Sekolah Adiwiyata, Aministrasi dan Bukti

(Tantangan Hari ke-29)

#tantanganGurusiana

Kembali tentang sekolah Adiwiyata. Beberapa sekolah berpandangan bahwa untuk mengikuti program Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang berupa Sekolah Adiwiyata, itu sangat mahal. Untuk pemenuhan sarana dan prasarananya harus mengeluarkan dana banyak, puluhan juta rupiah. Ya sebenarnya semua itu tergantung sekolah. Tidak harus mahal untuk menuju sekolah yang bersih, peduli dan berbudaya lingkungan. Setelah berhasil melakukan pembiasaan hidup bersih, menjaga lingkungan yang dilakukan oleh siswa, guru dan seluruh warga sekolah, maka pembiasaan itu akan menjadi sebuah budaya yang sangat baik, positif dan menguntungkan.

Bidang garapan dari program Adiwiyata di antaranya, pengolahan sampah, keanekaragaman hayati dan pengelolaan energi. Bagaimana sekolah mengelola sampah, mengelola dan mengembangkan.keanekaragaman hayati serta bijaksana dalam penggunaan energi air maupun listrik.

Untuk pengajuan menjadi sekolah Adiwiyata, pertama dilakukan adalah maju di tingkat kabupaten, jika lolos, lanjut ke tingkat provinsi. Di tingkat provinsi lolos, maju ke tungkat Nasional, dan berikutnya ke adiwiyata mandiri.

Untuk maju ke tingkat kabupaten, sekolah harus menyiapkan segala administrasinya. Ada quesioner yang harus diisi. Untuk pengisian, disertai bukti bukti fisik yang sesuai dengan kondisi lapangan. Bukti fisik tersebut berupa dokumen-dokumen. Misalnya foto-foto kegiatan, surat menyurat, piagam, dan sebagainya.

Untuk pemenuhan bukti fisik ini yang menjadi pemikiran beberapa sekolah bahwa untuk menjadi sekolah Adiwiyata itu mahal. Sebenarnya tidak demikian. Pemenuhan sarpra tidak harus mahal. Di sini saatnya sekolah menunjukkan kreatifitas dan inovasi-inovasi di bidang pemenuhan program sekolah Adiwiyata ini.

Jika sekolah Anda belum menjadi sekolah adiwiyata, saatnya ayobikuti program DLH yang satu ini. Banyak hal baik yang akan diperoleh.

Magetan, 14 Pebruari 2020

#tantanganharike29

#tantanganGurusiana