yurlina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ingin Dilupakan atau Diingat

Ingin Dilupakan atau Diingat

#Tantangan Menulis 365 Jilid 2 Hari ke-304 (1000)

“Sudahlah, lupakan saja, jangan dimasukkan ke dalam hati.” Nasihat ini sering kita dengar dari orang terdekat di lingkungan sekitar kita, seperti keluarga maupun sahabat. Atau bahkan sering kita lontarkan untuk menasihati orang lain. Nasihat ini biasanyya disampaikan untuk menyikapi suatu kejadian yang tidak menyenangkan yang sedang dialami seseorang. Jika dikaji lebih dalam nasihat ini ada benarnya. Pengalaman membuktikan kepada kita bahwa nasihat ini cukup ampuh, sebab jika sesuatu dimasukkan ke dalam hati maka akan sulit untuk dilupakan. Ada banyak rasa yang diramu didalamnya, sehingga mempersulit untuk keluar dari kondisi tertekan itu.

Jika kita sedang mengalami kejadian atau hal buruk, agar tidak mengendap menjadi kenangan atau pengalaman yang menyakitkan, maka berusahalah untuk tidak dimasukkan ke dalam hati. Tetapi cukup berhenti di dalam pikiran saja. Sebab sesuatu yang masuk ke dalam hati akan menjadi bagian dari diri kita atau menjadi karakter diri kita. Sering tanpa kita sadari sesuatu yang sudah terlanjur masuk ke dalam hati, perlahan dapat mempengaruhi psikologis seseorang. Apalagi jika masalah tersebut tidak bisa diimbangi dengan kemampuan menenangkan diri, maka akan terjadi ketidakseimbangan jiwa.

Sebaliknya jika pengalaman buruk itu hanya kita simpan di dalam pikiran, maka bisa dilupakan atau lupa sendiri seperti halnya contoh kecil pengalaman kita saat dulu menerima pelajaran di sekolah, sering hanya berhenti di pikiran saja, singgah sesaat dan gampang terlupakan.

Namun, permasalahannya ada pengalaman buruk yang terjadi pada saat kita belum cukup dewasa untuk menerima dan menyaringnya, sehingga semuanya masuk ke dalam hati dan menjadi bagian dari diri kita. Ini adalah hal yang bisa berpengaruh buruk pada karakter seseorang.

Banyak tulisan yang mengatakan bahwa trauma masa kecil yang dialami seseorang akan berbuah menjadi karakter buruk ketika beranjak dewasa. Sebaliknya masa kecil yang dipenuhi dengan pengalaman yang indah akan berbuah karakter yang baik pada saat dewasa.

Kalau demikian kenyataannya, bagaimana jika pengalaman belajar dengan ilmu yang sedang dipelajari diajarkan pada siswa agar dimasukkan ke dalam hati? Tentu akan bagus hasilnya bagi seorang pembelajar karena akan menjadi ilmu yang menyatu dengan diri atau menjadi karakter diri yang baik. Masalahnya yang menjadi bagian tersulitnya adalah bagaimana caranya, apakah mungkin bisa? Bagaimana menjadikan agar apa yang sedang dipelajari bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan karena semua dimasukkan ke dalam hati?

Nah, bagaimna pula jika kita lupa untuk bahagia atau lupa untuk rindu? Apakah bahagia dan rindu hanya permainan pikiran saja padahal rindu dan bahagia sering kita masukkan ke dalam hati? Silakan dikaji sendiri berdasarkan apa yang Anda yang rasakan saat ini, karena tulisan ini hanya mengarahkan untuk kita bisa berpikir apakah ingin memasukkan permasalahan ke dalam hati atau cukup di pikiran saja. Kita ingin melupakannya atau justru menginginkannya untuk tetap diingat. Salam Literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

kolom mantabs yunda... Barokalloh...

01 Nov
Balas



search

New Post