yuniakbar

Ternyata menulis itu menyehatkan jiwa. Ia menjadi jejak bahwa kita pernah ada. Karena kita akan tiada. Tulisan dari hari akan bertemu hati pembaca. Alumni S2 A...

Selengkapnya
Navigasi Web
Persetujuan Nyontek
sumber: tribunnews.com

Persetujuan Nyontek

3Remidi #11 (harusnya #179)

”Bu, besok kalo ujian boleh nyontek, ngga?” Nurman bertanya lirih.

”Memangnya Nurman berencana nyontek?” akupun menjawab lirih. Selanjutnya kami bicara empat mata dengan suara lirih nyaris berbisik.

”Ya, kalo bisa. Kan pingin dapet nilai bagus. Takut kalo ngga lulus, Bu.”

”Memangnya selama ini nilai Nurman tidak bagus?”

”Ya, dapatnya enam terus. Kan pingin seperti matematika sama Bahasa Indonesia, Bu. Bisa dapat tujuh ato delapan.”

” Memangnya Nurman mau nyontek siapa?”

”Wicak, Bu.”

”Memangnya Wicak nilainya berapa?”

”Ya kan selama ini, Wicak paling nonjol dikelas. Nilainya bagus terus. Lagian saya kan satu ruang ujian sama Wicak.”

”Yakin, kalo udah nyontek nilaimu pasti bagus?”

”Ya, gitu deh.”

”Kok Nurman tanya bu Yuni kenapa? Kan Nurman bisa aja mutusin sendiri mau nyontek apa tidak. Ndak harus melibatkan bu Yuni, kan?”

”Cari penguatan, Bu. Kalau gurunya menyetujui kan lebih mantap, gitu.”

”Hmmm,” aku merenung.

”Tentu bu Yuni akan mengatakan tidak boleh. Dinilai dari berbagai sudut etika.” Aku memasang raut serius.

”Kok, nyangkut etika segala, sih, Bu?”

”Kita hidup ndak bisa lepas dari etika, Nur. Semua yang kita lakukan kan ada etikanya. Bahkan kejahatan saja ada etikanya.”

”Kok, jadi rumit, ya?”

”Iya, jadi hidup itu sesungguhnya aspeknya banyak sekali. Tidak bisa kita begitu saja memutuskan sesuatu tanpa menimbulkan efek karena aspek-aspek tersebut. Jadi kalau Nurman mau memutuskan untuk menyontek di ruang ujian, maka Nurman harus membuat suatu daftar yang terdiri dari dua kolom. Sebelah kiri adalah urutan kerugian masa sekarang dan masa yang akan datang dan setelah masa berakhir. Sedangkan kolom sebelah kanan adalah keuntungan masa sekarang, mendatang dan setelah masa berakhir. Secara singkatnya begini ...”

”Bu, maaf ya, saya mau ke kantin. Lapar, nih.” Nurman bangkit sambil ngeloyor tanpa menghiraukan kalimatku selanjutnya. Aku tersenyum.

catatan kelas, 2010

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen, Bunda. Salam literasi

28 Oct
Balas

Thank you, Mr. Saroni. Salam literasi

29 Oct



search

New Post