Yuli Ridawati Dahlan

Dra. N. Yuli Ridawati, M.Si. Lahir di Bandung, 09 Juli 1963. Bekerja sebagai Pengawas SMP Disdik Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Alumni MWC 4 Jabar...

Selengkapnya
Navigasi Web

HARI YANG MELELAHKAN

Pagi awal tahun baru masih berselimutkan dingin. Mendung menggelayut di langit kelabu. Pucuk merah bergoyang ditiup angin, menjatuhkan butiran mutiara yang menghias ujung daunnya. Mawar warna warni yang tengah bermekaran, kelopaknya gugur satu-satu setelah tuntas menunaikan tugasnya. Sementara burung gereja mencicit bersahutan mengusir dinginnya pagi. Aku tak mau beranjak dari jendela. Pemandangan pagi ini menghipnotisku untuk tetap di tempat walau dingin menusuk kulitku.

Saat asyik menikmati pemandangan pagi, telepon genggamku berdering. Di layar muncul nama menantuku. Dengan penuh tanda tanya dan kekhawatiran telepon segera kuangkat. Beberapa hari ini aku tengah galau. Anakku dan isterinya sedang sakit, sementara mereka memiliki dua anak yang masih kecil-kecil. Yang kukhawatirkan di saat pandemi covid 19 ini adalah sakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Apalagi anak mereka masih kecil-kecil, bahkan yang bungsu masih bayi.

Seperti yang kuduga, suara di seberang adalah suara menantuku. Dia mengabarkan kondisi suaminya, yaitu anakku. Semalaman tidak bisa tidur karena sesak dan demam. Hari ini berencana mau ke dokter, minta tolong diantar oleh adiknya. Kebetulan kedua anakku tinggal di kota yang sama dan berdekatan jaraknya.

Mendengar kabar tersebut, aku semakin khawatir. Namun, aku berusaha untuk tetap tegar dan memberi petunjuk pada menantuku untuk menyiapkan berbagai hal yang diperlukan kalau-kalau suaminya nanti harus dirawat. Selesai berkomunikasi dengannya, aku langsung menelepon anak bungsuku. Aku perintahkan dia untuk membantu kakaknya, mengantarkan ke dokter dan menjaga anak-anaknya, sambil terus mengabari perkembangan yang terjadi.

Dalam kekhawatiranku pada kondisi anakku, aku jadi ingat musibah yang menimpaku beberapa bulan yang lalu. Saat itu semua orang mulai dari pejabat tertinggi hingga karyawan terendah wajib melakukan swab massal yang diadakan oleh kantorku. Mendengar kata swab saja membuatku mules, apalagi aku harus melakukan hal tersebut, sehingga malam menjelang pelaksanaan tes swab aku tidak bisa tidur. Kondisi ini berpengaruh secara fisik dan psikhis pada kesehatanku. Kepalaku mendadak agak pusing dan sedikit meriang sehingga aku langsung minum obat paracetamol.

Rasa takut yang berlebihan ini terus menghantui hingga pelaksanaan swab. Tanganku berkeringat dingin dan aku pun bolak-balik ke kamar kecil. Sampai pada giliranku, aku semakin tegang. Petugas yang memeriksaku mengingatkan agar aku jangan tegang. Sepuluh detik waktu yang diperlukan untuk melakukan swab, namun ketegangannya melampaui batas. Selanjutnya tinggal menunggu hasilnya. Ketegangan pun dengan sendirinya mereda. Karena aku merasa sehat, aku tidak khawatir dengan hasilnya.

Bagaimana hasil swabnya? Tunggu besok ya.

Bandung, 2 Januari 2021

#Harike-2

#Tantangan30harimenulis

#HARIYANGMELELAHKAN

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga Aa sehat ya, Bu...

03 Jan
Balas

Ternyata saat sakit dulu itu, ini jawabannys. Subhanallah. Semoga sehat selalu ya tetehku. Barokallah

03 Jan
Balas

Sehat selalu

02 Jan
Balas

Aamiiin. Makasih, say.

03 Jan

Semoga baik-baik saja. Sudan di follow ya...

02 Jan
Balas

Ok, terima kasih, Pak.

03 Jan

Semoga ibu dan keluarga selalu sehat...

03 Jan
Balas

Aamiiin... Terima kasih, Bu Sri.

03 Jan



search

New Post