Yunik Ekowati

Namanya adalah Yunik Ekowati lahir 10 juni dia adalah si sulung dari empat bersaudara perempuan semua. Bapaknya seorang pensiunan dinas pariwisata Sragen, yang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH TRAGIS, GORESAN KUAS PAK GURU BUDI (Lomba Menulis)

KISAH TRAGIS, GORESAN KUAS PAK GURU BUDI (Lomba Menulis)

Sepekan lebih pemberitaan tragedi pak guru Budi Cahyono menjadi viral menggemparkan berbagai media sosial, elektronik maupun cetak. Sungguh peristiwa yang sangat langka terjadi, seorang murid tega membunuh gurunya yang notabene adalah orang tua ke dua saat di sekolahan. Sosok yang seharusnya dihargai dan dihormati, bukan sebaliknya. “ada apa gerangan dengan mu nak, sehingga tega mendaratkan bogem mentah tepat di kepala pak Budi…?”

Guru berusia 27 tahun ini mengunggah cuplikan album musik berjudul Sendja Djiwa, yang dimainkan bersama grup musiknya. Alunan gesekan dawai biolanya mengalun sendu, seolah mengajak kita hanyut dalam suasana haru, merinding bulu kuduk tatkala mengikuti setiap alunan nada. Menariknya, lirik yang ditampilkan di instagramnya menunjukkan seolah-olah dia akan pergi. "Satu, satu pergi.... satu, satu hilang...."bunyi lirik di lagu tersebut yang diunggah 3 Januari 2018. Mungkin suatu kebenaran, bahwa seseorang yang akan meninggal biasanya mempunyai firasat, atau pertanda yang kadang tidak banyak orang menyadarinya. Pak Guru muda ini dikenal selain piawai melukis, dia jago bermain beberapa alat musik termasuk biola, dan memiliki paras yang tampan.

Penganiayaan guru kesenian bernama Ahmad Budi Cahyono Guru SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang Madura oleh muridnya. Terjadi sekitar pukul 13.00 Wib pada saat sesi jam terakhir. Pak Budi yang masih berstatus honorer sedang mengajar mata pelajaran seni rupa di kelas XI tentang seni Lukis. Siswa berinisial MH tidak mendengarkan pelajaran yang disampaikan, malah mengganggu teman-temannya dengan mencoret-coret lukisan mereka, sehingga terjadi kegaduhan. Karena masih tetap mengganggu, lalu korban mendekati pelaku dan memoleskan kuas ke wajahnya.

“Saya kan sudah peringatkan kamu dari tadi berulang-ulang jangan mengganggu. Tapi kamu masih saja tidak mendengarkan, malah kian menjadi,” ujar korban, seperti yang ditirukan seorang siswa. Entah tidak terima dengan sanksi dari korban atau dirasuki rasa marah, kemudian pelaku berdiri mencekik leher korban dan memukul leher belakang korban, sehingga korban jatuh tersungkur ke lantai. Korban bangkit berdiri dan pelaku berusaha untuk menghajar kembali, tapi dilerai siswa dan guru yang lain.

Dalam keadaan yang masih setengah sempoyongan, sejumlah guru membawa korban ke ruang kepala sekolah untuk diistirahkan, sekaligus korban menjelaskan duduk persolan yang baru dialaminya. Meskipun di tubuh korban tidak ada luka, namun mengingat kondisinya kurang memungkinkan, Kepala SMATor, Kabupaten Sampang, Mohammad Amat menyarankan agar korban pulang istirahat di rumah, tidak melanjutkan mengajar, sehingga korbanpun pulang.

Belum puas dengan aksinya memukuli di dalam kelas, ternyata pelaku juga mencegat sang guru setelah pulang sekolah dan memukuli korban di jalan Srenggi Sampang Madura. Sampai di rumah, kondisi korban kian memburuk. Kepalanya pusing dan leher belakangnya sakit.

Istrinya, Sianit Sinta (22) yang tengah hamil 5 bulan itu kaget melihat suaminya pulang dalam kedaan seperti itu. Awalnya korban tidak mengaku, jika telah dianiaya siswanya. Tapi karena terus memburuk, korban mengungkapkan kejadian yang dialaminya.

Hasil dianogsa, korban mengalami mati batang otak (MBA). Semua organ dalam tubuh sudah tidak berfungsi, sehingga mobil ambulan yang mengantar diminta jangan keburu kembali.

Pak Budi menghebuskan nafas terakhirnya tepat pukul 21.40 Wib di RSUD dr. Soetomo, Surabaya. Miris, tragis, dan menggoreskan sejarah luka yang panjang bagi dunia pendidikan dan seni.

Adakah yang salah dengan sistem pendidikan kita? Semua pihak harus bergandeng tangan, bersatu padu untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pelajaran seni adalah pelajaran favorit banyak siswa karena dianggap menyenangkan, mengasah kreatifitas dan daya imajinasi siswa. Sudah tepat dengan tujuan dari pembelajaran seni itu sendiri, yaitu: mengembangkan sensitivitas persepsi indrawi pada anak, melalui pengalaman yang kreatif sesuai karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Kepekaan rasa adalah ciri khas dari mata pelajaran seni, yang membedakan dengan mapel lainnya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah. Dalam Permendikbud disebutkan bahwa, guru melaksanakan beban kerja selama pelaksanaan ketentuan hari sekolah yang dilaksanakan 40 jam, lima hari dalam satu minggu. Beban kerja guru tidak hanya sekadar tatap muka, melainkan seluruh komponen beban kerja dihitung dalam delapan jam per hari. Ini sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2017 yang merevisi PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.

Praktik di lapangan, beban mengajar guru 24-40 jam dirasa over load, belum lagi tuntutan membuat administrasi guru dan tugas-tugas sampiran yang lain. Sehingga sangat menguras tenaga dan fikiran, serta disinyalir mengurangi perhatian guru dalam menyampaikan pendidikan karakter siswa. Munculah pemikiran target semua materi harus tersampaikan pada siswa dengan harapan hasil akhir atau nilai bisa memuaskan.

Di beberapa sekolah, sering terjadi pengurangan jam pelajaran, khususnya kelas XII. Untuk mengejar materi dan pemadatan mapel UAN (matematika, biologi, fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, kimia, sosiologi, geografi, ekonomi), seringkali jam mapel non UAN (seni budaya, penjaskes, TIK, Kewirausahaan, Bahasa Jawa, Sejarah, Bahasa Jepang), termasuk mapel Seni sering diminta jamnya, di ganti dengan mapel UAN. Dengan harapan nilai hasil UAN siswa memuaskan.

Dari sisi siswa, lingkungan keluarga, teman bergaul faktor dominan serta pengaruh internet Gadget dengan fitur dan berbagai aplikasi game online yang bisa memicu timbulnya kekerasan pada siswa yang melihatnya. Kasus ini menambah panjang kasus-kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan guru. Kasus guru dipenjara karena tuntutan orang tua murid, kasus guru dipukul orang tua murid, dan kasus-kasus lainnya yang menunjukkan intimidasi dan perilaku yang merendahkan martabat guru menjadi PR besar buat pemerintah agar kasus-kasus serupa tidak terulang.

Jika kita berpikir secara rasional, kasus-kasus yang merendahkan kehormatan dan kemuliaan terhadap profesi guru saat ini masih kerap terjadi. Bukannya berkurang, malah makin menjadi-jadi. Hal ini karena kondisi masyarakat saat ini yang sudah mengalami pergeseran budaya sehingga kurang menghormati guru, orang tua dan pemimpin.

Sungguh tragedi ini sangat memilukan bagi dunia pendidikan. Ini tidak bisa dianggab sepele, karena menyangkut moralitas anak bangsa, adalah PR besar yang harus di tuntaskan oleh pemerintah, dinas pendidikan dan yang terkait. Selain itu, adanya otonomi daerah dimana guru dibawah pengelolaan kepala daerah menyebabkan nasib guru sangat tergantung dari visi kepala daerah. Ketika kepala daerah tersebut kurang peduli dengan pendidikan, maka nasib guru tersebut akan kurang teperhatikan, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi penghargaan terhadap profesi guru.

Saat ini sedang berkembang opini bahwa guru zaman now, selain harus mempunyai kemampuan di bidang pendidikan, juga harus mempunyai pengetahuan di bidang hukum dan kemampuan bela diri agar bisa selamat dari tuntutan orang tua dan serangan dari murid yang kurang ajar. Secara rasional pendapat ini benar, tetapi belum tentu membuat guru lebih baik dan dihormati dalam menjalankan profesinya. Khususnya bagi pendidik seni, diharapkan menjadi referensi yang berharga dalam peran aktif mendidik moral anak bangsa.

Menghadapi berbagai macam karakter siswa beserta latar belakangnya, bukan permasalahan mudah, butuh kecerdasan emosional yang tinggi. Misalnya di kelas yang mayoritas siswanya “agresif”, sebagai pendidik harus mampu mengimbangi dan mengarahkan pada hal yang positif. Seperti pepatah jawa mengatakan “dalang ora kurang lakon” artinya seorang guru harus mampu membawa dan mengarahkan siswa secara positif, dalam kondisi apapun.

Kadang kita harus berperan sebagai teman mereka, ngobrol curhat seperti teman dekatnya. Tetapi jangan sampai mereka meremehkan kita, karena apapun alasannya guru adalah sebagai guru atau orang tua kedua mereka, yang seharusnya memberi bimbingan dan pengayoman. Kita rengkuh mereka selayaknya anak sendiri, mengajar dengan hati dan selalu ikhlas memberikan ilmu. Sentuhan kasih sayang, saling menghargai dan kelembutan sosok guru sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa.

Kebanggaan tersendiri tatkala mendengar siswanya menjadi sukses atau orang yang mempunyai jabatan penting. Tidak pernah terbersit oleh pemikiran seorang guru mendapat imbalan, cukup kabar mendengar siswanya sukses adalah hadiah yang sangat berharga baginya. Disinilah, letak istimewanya profesi guru di bandingkan profesi lainnya. Semoga tidak akan pernah terjadi lagi tragedi pak guru Budi berikutnya.

Yunik Ekowati, S.Pd

SMA Negeri 16 Semarang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post