'Kampuang nan jauah di mato'

'Ginuang sansai bakuliliang'

'Takana jo kawan -kawan nan lamo'

Sangkek basuliang-suliang'

Sepenggal lagu kampuang nan jauah di mato, selalu menginspirasi untuk menyempatkan diri menjumpai sanak saudara, handai tolan di kampung halaman tercinta.

Tak perlu lama, cukup sejam , dua jam duduk bersama mereka. Mendengar keluh kesah dan kisah kehidupan yang mereka jalani.

Silaturrahim, tali pengikat rasa kasih yang mesti tetap dijaga. Jangan sampai kendor apalagi putus. Serpihan rasa yang diberikan Allah yang maha pemurah dari sifat Rahim-Nya.

Kata pulang kampung rasanya lebih bermakna. Dan harus dimaknai dengan lebih baik. Pulang ke kampung menabur kebahagian buat sanak saudara.

Mudik rasanya berkonotasi kurang pas menurut saya . Seolah orang kota yang modern datang ke kampung yang udik.

Tapi apapun istilahnya, hanya satu hal yang mesti dijaga. Sikap dan periaku, jangan mengkontaminasi. Tetaplah santun seperti orang di kampung. Jauhkan pergaulan sok modern dulu. Jangan berlaku dengan gaya kota. Agar kehadiran kita memberi inspirasi dan motivasi.