Yuliawati

Terlahir di kota Pala Fakfak (di jazirah Onin,Negeri Mbaham),di salah satu kabupaten tertua di Provinsi Papua Barat. Melewati masa kanak-kanak hingga lulus esem...

Selengkapnya
Navigasi Web
April,Ku Tak Mengira (9)
poster, desain pribadi

April,Ku Tak Mengira (9)

Uba memang selalu tanggap dengan situasi yang ada, dan lebih sering menjadi ‘penyelamat’ situasi.

“Iya, bear. Am, nanti kita bertemu lagi, atau gentian ke rumah ya, Am!” sambung Anata, mencairkan suasan komunikasi dengan gmengajak Amril ke rumahnya juga.

“O, iya Insya Allah, saya ke rumah nanti” jawab Amril dengan tenang.

Anata dan kedua temannya pamit kembali ke rumah mereka. Berlalu mereka meninggalkan teras depan rumah Amril yang terkesan asri itu, dengan samar-samar terdengar gelak tawa keluarga Amril. Dalam Diri Anata bertanya ada apa gerangan sekeluarga besar berkumpul, tapi sudahlah itu tidak dipikirkan, yang ada utama dalam benaknya adalah tak jadi membuat gertakan kejutan kepada Amril.

Di suasan rumah Anata beberapa jam berikut,bunti detak pintu yang diketuk. Pak Surya, bapaknya Anata pun beranjak menuju pintu untuk membukanya. Dia meninggalkan tontonan di layar kaca, menuju kea rah pintu dan membuka.

“Assalamu”alaikum Pak, Selamat malam, maaf, menganggu”” Sapa lelaki muda, kepada Pak Surya.

“Waalaikum salam, o.nak Amril, mari masuk.” Jawab pak Surya , dengan mimic yang setengah heran . Ada apa gerangan Amril mampir ke rumahnya.

“Bagaimana khabarnya, Pak?”, Tanya Amril dengan santun.

“Alhamdulillah, baik, Nak. Tapi…bukannya nak Amril sedang berada di tempat tugas? lalu kapan datang?”, Tanya pak Surya lagi, sambil mempersilahkan Amril duduk.

“ Oya , pak, saya baru kembali tadi sore. Ada yang harus saya urus di kantor pusat, pak .” Jawab Amril setengah hati-hati.

Suasana cerita dan saling bertanya tak berlangsung lama, namun belum Amril menyampaikan niat maksud berkunjung ataupun cerita panjang lebar apa yang diurus di kantor pusat sini.

Tiba-tiba pak Surya membuka pembicaraan dengan nada datar.

“Ibu dan Anata serta kedua adiknya sedang ke rumah Kakek, di ujung jalan, yang berbatasan dengan kampung sebelah. Kebetulan tadi dijemput dek Pri.”, tukas pak Surya membuka permbicaraan setelah menangkap isyarat kalau rumah ini sepi tak ada orang lain selain pak Surya yang sedang menonton siaran televisi yang sedang menyiarkan langsung kunjungan Presiden ke salah satu propinsi.

Setelah bercerita tidak lebih dari tiga uluh menit, Amril pun pamit pulang. Pak Surya mengantarkan di depan teras, dan Amril pun p[amit.

“saya pamit dulu , pak, Semoga besok pama saya bisa bertemu Bapak. “ Kata Amril sambil mengulurkan tangan kanan, sembari membungkuk , berharap salaman nya disambut.

“ O, iya, Nak, Hati-hati di jalan raya.!” Nasehat pak Surya pada Amril sebelum turun anak tangga pertama menuju motornya.”Iya, InsyaAllah, semoga semua berjalan baik besok”, jawab pak Surya kepada Amril. (Bersambung )

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post