Yunik Ekowati

Namanya adalah Yunik Ekowati lahir 10 juni dia adalah si sulung dari empat bersaudara perempuan semua. Bapaknya seorang pensiunan dinas pariwisata Sragen, yang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU JUGA MANUSIA

GURU JUGA MANUSIA

Bangun pagi buta, berangkat sekolah hampir setengah tujuh, perjalanan dari rumah ke sekolah kira-kira lima belas menit. Dengan mempersiapkan dan mengkondisikan segala keperluan dua anak, setiap paginya butuh preapare yang lumayan nritik. Si sulung sudah kelas kelas tiga SD, dan si bungsu baru duduk di bangku TK, tahun depan sudah mulai masuk SD.

Mempersiapkan sega kebutuhan anak-anak yang notabene masih sangat membutuhkan bantuan orang tua, adalah hal yang lumayan sibuk. Belum lagi urusan mandi, sarapan pagi, ganti baju yang terkadang susah dikondisikan. Tak jarang, suara tangisan, jeritan dari keduanya membikin telinga tetangga merasa berisik dan terganggu. Begitulah romantika kesibukan ibu-ibu yang juga bekerja.

Kondisi jalanan macet, kadang cuaca mendung hujan tiba-tiba, membuat semakin kemrungsung atau terburu-buru. Tak jarang keluar kata-kata yang agak kasar untuk anak sekecil mereka, karena memang situasi emosi yang sulit dikendalikan. Tak sadar, kita sebenarnya melakukan penganiayaan terhadap anak, dengan kalimat dan perlakuan membentak ataupun menarik tangan anak tersebut, untuk segera berangkat kesekolah agar tidak telat.

Masyaallah, maafkan hamba Mu ya Allah….terkadang, sangat menyesal sekali mengenang peristiwa pagi tadi, saat memperlakukan anak-anak kesayangan ku, titipan amanah Mu ya Allah. Sesampainya di kantor, jam tujuh kurang sepuluh menit. Rupanya breafing pagi sudah dimulai lima menit yang lalu oleh kepala sekolah. Setelah breafing selesai, bel tanda masuk kelas berbunya. Aku langsung bergegas menuju kelas.

Rupanya, breafing pagi ini membahas tentang acara HUT sekolah minggu depan, karena datang telat informasi yang ku dapat juga kurang lengkap. Baru masuk di kelas, salah satu guru menghampiri ku, beliau menyampaikan mandate untuk segera membuat naskah drama sejenis OVJ yang ada di dalam TV-TV. Dengan cerita dan konsep bebas, tetapi mempunyai pesan moral yang mendalam untuk anak-anak.

Pemainnya adalah seluruh guru dan karyawan di sekolah kami, tgermasuk kepala sekolah juga ingin sekali tampil dan request, berperan sebagai dalang operanya. Mendapat tugas yang lumayan mendadak, saya langsung saat itu juga membuat konsep dasarnya dulu. Karena membuat naskah sambil mengajar di kelas, tak terasa waktu sudah pukul setengah empat sore. Saatnya anak-anak pulang, padahal baru jadi adehan dan garis besarnya saja.

Bapak kepala sekolah menghendaki hari itu juga, di adakan latihan peran. Dengan sangat terpaksa naskah sejadinya kugandakan, agar bisa dibaca oleh para pemain. Dengan kondisi yang sangat mendesak, dan segala kesibukan masing-masing bapak ibu guru pemain, serta kepala sekolah yang juga super sibuk. Akhirnya latihan saya buat seinstan mungkin, tetapi dengan paparan adegan yang bisa dikembangkan sendiri oleh pemain.

Latihan diawali dengan synopsis cerita, pemaparan adegan-adegan inti, improvisasi bagi para pemain, asalkan tidak lepas dari tema adegan tersebut. Latihan perdanan sangat lancar, meski ada beberapa pemain tidak sampai akhir berlatih karena ada kepentingan dinas. Hari ke dua jadwal letihan, ternyata tidak bisa terkumpul para personil. Karena ada koreksi dan peneyesaian nilai raport bagi bapak ibu guru. Latihan yang ketiga, bisa terlaksanan tetapi dengan personil yang berbeda lagi, ada tambahan peran dan konsep. Karena memang untuk mendukung adegan komedi di dalamnya.

Hanya latihan tiga kali, dengan personil yang berbeda-beda membuat sutradara menjadi pusing tujuh keliling. Selain mengarahkan pemain, juga harus memploting dan mempersiapkan property. Sungguh suatu pekerjaan kerjabhakti yang luar biasa bagi kami semua, dengan prinsip “bersama pasti bisa” kami berusaha satu hati satu tujuan. Berlatih dengan pengrawitpun hanya dua kali, dan seperti biasanya tidak pernah komplit personilnya.

Hari H telah tiba, di awali denga tampilan sang dalang kami. Mengenakan sorjan merah kembang-kembang, lengkap dengan blangkon, kain jarik, palu untuk memukul “ketok” ala-ala dalang sebenarnya. Beliau adalah kepala sekolah kami yang super eksist, langsung tepukantangan penonton bergemuruh terdengar.

Mengisahkan tenang Bawang Merah Bawang Putih, dengan cerita agak di buat versi modern, sesuai jaman “now”. Adegan peradegan berlangsung dengan lancar, adegan penyeberangan para kleting dengn si Yuyu Kangkan inilah, yang sangat menarik antusias para penonton. Lucu, culun dan aneh tapi membuat tertawa penonton. Bisa dibayangkan para pemainnya adalah, kepala sekolah, guru matematika, guru agama, guru bahasa Inggris, biologi, seni, BK, kimia dan karyawan sekolah.

Ternyata penampilan mereka sangatlah luar biasa, tidak beda jauh dengan penampilan anak-anak SMA yang sdang bermain drama. Apalagi, ketika selesai tampil, di akhiri dengan foto-foto, bersama-sama. Yang tidak kalah hebohnya, bernyanyi sambil selfie, sehingga banyak penonton yang ikut bergabung berfoto selfi bersama.

Sunggung, sesuatu hal yang luar biasa, ketika melakukan kegiatan dengan hati. Pastilah mendapat dampak yang positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, yaitu rasa bahagia, serasa lepas dari beban tugas apapun….Horeeeee Merdeka!!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post