Sekarang ini dunia pendidikan mendengungkan profil pelajar pancasila, yang salah satu elemenya adalah wawasan kebhinekaan global. Istilah ini cukup penting untuk dipahami dan dimiliki oleh anak-anak, baik di lingkungan rumah mereka sendiri maupun di lingkungan sekolah. Namun, sejatinya suasana kebhinekaan global yang sekarang ini, telah pula kami lewati semasa sekolah dan menghabiskan masa anak-anak, dengan konsep Bhineka Tunggal Ika yang tertulis pada pita , yang digenngam oleh kaki burung Garuda lambing negara kita.

Sangat bersyukur kepada Allah SWT, dibesarkan di lingkungan yang multi-suku dan multi agama, sehingga pemahaman wawasan kebhinekaan global-yang kini didengungkan- bukan juga hal yang baru,karena yang sangat terpenting adalah implementasinya dalam keseharian. Bila mengenang masa kecil, di semenanjung Jazirah Onin sana, yang sekarang di kenal dipeta dengan kota Fakfak, provinsi Papua Barat, kami menghabiskan masa kecil dengan bertetangga penuh inspirasi, dari Sumatra hingga irian, ada dalam lingkungan kami. Di tanbah, dulu….dulu sekali saat siaran televise hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI), ada acara Aneka Ria Anak Nusantara.

Ditambah, setiap hari raya besar agama, entah itu idul Fitri , idl Adha, hari Natal, acara sidi (saat hari Paskah), Sambut baru (bagi teman yang beragama katolik), Khataman qur’an dan khitanan (bagi anak-anak muslim sekitar), termasuk perayaan ulang tahun kecil-kecilan. Seperti perayaan ulangtahunnya Bebi- tetangga mungil- yang menjadi rebutan untuk digendong. Terlihat wajah-wajah imut saat hari ulang tahun Bebi yang pertama–tahun 1983 - kalau tidak salah. Akom-atau Anana Kompleks – mengambil bagian saat Bebi kecil berulangtahiun 11 Februari. Tak mebatasi suku dan agama, kami ikut mendoakan Bebi dengan keranjang ulang tahun buatan sendiri yang unik.

#Selamat Ulang Tahun Bebi, May The Lord always bless you and the family

Timika, 11 Februari 2023

-