Yunik Ekowati

Si sulung dari empat bersaudara cewek semua. Lahir di Sragen di bulan Juni, suka mencoba hal baru dan suka tantangan. Menggembala kambing sambil membaca buku ad...

Selengkapnya
Navigasi Web
FILOSOFI PISANG RAJA
FILOSOFI PISANG RAJA

FILOSOFI PISANG RAJA

FILOSOFI PISANG RAJA

Tantangan 365, hari ke-50

Setiap peringatan yang bersifat adat-istiadat atau berupa tradisi salah satunya adalah kendurian di Jawa. Mempunyai tradisi atau yang namanya sesaji berupa buah-buahan. Selain berupa bunga dan dedaunan, sering dijumpai salah satunya adalah buah pisang raja. Sering kita jumpai dalam sesaji; peringatan mendhak atau hari kematian, kelahiran, wetonan, hantaran pernikahan dan peringatan tradisi lainnya. Mengapa dipilih adalah buah pisang raja, bukan jenis pisang lainnya?

Disinilah saya akan mencoba membahas, tentang pisang raja. Menurut pendapat Murdijati Gardjito, sering dipanggil bu Mur. Beliau adalah guru besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gajah Mada, menyampaikan bahwa, pada dasarnya pisanga raja merupakan kudapan yang manis dan lengket. Selain itu beliau juga menyampaikan bahwa, jenis pisang raja adalah pisang yang paling manis rasanya dibandingkan jenis pisang yang lain. Kandungan gulanya paling tinggi, secara keilmuan.

Selain itu, pisang raja merupakan simbol kebesaran dan harapan yang baik. Maka dari itu, masyarakat Jawa khususnya dalam setiap ritual ataupun sesaji, tidak ketinggalan menggunakan pisang raja. Mengapa pisang raja harus sesisir atau setangkep? Mengenai jumlah lebih diidentikkan dengan bentuk pisang setangkep, jika pisang digabungkan membentuk atau menyerupai bentuk kedua tangan yang menengadah ke atas. Seolah-olah seperti bentuk tangan saat sedang berdoa’a.

Posisi yang seperti itulah, masyarakat Jawa lebih memilih pisang raja berjumlah setangkep atau dua gandeng dijadikan satu. Masyarakat Jawa syarat dengan pertimbangan dan sangat memperhatikan makna dan filosofi. Jika orang awam, melihat begitu rumit adat-istiadat atau tata cara tradisi Jawa berbau musrik, maka sebaiknya mempelajari secara dalam terlebih dahulu. Paling tidak mencari tahu maksudnya. Sehingga tidak timbul justification sepihak.

Tidak heran jika harga pisang raja adalah paling mahal dibandingkan jenis pisang lainnya. Seperti makna filosofi pada daun sirih. Hampir setiap sesaji, contoh kendurian selain ada pisang raja pasti ada pasangannya adalah daun sirih, kapur atau injet dan tembakau. Sekilas melihatnya dekat dengan musrik, tetapi mari kita kupas lebih jauh makna yang akan disampaikan.

Setahu saya, daun sirih merupakan jenis tanaman herbal yang bisa menyembuhkan atau paling tidak bisa mengurangi rasa sakit tertentu. Misalnya yang pernah saya alami adalah, pernah saya sakit gigi dan berlobang. Mengambil beberapa daun sirih merah, saya tumbuk kadang saya mengunyahnya dan mendiamkan beberapa menit pada gigi yang sakit.

Hasilnya rasa sakit pada gigi sembuh. Begitu juga pernah saya kelilipan, saya mengambil daun siri yang hijau, dicuci dan saya potong-potong kemudian melimbang mata. Dalam bahasa Jawa melimbang adalah mencelupkan wajah kedalam permukaan air, sambil sesekali membuka mata supaya kotoran didalamnya bisa keluar. Hasilnya ada seperti kotoran berdebu atau pasir halus keluar dari mata.

Beberapa masyarakat Jawa berpesan, saat membeli daun sirih jangan pernah menawar apalagi menawar dengan harga murah. Pamali, mengapa demikian karena orang-orang yang berjualan daun sirih biasanya kehidupannya mohon maaf masih kekurangan. Bahkan kadang saat zaman dulu masih di bawah garis kemiskinan. Maka, alangkah mulianya jika kita membeli dengan harga yang di mau. Paling hanya tiga ribu hingga paling mahal lima riburupiah, sudah dapat satu ikat banyak. Hitung-hitung memberi sedekah, dan berharap berkah dari Alloh SWT.

Selain daun sirih, adalah tembako. Masyarakat Jawa dahulu sangat gemar nginang yaitu, tradisi atau kebiasaan mengunyah daun sirih, kapur atau injet, setelah dikunyah kemudian menggunakan tembakau untuk susur atau membersihkan gigi. Sehingga terlihat mulut mbah-mbah zaman dulu terlihat memerah, seperti darah. Dan manfaatnya adalah menguatkan gigi, seperti mbah Uti saya dulu.

Begitulah beberapa rahasia atau menelusuri makna-makna filososfi barang atau benda tertentu. Jadi alangkah lebih baiknya, mencoba mencari tahu dan berpikir ilmiah dalam merespon sesuatu. Karena kadang persepsi kita tidak sama dengan apa yang dimaksudkan makna sesungguhnya. Salam literasi

Jatisari, 18 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kandungan gulanya paling tinggi, secara keilmuan. Maksnya dibilang raja ya ...

18 Feb
Balas

He..he...iya bu Widwi...makasih pisangnya..ee..mampirnya. salam literasi

18 Feb

Sangat inspiratif dan informatif bunda. Luar biasa

19 Feb
Balas



search

New Post