Percaya pada qadha dan qadar adalah rukun terakhir dari enam rukun iman. Qadar atau kita sebut takdir dalam keseharian, merupakan ketentuan Allah yang mesti kita imani.

Sering kita berkata, ini sudah takdir, atau, itu sudah ketentuan Allah, jika kita melihat, mendengar atau merasakan suatu peristiwa terjadi. Artinya, ketika sesuatu belum terjadi, masih ada usaha yang mengubah peristiwa yang akan terjadi. Tapi setelah usaha yang dilakukan maksimal, dan peristiwa yang menurut kita bisa dihindari masih terjadi, itulah takdir.

Bisa juga, suatu hal terjadi diluar kendali atau kemampuan kita. Kematian, pertemuan, perpisahan dan sebagainya sudah Allah gariskan. Kita hanya berusaha mengulur waktu kematian dengan menerapkan pola hidup sehat. Sehingga kemungkinan kita terjauh dari sakit. Kita bisa menikmati hidup dan semua anugrah Allah. Tapi kematian tetap tidak bisa dihindari.

Seperti malam ini, dalam perjalanan balik ke Pariaman dari Padang. Kami menunaikan salat isya di salah satu mesjid di Ketaping. Selesai salat, saya bertemu teman yang juga istri dari bekas kepala sekolah saya yang baru meninggal sekitar dua minggu lalu.

Saya sudah niatkan, jika nanti pulang kampung saat lebaran, saya dan keluarga akan datang ta'ziah kerumahnya. Akan tetapi kesibukan di lebaran dan tamu yang datang untuk bersiaturrahmi membuat saya dan keluarga tidak sempat .ta'ziah.

Takdir Allah mempertemukan kami , jauh dari kampung halaman. Di sebuah mesjid, selesai salat isya, saya bisa bertemu dengan ibu yang sedang berduka.

Begitulah takdir Allah berlaku. Saya menemui beliau dan meminta maaf tidak datang ta'ziah. Sedikit lega terasa. Satu hutang, walau rasanya belum tuntas, tapi sudah terlunasi