#Tantangan Menulis 365 Jilid 2 Hari ke-266 (962)

Lorong putih dengan aroma kuat obat-obatan membuat bulu kudukku meremang. Sambil menenteng sebuah bungkusan plastik, kulebarkan langkah. Dengan tergesa-gesa kususuri koridor yang sepi. Sepanjang langkah pikiranku dijejali hal-hal buruk. Bukan aku tidak ingat Tuhan, tapi raga dan hati yang letih telah membuatku abai untuk terus memompa zikir di dalam hati.

Sudah seminggu sejak ibu dilarikan ke rumah sakit, pikiranku menjadi tak tentu arah. Perempuan paruh baya ini kemarin malam terpeleset di kamar mandi. Hingga hari ini ibu belum bisa diajak bicara. Beberapa alat terpasang sejak hari pertama di kulit ibu yang mulai kisut. Perasaanku hancur saat tubuh ringkih ibu terbaring tak berdaya.

Aku sudah berusaha menghubungi kedua kakakku untuk segera pulang. Tapi sayang, mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Dalam setiap doa di sisi tempat tidur ibu terbaring, aku hanya berharap kedua kakak perempuanku bisa datang secepatnya. Aku tahu, ibu merindukan kehadiran semua anak-anaknya saat ini di dekatnya. Suara erangan menyentak mataku yang baru saja terlelap di sisi tempat tidur. Kutegakkan kepala memandang raut wajah ibu. Ada sebaris senyum mengembang. Ibu terihat bahagia. Kupegang tangannya yang mulai basah dengan kekhawatiran. Mata ibu mengarah ke pintu. Aku tak mampu membaca isyarat itu. Beberapa kali kualihkan pandangannya. Namun, ibu kembali memalingkan wajahnya ke arah pintu. Pintu terkuak, kedua kakakku menghambur ke dalam pelukan ibu.