Yuli Eka Sari,S.Pd

Bernama lengkap Yuli Eka Sari,S.Pd. lahir di Jember, 7 Juli 1970. Pernah mengikuti pendidikan di ABA Bhakti Pertiwi Jember. Dan karena tuntutan mengajar di TK a...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bag Cinderella, CS jadi Model

Bag Cinderella, CS jadi Model

Maafkan Ibu nduk, aku sudah memasukkanmu di ruangan yang salah, di kelas yang bukan level mu.

Padahal aku tidak bermaksud begitu, Aku hanya ingin membuktikan bahwasanya setiap orang bisa melakukan apa saja asal dia punya kemauan untuk belajar dan berani mencoba. Disamping itu setauku pesertanya adalah ASN atau honorer. Sedangkan kamu adalah PTT meskipun tugasmu adalah seorang CS.

Awalnya aku menawarkan ke beberapa staff untuk mengikuti lomba peragaan busana batik Berau, tapi dari semua yang ku beri tahu, banyak yang menolak dengan berbagai alasan. Ada yang tidak pede, ada yang merasa gemuk, ada yang merasa sudah terlalu tua untuk kegiatan itu.

Akhirnya Pilihanku pun jatuh ke kamu. Selain satu pasangan yang sudah siap.

Awalnya kamu menolak secara halus," Saya ndak bisa bu"

" Kenapa ndak bisa?"

"karena saya ndak pernah ikut yang begitu"

"yah berarti kamu harus mencoba biar kamu tahu"

"Tapi saya takut Bu"

"Takut sama siapa?"

"Takut kalau nanti malu, Bu"

"Ah tenang saja tugasmu cuma memakai baju batik tulis, kemudian kamu berjalan ke depan. Di depan nanti kamu akan difoto sama pak Sutiran. Kamu santai saja, agar terlihat luwes dan cantik. Gampang kan?"

"Tapi Bu....."

"Ah bisa, pasti bisa itu. Percayalah. Ayo sini Ibu ajari jalan"

Antara terpaksa dan sedikit bingung, akhirnya dia mau. Aku pun mengajarinya berjalan berlenggak-lenggok beberapa kali putaran di ruang tengah rumah kami. Meskipun aku bukan mantan peragawati, tapi yang namanya pengamat, yaaa bolehlah kalau sekedar berlenggak-lenggok di rumah sendiri hehehe...

Setelah itu dia pun kusuruh berjalan sendiri dan pura pura belajar berpose di depan juri. Not bad, batinku dalam hati. Keesokan harinya ketika tiba hari technical meeting, kulihat dia tampak bersemangat dan kulihat lebih percaya diri. Aku melihatnya ketika berjalan di hamparan karpet merah dengan diiringi musik, wajahnya tampak sumringah. Kelihatannya dia senang dan sangat menikmati seperti layaknya anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Syukurlah, bisikku di dalam hati.

Keesokan harinya tibalah hari yang dinanti itu. Di mana hari ini dia harus berjalan di catwalk dan mendapat penilaian dari penampilannya. Dengan mengenakan busana kerja batik tulis batik Ulin, dia lebih Anggun daripada biasanya, mungkin karena gugup jalannya tampak terburu-buru dan laju. Belum lagi kalau sudah berkacak pinggang, wuiiih....tampak maskulin seperti Polwan sudah. Yo wis lah aku bisa maklum jika situasi seperti ini terjadi

Akan tetapi yang aku tidak habis pikir karena setiap detil gerak-gerik model mendapat penilaian. Sedangkan sainganmu adalah peragawan dan peragawati yang sesungguhnya, termasuk juga di dalamnya ada Duta Wisata Kabupaten.

Betul-betul semula aku mengira, bahwasanya lomba desain batik kerja kali ini yang mendapat penilaian utamanya hanya desain dan bahan batiknya saja. Maksudku betul-betul kain batiknya yang dinilai, bukannya tekstil yang bermotif batik.

Karena setahuku, menurut UNESCO sekalipun, yang dinamakan batik adalah bahan kain yang pembuatannya dengan menggunakan lilin malam, yang prosesnya ditulis, maupun dicap. Kalau printing, itu adalah tekstil yang bermotif batik.

Dan bukan itu saja, aku pikir juga yang mendapatkan penilaian adalah batik yang dibuat di dalam kota saja, bukan yang didatangkan dari Jawa. Tapi ya sudahlah ini hanya persepsi ku saja.

Sempat ku perhatikan wajahnya tampak murung ketika namanya tak disebut dalam nominasi. Cepat cepat aku panggil dia dan kuajak foto bersama untuk menghibur hatinya, sambil kubilang, "Penampilanmu tadi luar biasa"

"Maaf ya bu saya tidak mendapat juara" katanya sedih.

"Tidak masalah, penampilanmu tadi luar biasa. Dan kalau kamu tidak juara, itu wajar. Karena sainganmu adalah peragawati yang sesungguhnya, dan batik yang dikenakan itu diproduksi di luar kota"

"Tapi Bu masak baju kerja celananya ketat begitu, Itu kan tidak boleh" protesnya membela diri.

"Iya kalau di kantor kita baju kerja pakai celana begitu tidak boleh, tapi ini kan di tempat lain, dan ingat ini hanya lomba"

" Oh begitu ya Bu" Dia berusaha menerima penjelasanku, seperti biasanya.

Maafkan Ibu nduk, diam-diam ada rasa sesal yang menyelinap di hati, barangkali diam-diam dia sudah punya mimpi sendiri. Mimpi untuk mendapatkan hadiah meskipun hanya harapan paling belakang, akan tetapi setidaknya bisa berfoto bersama orang penting. Dan sepertinya dia belum terlalu menyadari bahwa saingannya tadi sudah tingkat kaliber. Sedangkan dia adalah seorang model dadakan yang profesinya sehari hari adalah tenaga honorer yang bertugas sebagai Cleaning Service di sebuah instansi.

Apapun profesinya, hari ini adalah hari ibu. Dan setiap perempuan yang sudah berpartisipasi, berhak untuk mendapatkan apresiasi.

"Kalau begitu Bu, harusnya lain kali ibu buat lomba saja sendiri. Pesertanya dari seluruh kecamatan kecamatan yang ada di Kabupaten dan juga dari kelurahan dan kampung yang ada. Pasti saya ikut lagi"

Whaattttt???? Ternyata mimpinya tidak berhenti sampai disini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Memulai melakukan sesuatu awalnya sulit, tapi setelah dimulai, jadi penasaran dan ingin lagi. Sukses selalu dan barakallah

21 Dec
Balas

Betul bun, sukses juga buat bunda

22 Dec
Balas



search

New Post