Pagi-pagi sudah tiba di sekolah. Belum sempat menyandarkan pundakku di kursi yang biasa aku duduki tiap pagi, tiba-tiba saja mendapat informasi mengejutkan. Tanpa berpikir panjang, aku pergi ke rumah nadia, salah seorang murid kelas V di kelasku. Perjalanan melewati jalan sempit, sedikit menanjak dan banyak kerikil-kerikil, namun terasa sejuk pastinya saat pagi hari. Daerah yang masih asri.

Tak lama kemudian, aku sudah tiba di sana. Banyak orang berkerumunan, duduk berjejer, tampaknya sedang menunggu sesuatu. Tak banyak berkomentar, salah seorang diantaranya mempersilakan kami duduk di teras, bahkan ada yang menyuruhku untuk duduk di dalam, namun aku menolak. Ketika duduk dan menoleh ke kanan, sontak terkejutnya hati ini melihat jenazah yang masih diletakkan di atas lencak (diartikan sebagai meja). Ya, itu jenazah ibu nadia yang meninggal karena kecelakaan. Harus tegar melihatnya. Hanya bisa mengirim doa agar bisa diterima di sisiNya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Beberapa menit di sana, bergantian orang-orang menceritakan peristiwa kecelakaan yang terjadi. Aku mendengarnya dengan seksama, dan sesekali melontarkan sedikit pertanyaan.

Tak tahan rasanya berlama-lama di tempat itu. Aku pun memutuskan kembali ke sekolah, melanjutkan tugasku yang sempat tersendat. Beberapa langkah dari rumah itu, seorang anak kecil mengikuti langkahku, terdengar suara sendu dan terisak. Tak asing aku mendengar suaranya. Ini pasti suara Nadia, dan ternyata benar dia nadia murid kesayanganku. Tadinya aku tegar bisa sampai ke rumah itu, tapi kini air mataku tak bisa kubendung lagi melihat Nadia menangis hingga tak bisa berkata-kata. Langsung saja kupeluk tubuhnya yang ringkih dan kucium pipinya, kuhapus air matanya. Anak sekecil itu ditinggal pergi ibunya untuk selamanya. Andai saja aku bisa menghapus dukanya.