Tagursiana II

Hari ke-9

Pagi itu sekitar jam sepuluh, Monik dan anak gadisnya yang baru tamat SMP akan ke luar rumah. Si anak gadis bernama Caca. Mereka mempunyai dua tujuan. Pertama, mengantar Caca ke studio foto. Staf Tata Usaha SMP minta foto terbaru siswa untuk dilekatkan pada Ijazah siswa. Jadi, pagi itulah Caca berfoto. Tujuan kedua, Monik akan menjahit dua pasang sandalnya yang sudah rusak ke tukang sol sepatu/sandal. Tempat tujuan itu tidak berjauhan. Bisa dicapai dengan berjalan kaki saja dari rumah mereka. Di studio foto tidak terlalu lama karena belum ramai pengunjung lain.

Tiba di tempat tukang sol sepatu/sandal, terjadi tawar-menawar harga upahnya. Monik minta harga upah dikurangi. Harap maklum ibu-ibu! Ini sudah menjadi kelaziman bagi kaum hawa nampaknya. Si tukang sol sepatu/sandal tetap bertahan dengan harganya. Karena perlu sekali dengan sandal itu, terpaksa Monik mengiyakan. "Sudah harga pasaran, Bu." kata si tukang sol sepatu.

Selepas salat ashar, Monik pun pergi sendirian untuk mengambil foto anak dan sandalnya. Dalam perjalanan menuju kedua tempat itu, hati Monik sedikit risau akan sandalnya. Sewaktu transaksi upah dengan tukang sol sepatu/sandal itu, Monik lupa menyebutkan namanya. Ia takut sandalnya tertukar dengan milik orang lain. Sandal/sepatu memang terlihat banyak sekali di tempat itu. Setiba di tempat sandal, Monik menanyakan sandalnya. Si tukang sol sepatu pun menjawab, "Ini, Bu, sudah siap sandalnya. Saya tak mungkin lupa, karena yang punya sandal ini si hidung mancung." Ups! Monik terperanjat. Sedikit kepo, gitu.

Kota Jambi, 17 September 2021.