Yuliati Magetan

Guru Biologi di SMAN 1 Karas Magetan Jawa Timur. Penulis Buku Biru Ungunya Pramuka Indonesia. Terus belajar untuk mengekspresikan jiwa. Memajukan pendidikan dem...

Selengkapnya
Navigasi Web
'Cukupi Nutrisi Dahulu, Tahan Nafsu, Baru Menulis'

'Cukupi Nutrisi Dahulu, Tahan Nafsu, Baru Menulis'

Cukupi Nutrisi Dahulu, Tahan Nafsu, Baru Menulis

Oleh Yuliati. (catatan dari kelas menulis Cerpen IV Media Guru)

Awalnya saya merasa tergelitik dengan kalimat Mas Eko Prasetyo di awal-awal sesi materi “Mengarang Cerpen yang Indah dan Nikmat” itu. Kalimatnya begini, “Cerpen guru kok sama dengan cerpen siswa,” Nah, dari kalimat tersebut saya jadi bertanya-tanya dalam hati. Maksudnya apa ya? Saya berpikir, mengapa tidak boleh? Misalnya saya sebagai guru akan menulis cerpen remaja. Di situ menggambarkan tokoh-tokoh, latar, cerita kehidupan anak SMA. Kan boleh saja. (Artinya kesamaan dalam hal tema).

Ternyata bukan itu yang dimaksud. Inilah penjelasannya:

“Cukupi Nutrisi Dulu, Tahan Napas.” Sangat menarik kalimat di salah satu slide Mr. Eko Prasetyo saat menyampaikan materi Menulis Cerpen IV Media Guru di hari pertama, Sabtu 16 Pebruari 2024. Dalam slide tersebut, seperti yang saya lampirkan pada gambar, memberikan makna yang sangat dalam. Di sini Mas Eko Prasetyo, -Tokoh Media Guru yang tak asing bagi kita,- mengingatkan kepada seluruh peserta pelatihan di ruang meeting secara daring tersebut untuk banyak membaca. Beliau menyarankan buku-buku yang sebaiknya kita konsumsi, di antaranya adalah Kumpulan cerpen karya Umar Kayam bertajuk Ziarah Lebaran, Orang-Orang Bloomington karya Budi Darma, Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan serta Mata yang Enak Dipandang karya Ahmad Tohari.

Buku-buku tersebut sangat luar biasa, begitu Mas Eko menyampaikan. Dengan banyak membaca, maka kita akan memiliki kekayaan wawasan. Buku-buku yang kita baca akan memberi inspirasi kepada kita dalam hal ide, maupun diksi-diksi di dalamnya. “Bukan berarti kita menjiplak atau melakukan plagiasi, tetapi bagaimana diksi tersebut diendapkan untuk mengisnpirasi dan bisa menelorkan diksi-diksi lain.” Begitu kata beliau.

Jadi intinya, seorang penulis membutuhkan amunisi untuk menulis. Apalagi menulis cerpen. Endapkan dulu gagasan yang dimiliki sebelum akhirnya dituangkan menjadi sebuah cerpen. Demikianpun menulis novel tentunya.

Jujur saya juga berusaha melakukan hal tersebut, namun dengan tujuan yang berbeda tentunya. Lama sekali saya tidak menulis di blog gurusiana ini. Mungkin dua tahun lebih sejak saya terjungkal dua kali di tantangan menulis gurusiana . Dalam dua tahun terakhir tersebut saya banyak membaca novel untuk refreshing. Tetapi di samping itu, benar bahwa dengan membaca sebagai asupan nutrisi, telah menyulut diri untuk menulis. La ini buktinya, saya bangkit lagi menulis di gurusiana.

Salam Literasi, Terima kasih Media guru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih Ibu Cicik. Untuk cerpen masih belum, masih jauh dari 15 cerpen.. hehe

15 Mar
Balas

Alhamdulillah, senang sekali ya kita bisa belajar dengan pemred dan dapat banyak ilmu, Ibu. Terus menulis dan berbagi kebaikan, Ibu. Saya izin follow akun ibu ya.

15 Mar
Balas

Siyap. Terima kasih Bu Nopi, dukungan dan perhatiannya..

15 Mar

Mantap. Bu. Ditunggu bukunya. Salam sukses.

15 Mar
Balas



search

New Post