BLENDER DAN LESUNG BATU

#Harike112

Blender selalu merasa tinggi hati. Ia terpajang cantik di lemari kaca. Blender merasa dirinya paling berharga, merasa paling bersih, merasa paling disayang bunda. Blender jarang bekerja keras. Bunda hanya menggunakannya sekali-sekali saja. Blender selalu terawat dengan baik, jauh dari debu dan bau bumbu-bumbu dapur. Itu sebabnya blender selalu mengejek dan mengolok-olok lesung batu. Lesung batu dikatakan jorok, jelek dan cocok berada di dapur. Tentu saja sikap blender membuat sedih si lesung batu.

Beberapa sahabat lesung, mencoba menghiburnya. Piring, sendok, pisau dan talenan mengatakan pada lesung batu bahwa hidup harus banyak bersyukur. Apa yang sedang dijalani, dinikmati bukan diratapi. Mendengar masukan dari sahabat, lesung batu jadi semangat. Kini ia tidak lagi memikirkan ucapan jelek dari blender. Di dapur lesung batu bahagia. Tanda ia bahagia, saat bekerja lesung batu selalu dibantu sahabat kecil (alu) untuk menghaluskan sesuatu. Selain itu, suara tumbukan lesung memberikan suasana riuh dan ceria. Sehingga terkadang piring, sendok dan benda dapur yang ada disekitarnya merasakan getar energi suara dari lesung batu itu sendiri.

Berbeda dengan blender. Setiap hari ia sendiri tanpa teman. Bunda menempatkannya jauh dari benda lainnya. Blender memiliki segalanya, kedudukan, dilap, dirawat, tetapi sayang bahagia belum ia dapatkan. Kini blender menyesali sikapnya yang kurang baik. Hidup membutuhkan yang lain. Hidup butuh teman. Berteman hendaklah bertolerasi. Menuju hidup sehat dan bahagia. Masih ada waktu memperbaiki diri. Lalui prosesnya menuju ridho Ilahi.

Karimun, 4 Agustus 2020