Yuniar Prihanti

Lahir di Bondowoso 18 Juni 1974. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Guru Kimia di SMA Negeri 2 Bondowoso. Tinggal di kota Bondowoso, Jawa Timur. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SELAMATAN MEGENGAN KALA ITU
suarasikap.com

SELAMATAN MEGENGAN KALA ITU

SELAMATAN MEGENGAN KALA ITU

Teringat ketika mudik beberapa tahun lalu. Ketika masih ada Ibu Mertua. Menjelang hari Idhul Fitri, tradisi di kampung halaman Suami di Mojokerto, ada selamatan di akhir Ramadan. Kata Ibu kala itu, selamatan Megengan. Nama yang bagi saya asing di telinga, karena di tempat saya tidak ada, atau mungkin sebutannya berbeda.

Setiap rumah mengirimkan satu hantaran besar berisi makanan. Nasi putih, kare ayam atau ayam bumbu rujak, telur bumbu bali, mie goreng dan sambel goreng ati, menjadi isian hantaran selamatan. Tak lupa pula disertakan kue apem, tetel dan pisang raja. Kue apem wajib ada dalam selamatan ini.

Kue apem yang merupakan ungkapan dari rasa permintaan maaf secara tidak langsung kepada para tetangga kita. Apem asal katanya adalaha afwum yang artinya meminta maaf, yang maksudnya untuk saling memaafkan dan mohon ampunan kepada Allah SWT.

Kala itu, dua hari menjelang hari Raya Idhul Fitri, keluarga kami sibuk menyiapkan hantaran besar selamatan Megengan. Suami saya bertugas memotong seekor ayam kampung ukuran besar. Kakak ipar saya ke pasar besar belanja segala keperluan Megengan. Dan saya, saat itu tak bisa membantu banyak karena harus momong si Adek yang masih batita.

Mengunakan cetakan wajan tembikar kecil, Ibu, dengan cekatan membuat apem untuk Megengan. Tape singkong putih, campuran tepung terigu, tepung beras dan santan dicampurkan untuk membuat adonan apem. Satu demi satu kue apem dipanggang. Aromanya sangat harum sekali.

Sembari, Ibu memanggang apem, Yu Aki, asisten rumah tangga kami, memasak beras ketan, untuk bahan tetel. Tetel terbuat dari ketan dan parutan kelapa muda, diberi sedikit garam, lalu dihaluskan. Tetel biasanya disuguhkan dengan tape ketan hitam. Rasanya nikmat sekali.

Setelah beras ketan masak, panas-panas ketan dimasukkan dalam lumpang, ditambahkan parutan kelapa muda dan garam, lalu ditumbuk menggunakan bongkot daun pisang. Aroma bongkot pisang akan menambah rasa tetel buatan Ibu. Setelah halus, tetel dicetak lonjong-lonjong lalu dibungkus daun pisang mirip lemper.

Menjelang Ashar, Ibu menata hantaran di talam besar. Nasi dan segala lauk pauknya dibagian bawah, ditutup rapat dengan daun pisang. Beberapa apem, tetel dan pisang raja ditata rapi diatasnya. Hantaran pun siap.

Pukul setengah lima sore, hantaran besar itu dibawa ke Masjid dekat rumah. Keponakan yang membawanya ke sana, sekaligus ikut acara selamatan. Setelah doa bersama, setiap yang hadir membawa pulang hantarannya kembali, untuk santapan berbuka puasa. Tapi bukan hantaran milik sendiri, tapi hantaran dari keluarga lain.

Acara selamatan ini mengajarkan arti keikhlasan yang harus dimiliki setiap orang. Saat hantaran yang kita bawa pada selamatan itu dengan menu terbaik, maka kita harus ikhlas bila nanti hantaran tersebut bukanlah milik kita lagi, tetapi menjadi milik orang lain.

Alhamdulillah, rejeki keluarga kami kala itu, kami mendapatkan hantaran dengan lauk pepes ikan mas, sambel goreng ati rempelo, dan oseng sayur buncis. Dengan pelengkap kue apem dan pisang raja, tanpa tetel. Kami pun berbuka puasa.

Selamatan Megengan di Pagerejo, Gedeg, Mojokerto kala itu.

Bondowoso, 22 Mei 2020

Tulisan yang tidak sempat terupload tanggal 22 Mei...takdir untuk remidi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kalau di Surabaya megengan sehari sebelum puasa, kalau di Mojokerto sehari sebelum puasa, seje deso mowo coro ...

23 May
Balas

Disini masih ada juga dg menjaga Protokol.kesehatan bunda

23 May
Balas

Kalau kumpul keluarga makanan apa saja enak dik. Tinggal kenangan ya dik moga tahun depan lebih bermakna aamiin

23 May
Balas

Ternyata dapat org Mojokerto ya Bu .

23 May
Balas

Masih mempertahankan budaya..semoga selalu diberi kebaikan

23 May
Balas

Di beberapa desa di Bondowoso ada juga yang

23 May
Balas

Masih mengadakan selametan menjelang malam Idul Fitri. Ini tulisan yang terbawa ke alam mimpi ya ?Artikelnya bagus dan lengkap. Semangat ibu Yuniar....

23 May
Balas

Hmm jadi ingat masa kecilku ...

23 May
Balas

Saya juga lagi menggengan nih bu nggak banyak sih cuma sederet ngirim l dongo leluhur kita bu

23 May
Balas

Saya juga lagi menggengan nih bu nggak banyak sih cuma sederet ngirim l dongo leluhur kita bu

23 May
Balas



search

New Post