Yuniar Widati

Guru Bahasa Inggris MTs Negeri 3 Magelang yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Sangat suka membaca dan masih terus belajar menulis. Cukup ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Friendzone (18)

#harike399

--

Sepulang mengajar aku segera membersihkan diri. Bercengkrama sebentar dengan suami dan anak, lalu aku permisi untuk beristirahat sejenak sambil membaringkan badanku. Tentu saja tidak tidur. Tidur setelah Ashar tidak baik untuk kesehtan. Hanya berbaring sejenak, nanti badanku akan fit kembali.

Selepas dzuhur tadi gawaiku kehabisan daya. Kebetulan aku juga lupa tidak membawa pengisi daya. Terpaksa gawai kumatikan. Sesampai di rumah tadi sudah langsung kuisi dayanya sehingga sekarang sudah terisi nyaris penuh. Baiklah, kunyalakan gawaiku. Barangkali ada pesan atau telepon penting. Oya, aku teringat akan menerima telepon dari Ocha kembali. Entah apa yang akan dia bicarakan dan apa yang akan kujawab. Kubiarkan semua mengalir saja.

Begitu gawai menyala, aku sedikit heran ketika ada pemberitahuan pesan sekitar 800an percakapan di grup SMAku. Apakah ada peristiwa penting yang membuat hampir semua anggota berkomentar dan menghasilkan percakapan sebanyak itu dalam waktu hanya sekitar dua tiga jam saja? Penasaran aku mencoba mengintip apa yang menjadi topic sore ini.

- Mohon doanya untuk rekan kita Beni yang siang tadi dibawa ke rumah sakit. Saat ini kondisi masih belum sadar.

Pesan dari Andra, admin grup terlihat di bagian teratas pesan yang belum terbaca. Pesan yang cukup membuatku bangkit terduduk karena kaget. Kutelusuri pesan-pesan berikutnya dari kawan-kawan. Sebagian besar nimbrung mendoakan, sebagian yang lain saling berbagi informasi terkini.

Informasi yang kuperoleh dari percakapan riuh di grup adalah Beni dirawat karena endema paru. Kondisi ini terjadi ketika jaringan dan kantung udara di dalam paru-paru yang seharusnya berisi udara, justru dipenuhi oleh cairan. Aku sungguh-sungguh terkejut. Aku benar-benar tidak tahu jika Beni sakit. Sejak kapan? Bagaimana dia bisa menderita penyakit seperti itu?

Aku bergegas mencari nomornya dan melihat pesan pribadi. Kulihat dia terakhir terlihat aktif pada pukul delapan tadi pagi. Jadi sudah cukup lama dia tidak memegang gawainya. Ya Allah, bagaimana aku bisa memantau kondisinya. Kekhawatiranku sama seperti kekhawatiran kawan-kawan lain. Beni adalah sahabat kesayangan untuk siapapun di sekolah dulu karena sifatnya yang menyenangkan. Baiklah, barangkali kekhawatiranku sedikit lebih dibandingkan kawan-kawan yang lain. Namun aku tidak berani berkomentar di grup. Diam-diam aku terus memantau karena sesungguhnya aku sedikit gelisah.

Aku tidak tahu harus menghubungi siapa. Namun sepertinya Andra selalu mendapatkan berita terkini. Ternyata dia terus berkomunikasi dengan Deni, adik Beni yang juga sahabat adiknya Andra. Pantas saja.

Kemarin Beni pulang. Kapalnya sedang sandar. Kondisinya baik kata Deni waktu itu. Namun tiba-tiba tadi pagi Beni menderita sesak nafas yang cukup parah hingga tak sadarkan diri. Keluarga bergegas membawanya ke rumah sakit. Dia sudah ditangani oleh dokter terbaik di kota kami. Kondisinya saat sudah cukup stabil. Namun belum sadar sepenuhnya. Duh, Ben, kamu membuat banyak orang khawatir, batinku.

Aku sedikit terkejut ketika tiba-tiba gawaiku berdering. Ada panggilan masuk. Ocha. Ya, ampun aku sebenarnya sudah mulai lupa karena kekhawatiranku tentang Beni. Ternyata wanita ini tidak lupa untuk melanjutkan terornya padaku. Sungguh menyebalkan.

Begitu kusapa, dia langsung menyemburkan makian padaku. Sepertinya dia melampiaskan kekesalannya yang tertunda tadi pagi. Aku tersenyum sambil menjauhkan gawai dari telingaku. Lebih baik tidak mendengarnya, tapi membiarkan dia puas memaki. Sekian menit kemudian sepertinya dia kelelahan sendiri. Baiklah, ini kesempatanku bicara.

“Sudah maki-makinya? Sudah puas?”

“Belum, aku masih belum puas sampai aku membuatmu merasakan yang kurasakan,” jawabnya.

“Kamu bawel begini, pantas saja Beni nggak mau sama kamu.”

“Apa? Kurang ajar …”

“Percayalah. Perempuan seperti kamu bukan tipenya Beni. Jadi nggak usah repot-repot merendahkan diri. Move on lah. Menikahlah dengan lelaki yang lebih baik dari Beni. Banyak di luar sana. Lagipula, jika kamu peduli pada Beni, lebih baik kamu segera ke rumah sakit daripada membuang waktu memaki aku seperti ini. Aku wanita yang sudah bersuami dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan Beni lagi. Dia adalah masa lalu. Paham?”

“Untuk apa aku ke rumah sakit?”

“Beni sakit. Kamu nggak tahu?”

“Apa?”

Kata tanya yang tak sempat kujawab karena Ocha sudah mematikan gawainya. Kutebak, dia menghubungi keluarga Beni dan bergegas menuju ke rumah sakit. Aku menghela nafas panjang. Entah ini karena lega atau justru karena gelisah. Lalu, apa yang sebaiknya kulakukan kini?

--

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren mbak Yun... Sukses selalu

16 Apr
Balas

Aduh Ocha kok ndak lelah ya Bu Yuniar. Semoga Ocha nanti tiba di titik sadar. Sukses selalu Bu Yuniar dengan cerpen penuh romantika. Salam literasi

16 Apr
Balas

Duh, Ben. Smg segera sembuh yaaa

16 Apr
Balas

Cerpennya keren Bu, ceritanya semakin menarik dan asyik layak untuk diikuti, ditunggu kelanjutannya

16 Apr
Balas

Keren alurnya semoga sukses selalu buat Ibu Yuniar Widati

16 Apr
Balas

Apa, ya yang akan dilakukan? Semoga sehat Bunda di ramadhan ini Aamiin

16 Apr
Balas

Duh.. kasihan Beni.. Keren Bun... Salam sukses selalu

16 Apr
Balas

Keren bunda.

16 Apr
Balas

Kereen kisahnya, Bu. Bikin penasaran. Ditunggu berikutnya. Salam sukses, Bu

16 Apr
Balas

Doakan saja agar dia baik baik saja

16 Apr
Balas

Ceritanya makin seru Bunda, lanjuuuutt,, salam sukses selalu

16 Apr
Balas

Mulutmu harimaumu Ocha... Berhati-hatilah... Keren bunda Yuni...

16 Apr
Balas

Cerpen yang menarik bunda. Sukses selalu

15 Apr
Balas

Antara sedih dan senang. Sedih karena beny sakit. Senang karena kalau beny meninggal tidak akan meresahkan laili lagi. Hehe... saya nggk jahat lo bu Yuniar. Mencari jalan tengah saja. Sukses selalu Bu

16 Apr
Balas

Hahaha... Doa buruk yang baik Bu Dewi.

16 Apr



search

New Post