Oleh : Juli Astuti Spd SD

#gurusiana180221

Menulislah dengan hati, mungkin kata -kata saya ini sedikit mengutip dari sebuah tulisan seorang sahabat saya, Pak Alee namanya, sekaligus suhu tempat saya bertanya , yang selalu memberikan motifasi dan inspirasi menulis, dengan semangat yang sangat luar biasa, kepada orang -orang yang berada di lingkungannnya, dan saya sangat mengaguminya.

Aku sendiri menulis di gurusiana mulai bulan maret 2020, berarti hampir satu tahun sejak pandemi mulai bergejolak, hingga saat ini tulisanku sudah terkumpul 225 tulisan.

Mengapa baru segitu? yah .., disela - sela kesibukan seorang ibu yang selalu padat merayap,harus bisa berbagi waktu,saat menulis , saat bersama keluarga,saat mendapingi tugas suami, saat berbisnis, dan saatnya aku mengajar.

kusempatkan menulis setiap hari pada mulanya,hingga hari ke 30 aku dapatkan sebuah penghargaan piagam biru, yang menjadikan aku semakin giat menulis, dan mengikuti berbagai pelatihan kelas menulis, yang diadakan media guru.

Alhamdulilah hidupku dalam pandemi tak pernah gabut,dan mungkin benar adanya yang dikatakan seorang sahabat, bahwa menjadi seorang penulis harus iklas dan menulis dari hati, jangan pernah berharap sesuatu dari apa yang kita lakukan,ketika tulisanku berada diposisi 89 aku mengusulkan lagi piagam untuk 60 hari, namun sayangnya ketika itu berubahlah peraturan untuk penerbitan piagam yang kabarnya secara otomatis bisa kita dapatkan, hati senang dengan semangat penuh harap.

Penantianku untuk dapatkan piagam itu sepertinya tak kunjung padam,namun lambat laun semangat ini kendor merasa tak berharga, karena hingga kini sertifikat pemicu semangat yang menjadi kebanggaan para guru sianer itupun tak kunjung tiba,mungkin inilah yang dimaksudkan untuk menulis dengan iklas.

Padahal ketika itu banyak sekali lomba - lomba yang dipersaratkan kusus hanya untuk yang telah lulus menyelesaikan tantangan menulis dengan bukti sertifikat, dan akupun tak bisa mengikuti karenanya, yaah... mungkin inilah yang disebut harus iklas, ahirnya di hari ke 189 aku tidak lagi merasa layak mengikuti tantangan menulis, aku larikan ide menulisku kepada pembuatan beberapa buah antologi bersama Bapak H. Ahmad. Syaihu yang setidaknya telah mengobati kekecewaanku, trimakasih ku kepada beliau yang tak terkira, semoga selalu sehat wal Afiat.

Media guru sangatlah luar biasa, layaknya pasar on line yang banyak membuka lapak untuk para guru yang haus akan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kompetensinya,mulai dari kelas menulis PTK, menulis cerpen dan novel,menulis pentigraf, best praktis,dan masih banyak yang lainnya.Ilmu yang mereka berikan kepada para guru sianer sangatlah bermanfaat, barakallah ilmunya. Trimakasih Media Guru

Di situlah aku selalu mengikutinya, setidaknya kita bisa menuangkan ide atau gagasan kreatip kita, untuk kita tuliskan, sehingga bisa di baca dan dinikmati banyak orang.

Aku yang sejak SMP hanya suka menulis di buku agenda, kini aku bisa membuat beberapa buah buku karya mandiri dan antologi bersama, rasanya tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Pandemi telah mengajarkanku banyak hal, kerja keras, tetap semangat dan iklas dalam melakukan berbagai hal, begitu juga Media Guru Indonesia,gerbong terbesar yang membawa ribuan penumpang, semoga Nahkoda dan para krunya selalu tanggap dan mau mendengar curahan hati para penumpangnya.

Begitu kerasnya putaran roda menulis dan menulis, dari para guru sianer yang di gerakannya,namun akan lebih baik lagi, jika diimbangi dalam menampung dan menerbitkan karya mereka,sehingga tidak perlu menunggu waktu lama hanya untuk menerbitkan dan mencetak sebuah karya.

Sudah selayaknya Media Guru Indonesia mengembangkan sayapnya untuk meningkatkan roda penerbitan, sesuai dengan keras nya roda menulis saat ini.

Sebab Media Guru Indonesialah,tempat yang tepat untuk para guru menyampaikan aspirasi, inovasi dan kreatifitas- nya .

Apa yang saya tuliskan di sini keluar dari hati yang paling dalam ,karena saya sedang ingin menulis pakai hati, bukanhanya mengarang.

salam sehat untuk semua sahabat yang membacanya.

stay at home bumiku nangkaan