Saya tergelitik dengan salah satu tulisan ibu Elpida Yanti di gurusiana.id yang berjudul "Menjadi Selebritis Intelektual". Disitu beliau mengatakan bahwa guru bisa juga jadi selebritis, caranya dengan menulis, menulis dimanapun, salah satu contohnya baik hanya menulis di gurusiana.id (blog yang difasilitasi oleh media guru bagi para penulis), maupun menulis sebuah buku atau di surat kabar.

Sedikit menambahkan, beberapa keuntungan menulis: jika tulisan kita bagus maka tidak menutup kemungkinan kita akan dapat menghasilkan pundi pundi yang menggiurkan, seperti layaknya seorang artis mendapatkan bayaran. Dengan menulis, maka kita sudah meninggalkan suatu kenangan di saat raga sudah tak lagi ada di dunia ini (Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan tulisan). Apa yang kita tulis akan menjadi sedekah jariyah kita seandainya dipakai dan berguna bagi orang lain.

Komentar yang sering muncul yaitu, saya tidak pede, saya tidak bisa menulis, Saya tidak tahu apa yang harus ditulis dan lain sebagainya. Jawabannya sederhana, siapapun bisa menulis, apapun profesinya bisa menghasilkan tulisan. Kegiatan sehari-hari bisa dituangkan menjadi sebuah tulisan. Apalagi seorang guru, bagaimana beliau mengajar di kelas, bagaimana beliau mengatasi masalah yang timbul dalam belajar dikelas, bisa dijadikan tulisan. Apa saja media dan metode baru yang dipakai untuk kelancaran proses pembelajaran, bisa dijadikan tulisan. Seandainya itu bermanfaat, akan bisa diaplikasikan juga bagi yang membaca. Sekali lagi, jika apa yang kita tulis bermanfaat bagi orang lain, akan menjadi amal jariyah bagi kita nantinya.

Sesederhana itukah menulis? Ya menulis sesederhana itu, pikiran kitalah yang membuatnya tampak rumit dan menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Intinya mulai saja, ya mulai saja merangkai kata demi kata yang tanpa kita sadari akan menjadi sesuatu. Jadi, siapkah kita menjadikan menulis itu sesuatu yang sederhana?