Yuliati Magetan

Guru Biologi di SMAN 1 Karas Magetan Jawa Timur. Penulis Buku Biru Ungunya Pramuka Indonesia. Terus belajar untuk mengekspresikan jiwa. Memajukan pendidikan dem...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENJADIKAN MENUNGGU TIDAK LAGI MEMBOSANKAN

MENJADIKAN MENUNGGU TIDAK LAGI MEMBOSANKAN

MENJADIKAN MENUNGGU TIDAK LAGI MEMBOSANKAN

(Ada Perpustakaan Mini di SAMSAT Magetan)

Oleh: Yuliati

Menunggu itu membosankan? Ya. Bisa jadi. Ini sudah menjadi kalimat yang sangat dikenal. Pada situasi apa pun, menunggu itu merupakan pekerjaan yang membosankan. Kadang membuat orang yang tidak sabar, akan memutuskan untuk meninggalkan apa yang sedang ditunggunya. Kesabaran betul-betul diuji.

Namun tidak demikian untuk hari ini. Saat saya harus antre menunggu pelayanan pajak dan harus ganti plat di kantor Samsat Magetan, saya justru ingin lebih lama lagi. Bukan apa-apa. Pasalnya saya ingin menyelesaikan membaca novel di ruang tersebut. Kok bisa? Begini ceritanya:

Setelah gesek nomor mesin, saya memasukkan berkas suarat-surat yang diperlukan. BPKB asli dan foto coppy, STNK asli dan foto coppy serta foto coppy KTP. Agak lama menunggu verifikasi. Setelah diverifikasi proses selanjutnya, dan sampai tahap pendaftaran saya masukkan berkas. Penuh. Ruangan ini betul-betul penuh. Tidak ada kursi kosong. Saya pun berjalan ke bagian belakang, berdiri dekat pintu masuk. Pandangan mata saya tertuju pada rak buku. Baru saya sadari setelah saya perhatikan lebih cermat ternyata itu semacam perpustakaan mini. Tanpa ragu, saya mendekat dan mengambil satu buku, tentang ibadah sholat. Ini buku religius. Yng lain saya bolak-balik, ada buku hukum, buku tentang perkawinan, pajak, dan lain sebagainya. Saya sedang tidak ingin membaca yang berat- berat.

Nah, di bagian yang agak tersembunyi ada novel. Ini dia. Saya ambil, saya tidak peduli ada beberapa pasang mata yang memperhatikan saya. Saya sapukan pandangan ke seluruh ruang. Ada satu tempat duduk di bagian tengah. Setelah permisi kepada beberapa orang yang saya lewati, saya duduk di kursi kosong tersebut.

Pesta Terakhir, karya Zulkifli L Muchdi. Labelnya milik perpustakaan daerah. Tanpa peduli dengan orang sekitar, saya mulai tenggelam dalam kisah Wike di novel tersebut.

Saya harus menghentikan keasyikan saya ketika nama saya dipanggil untuk ke kasir pembayaran. Aahhh... Dan setelah membayar, saya kembali ke tempst duduk, menunggu proses berikutnya, penerimaan STNK dan BPKB. Saya asyik membaca lagi. Buku ini mengisahkan seorang Wike anak seorang pengusaha Pak Petir yang bangkrut. Hutangnya di bank tidak terbayarkan, kredit macet. Rumah disita oleh bank. Itu terjadi saat Wike baru pulang sekolah. Ini menjadi awal kisah dari novel ini. Dan seterusnya dan seterusnya.

Baru sekitar 5 bab saya membaca, dengan terpaka saya harus mengembalikan buku tersebut pada tempatnya. Karena panggilan untuk.mengambil STNK dan BPKB pun sudah terdengar. Ah.. andai saya bisa melanjutkan membacanya, saya akan terpuaskan.

Jika semua tempat menunggu dilengkapi buku-buku menarik begini, maka menunggu tak kan lagi membosankan. Tetapi pertanyaannya apakah semua "penunggu" suka membaca buku? Di tempat umum? Sepertinya belum. Saat di Samsat itupun, hanya saya yang pegang dan baca buku. Yang lain sibuk dengan ponselnya masing-masing. Saya no prolem kok. Enjoy aja, nggak malu, nggak sungkan, nggak rikuh. Baca buku, jalan terus.....

Samsat Magetan, 17 Des 2019
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rupanya mereka memahami, bahwa saat menunggu giliran di Kantor Samsat banyak orang yang jenuh sehingga perlu diatasi dengan menyediakan bacaan. Satu ide kreatif, mendidik, sekaligus untuk menyukseskan Gerakan Literasi Nasional. O ya, yang benar bukan "antri" tapi "antre".

17 Dec
Balas

Alhamdulillah, Terima kasih apresiasi dan koreksinya, Pak Edi Prasetyo. Nuwun sanget. Langsung alan saya edit.

17 Dec

Andai setiap kantor pelayanan publik punya perpustakaan mini ya bu..

17 Dec
Balas

Pasti asyik ibu Erza. Senang sekali rasanya.

17 Dec

Semangat mbakyu Luar Biasa. Semoga dapat menginspirasi. Aamiin

17 Dec
Balas

Aamiin, terima kasih Kakak Pertama.. apa kabar?

17 Dec

ALHAMDULILLAAH, KABAR BAIK. PANJENENGAN JUGA DEMIKIAN?

17 Dec
Balas

Alhamdulillah,... sehat, Kakak.Liburan tetap menulis, menulis tanpa alat, alias di angan angan saja dulu, hehehe...

21 Dec



search

New Post