lolos dengan peserta yang begitu banyak. Siapalah saya? Saya hanyalah siswa biasa dengan rangking 20 dari 40 siswa di kelas. Siswa dengan kemampuan pas-pasan. Bisakah lolos? Jawabannya bisa. Ketika wawancara ditanya prestasi apa saja yang sudah diraih semasa SMA. Kemudian saya menunjukkan piagam karya tulis tingkat nasional. Bapak penguji langsung mengatakan, “Semoga kamu lolos! Berdoa saja.’’

Beberapa minggu kemudian, ada pengumuman kelulusan. Kita harus mengeceknya secara online. Alhamdulillah, nama saya tertera. Siswa dengan kemampuan pas-pasan ternyata bisa lulus. Entah karena tes tulis saya yang tinggi atau tes wawancara saya yang tinggi. Atau bahkan nilai keduanya bagus. Tapi saya yakin karena punya piagam penghargaan karya tulis dan dinilai memiliki keterampilan menulis.

Setelah dibangku kuliah, ada program hibah dari Dikti. Membuat proposal program kreatifitas mahasiswa. Proposal yang saya buat dibidang pengabdian pada masyarakat. Judulnya memang agak nyeleneh tapi bermanfaat, yaitu memanfaatkan biji randu untuk dijadikan krupuk berprotein tinggi. Proposal yang saya buat lolos dan didanai. Begitu juga tahun kedua dan ketiga. Lolos membuat proposal program kreatifitas mahasiswa dan didanai. Sisa dana kegiatan cukup untuk bembeli leptop. Sungguh rezeki yang luar biasa disaat keadaan ekonomi sulit sekali membeli leptop baru. Lagi-lagi berkah karena punya keterampilan menulis.

Ketika jadi gurupun kita juga dituntut untuk terampil menulis. Guru harus bisa membuat artikel, Penelitian Tindakan Kelas, membuat buku, modul, dan sebagainya. Lumayan juga beban guru. Tapi jika kita pandai menulis, itu tidak akan menjadi beban. Naik pangkat pun juga menjadi mudah. Tidak hanya itu saja, Ketika kita bisa menulis dan menerbitkan sebuah buku, maka menjadi suatu hal yang luar biasa. Bonusnya lagi bisa berfoto dengan bapak bupati, memamerkan buku kita Ketika hari guru nasional. Ayo menulis! Agar kita bisa menjelajah kemana-mana. Berasa memiliki pintu kemana saja milik doraemon.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post