YULITA AYU SURYANI

Apalah saya. Saya hanya seorang pembelajar. Belajar dari apapun, dari siapapun. Nothing is impossible. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lipstik

Lipstik

Lipstik

Oleh: Yulita

“Sudahkah Anda menulis hari ini?” Satu kalimat ini selalu menampar saya. Serasa ada yang kurang jika sehari tak mengencani aksara. Langsung saja saya ambil pena. Saya biarkan jemari saya menari lepas di antara kata-kata. Lembut tariannya mengikuti irama ide yang senang becanda. Kadang suka pergi semaunya.

Aduh.. jadi ngelantur kan? Sudah sesore ini aku belum menulis. Mau menulis tentang apa ya hari ini? Saat memikirkan ide tulisan, tetiba saya teringat sesuatu. Saya teringat kejadian kemarin pagi ketika perjalanan ke tempat tugas. Motor saya terhenti. Rupanya minyaknya habis. Saya pun merapat ke sebuah pom mini tak jauh dari tempat motorku terhenti.

Berbarengan dengan saya, ada dua gadis berseragam putih abu-abu juga sedang mengantre bahan bakar untuk motornya. Karena giliran mereka yang lebih dahulu, saya iseng perhatikan mereka. Wow… bibir yang merah merona mengalahkan bibir saya. Hayo.. jangan berpikir ke mana-mana ya!

Iya, bibirnya itu lo. Lipstik merah tersapu di bibirnya. Keduanya. Kedua gadis putih abu-abu itu. Alis tebal warna cokelat, terlihat jelas itu bukan alis aslinya. Saya jadi semakin tertarik perhatikan kedua belia itu dari ujung rambut (rambut alis, hehe) sampai ujung kaki (sepatunya keren). Dalam benak saya jadi berpikir. Seperti inikah yang dikatakan “anak zaman now”? namun dibalik pertanyaan itu, yang notabene saya sebagai seorang guru, saya merasa malu. Malu, karena saya sendiri enggak terbiasa dandan seperti mereka. Upss… salah lagi deh.

Saya tidak ingin berkomentar banyak. Takut salah. Kalau dibilang hak, iya sih itu hak mereka. Bibir juga bibir mereka. Lipstik juga lipstik mereka. Gak minta saya juga, kan?

Tetapi enggak begitu juga sih. Saya pribadi turut prihatin saja. Menurut saya, hal itu masuk dalam pendidikan karkater yang perlu dibenahi. Belum waktunya mereka seperti itu. Berdandan berlebihan yang mungkin akan mengundang syahwat laki-laki yang meliriknya. Sekali lagi, belum waktunya.

Dan benar, saya tidak ingin berkomentar banyak. Karena suara ibu penjaga pom mini mengejutkan saya. “Mau diisi berapa, Bu? Ibu kalah menor ya sama mereka?” kata ibu penjaga pom mini yang ternyata sedari tadi memperhatikan saya. Upss… sambil kuserahkan beberapa lembar uang kertas, saya pun tersenyum tersipu malu.

Demak, 25 Januari 2019.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Renyah banget

25 Jan
Balas

Mending mereka berseragam putih abu-abu, la yang berseragam putih biru juga banyak. Klo saya sering suruh mereka hapus pake jilbabnya. Ada juga yang ngusulkan dilipstiki pake trasi. Btw, tulisannya keren Bu.

25 Jan
Balas

Keren euy

25 Jan
Balas

Keren euy

25 Jan
Balas



search

New Post