Yunita Kwartarani M.Pd

Saya adalah guru biasa yang menyukai dunia tulis menulis. Bagi saya menulis adalah menghidupkan hati. Menulis mampu meninggalkan kenangan untuk anak saya maupun...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisruh PPDB, Sekolah Swasta Disalahkan

Kisruh PPDB, Sekolah Swasta Disalahkan

Kisruh PPDB 2020, Sekolah Swasta Disalahkan

Oleh: Yunita Kwartarani M.Pd

PPDB 2020 memang agak berbeda dari tahun sebelumnya. Ditahun ini, terjadi kekisruhan ketika usia menjadi penentu utama dalam jalur afirmasi maupun zonasi. Nilai menjadi penentu setelah usia. Banyak orang tua yang panik karena tak menyiapkan dana untuk menyekolahkan anaknya di sekolah swasta. Banyak anak ikutan stres karena merasa tak ada peluang untuk belajar di sekolah milik pemerintah. Semua panik, semua bingung tak terkecuali juga guru-guru kelas akhir yaitu kelas 6 dan 9.

`Sebagai guru di sekolah swasta, saya memahami bahwa siswa siswi kami masuk Sekolah Dasar dalam usia yang masih belia. Sekolah swasta boleh tak mengikuti aturan pemerintah untuk menerima siswa minimal tujuh tahun. Kami masih menerima siswa dibawah tujuh tahun. Cibiran siapapun di luar sana bahwa anak yang bersekolah di sekolah swasta harus menerima resiko bahwa siswa-siswinya gugur jika menggunakan jalur zonasi memang harus kami terima. Orang tua muridpun berusaha kami tenangkan bahwa jika anak-anak mereka gagal di jalur zonasi, maka masih ada kesempatan menggunakan jalur prestasi.

“Makanya kecil-kecil jangan disekolahin, jadi susah kan masuk SMPN atau SMAN” ucap Bu Mur tetangga saya. Saya katakan bahwa menyekolahkan anak memang hak orang tua dan mereka pasti tahu resiko yang akan mereka terima. Saya hanya bisa mnegelus dada jika banyak orang yang menyalahkan. Sebagai pendidik, kami tetap memberikan yang terbaik untuk anak didik kami yang katanya “ masih muda-muda”.

Setiap ada lomba akademik maupun non akademik, anak didik kami selalu kami kirim untuk mengikuti lomba agar mereka punya pengalaman dan membuktikan bahwa yang muda juga bisa berprestasi. Banyak prestasi yang telah diraih anak didik kami baik di wiayah bahkan tingkat Nasional.

Jalur prestasipun dibuka, terbukti siswa siswi sekolah swasta mengungguli urutan peringkat atas untuk sekolah yang menerima siswa dengan nilai tertentu. Sebagai guru kami tentu senang, karena walau kalah dari segi usia tetapi anak didik kami masih punya tempat dari sisi prestasi. Kegembiraan kami tak bertahan lama, di salah satu group What’s Up saya, yang anggotanya adalah guru-guru sewilayah baik sekolah negeri maupun swasta, malah melakukan pen”julid”an terhadap kami para guru sekolah swasta.

“Mengapa mereka julid kepada kami yang berada di sekolah swasta?” batin sayapun bertanya. Oh, ternyata mereka terkejut dengan nilai akhir anak-anak di sekolah swsata yang menurut mereka tinggi-tinggi. Mereka tampaknya belum paham bahwa di sekolah kami tak boleh memberikan nilai melebihi ketentuan dari sekolah. Walau anak didik selalu mendapatkan nilai sempurna sekalipun, kami tak boleh memberikan nilai sempurna. Di sekolah kami, ada ulangan yang sifatnya tidak tertulis, tetapi ulangan praktek sehingga aspek yang dinilai tidak subyektif tetapi lebih obyektif.

cuplikan pembicaraannya saya tampilkan di image

Nama penulis chat tersebut sengaja saya crop agar tak menjadi aib bagi penulis. Membaca chat tersebut, saya sontak kaget. Sebagai guru di sekolah swasta yang telah mengabdi selama 26 tahun, hati saya merasa teriris. Anak kami kalah bersaing dari segi usia, kami akhirnya membangun mental anak dan orang tua untuk ikhlas karena ini memang “resiko” yang harus ditanggung dari Peraturan PPDB tahun ini. Jalur prestasi yang menjadi satu-satunya jalan bagi anak didik kami bersaing dan kami menang, lalu beberapa guru dari sekolah negeri bukannya membantu mental anak didiknya yang kalah bersaing, tetapi menuduh kami memanupulasi nilai. Hai...Hello...kalian pendidik loh, tetapi kalian lupa mendidik mental kalian sendiri.

Keputusan bahwa nilai kelas 4, 5, dan 6 semester satu menjadi nilai yang diperhitungkan karena tidak ada Ujian Nasional baru kami terima justru di kelas 6 semester dua dan di saat pendemi.Bukan sejak awal, sehingga bagaimana mungkin kami bisa mengotak atik nilai yang telah kami laporkan ke wali murid?

Kami guru yang mengajar di sekolah swasta mengajar dengan jam mengajar yang lebih panjang daripada sekolah milik pemerintah, melakukan remedial terjadwal untuk anak-anak yang masih di bawah KKM, memetakan satu persatu siswa dari segi kemampuan, tetapi dari segi penghasilan, kami masih di bawah guru sekolah milik pemerintah yang ada di DKI. Apakah kami iri? Tidak. Kami yakin rejeki sudah ada yang mengatur. Kami kerja keras untuk mencari siswa baru, tidak dalam posisi diam menunggu orang tua memilih sekoah kami. Sementara beberapa sekolah milik pemerintah, gurunya dalam posisi “ menunggu” siswa baru. Jika jumlah siswa tak mencapai target kelas, tak mengurangi pendapatan bulanan mereka.

Yuk, kita belajar untuk tidak saling menyalahkan, karena saya paham masih banyak teman-teman guru saya yang mengabdi di sekoah pemerintah yang hatinya masih bersih untuk bekerja keras mendidik anak bangsa tanpa menyalahkan orang lain dalam segala hal. Yuk instropeksi diri kita, bahwa apa yang kita contohkan ke anak, baik itu sikap baik atau buruk akan diikuti oleh anak didik. “Like Teacher Like Student”. Mengajar bisa dilakukan oleh siapapun, tetapi mendidik hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya hati.

Ajarkan kepada anak- anak bahwa dalam setiap kompetisi ada yang menang dan ada yang kalah. Hasil apapun, harus di terima dengan lapang dada.Salam semangat untuk bapak ibu guru. Belum terlambat untuk mendidik dengan hati. Semoga kita termasuk pendidik yang disiapkan rumah di dalam syurgaNya, aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hmm begitulah wajah pendidikan kita.. sabar ya guru swasta..

05 Jul
Balas

iya buy....mental berkompetisi harus di asah

05 Jul

Astagfirullah. Serahkan semuanya kepada Allah. Karena Allah maha tahu segalanya.

05 Jul
Balas

betul bun...kita hanya berusaha, ketentuan tetap dariNya

05 Jul

PPDB sejak dulu bermasalah.Kapan tidak bermasalah ya?

04 Jul
Balas

sebagai.guru swasta baru merasa disalahkan ya tahun inj pak

05 Jul

Semoga ini menjadi evaluasi ke depan menuju lebih baik yah bu Yunita.keren tulisannya. Saya suka

05 Jul
Balas

makasih bun

05 Jul

lengkap infonya, trims

04 Jul
Balas

semoga kita termasuk pendidik yang bisa melatih mental anak-anak untuk menerima hasil.apapun ya pak, aamiin

05 Jul



search

New Post