MENJEMPUT KURBANKU
Di waktu yang lalu, kurban bagiku hanya sebatas angan. Persepsi yang menjadi pembenaran bagiku sendiri bahwa kurban hanya untuk kalangan yang benar-benar mendapat julukan kaya.
Saat itu aku merasa terbebas dari kewajiban kurban. Karena gaji yang ku peroleh memang secara hitungan semua terpakai untuk kebutuhan sehari-hari, cukup ga cukup ya dicukupkan saja. Saat idul adha selalu saja tiidak ada kelebihan materi untuk bisa berkurban.
Sementara di depan rumahku yang berdekatan dengan masjid, setiap kali jelang hari raya idul adha dihadiri banyak hewan kurban dari warga sekitar ada juga dari luar wilayah. Dan aku sekedar gembira karena terasa lebaran kubannya dan berbesar hati akan dapat jatah hewan kurban.
Sampai suatu ketika aku memperhatikan setiap orang yang menyerahkan hewan kurban selalu dengan raut wajah yang tampak bahagia dan terpancar keikhlasan. Tanpa harus berharap jatah dan kupon antrian, panitia kurban akan mengantar bagian untuk orang yang berkurban karena memang ada haknya satu pertiga bagian, tampak sudah dimulyakan.
Dalam lamunan fatamorganaku, terlihat mereka menghampiri kendaraan masing-masing, dan aku yang berada di antara mereka, tidak tahu kendaraanku yang mana, tidak ada kendaraan yang bisa kuhampiri, sedih yang mengais batin bangunkan dari lamunan.
Berangkat dari pengamatan itu hati terasa tercambuk dan hantarkan pertanyaan menyelinap "kapan mau berkurban?"
Nurani spiritualku menasihati "jangan menunggu mampu untuk berkurban, akan tetapi mampukanlah diri untuk niat menjemput hewan kurban "
Singgungan itu menghadirkan keinginan yang membujuk keyakinan, "idul adha tahun depan kan ku jemput hewan kurbanku,investasi ukhrowiku"
# Barokallah,Semoga Allah memampukan kita semua.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah. Persepsi kita bahwa berkurban bagi yang mampu itu salah. Yang jelas bagi yang mau.
Betul Bun.. dan kita yang memampukan diri kita sendiri
Aamiin barokallahu fik Bunda.. Semoga senantiasa dikumpulkan untuk berkurban ya bun
aamiin,
Semangaat bunddaaa
Siaapp...