Nasehat Sepanjang Jalan

(Tantangan Hari ke-1)

#tantangangurusiana

Setiap hari saya berangkat ke sekolah, selalu membersamai anak saya. Karena sekolah anak saya saya lewati. Perjalanan dari rumah sampai ke sekolah saya sekitar satu jam. Separo perjalananya, yaitu tigapuluh menitan, anak saya setia duduk di sebelah saya. Saya selalu memanfaatkan kesempatan ini untuk "ceramah" hal apa saja. Sepanjang jalan saya selalu cerewet untuk memberikan nasehat pada anak saya. Kali ini tentang sopan santun berkendara.

"Perlu diingat, setiap akan mendahului kengaraan lain yang ada di depan kita, kita harus waspada." Demikian saya memulai kecerewetan saya pada anak saya. Dia yang duduk di sebelah kiri saya menatap saya, menunggu apa yang akan saya katakan berikutnya.

"Misalnya. Di depan, pandangan harus luas. Jangan menyalip jika pandangan depan tidak luas. Di jalan menikung, tidak boleh mendahului. Kenapa? karena jalan menikung, pandangan depan tidak luas. Di jembatan, juga tidak boleh mendahului. Tetapi di masa sekarang, jembatan sudah didisain lebih luas, seluas badan jalan sebelum dan sesudah jembatan. Jadi kadang boleh mendahului."

"Ketika jalanan ramai, kita harus lebih hati-hati. Tidak perlu ngebut biar selamat." lanjut saya.

"Kalau takut terlambat? Biasanya ngebut." Dia berkomentar.

"Nah, itu tidak perlu. Untuk menghindari agar tidak terlambat, berangkatnya harus lebih pagi." Jika terpaksa berangkat kesiangan, ya tidak usah ngebut. Tetap harus, mengutamakan keselamatan. Telat akan dihukum, tidak apa-apa. Itu menurut ibuk. Keselamatan itu lebih penting. Anak saya manggut-manggut tanda mengerti.

Anak saya masih SMP, dan belum boleh naik sepeda motor. Namun dari awal selalu saya nasehati hal-hal penting yang harus dipatuhi dalam berkendara. Ini demi keselamatan.

Magetan, 17 Januari 2020.

#tantanganGurusiana