yusna affandi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

TEACHER POSITIONING

Sudah sekitar delapan tahun yang lalu, namun saya masih mengingat dengan gambling sekali. Kejadian tersebut cukup menggelikan dan mengesankan. Yang pasti tingkah laku siswa di dalam kelas jauh lebih diingat daripada pelajaran yang diberikan. Dan bagi siswa juga sama, mereka bila saat ini bertemu dan bercerita pasti akan mengingat dengan jelas kejadian lucu tersebut daripada pelajaran apa yang diingat.

Mereka satu kelas jurusan ips yang bagi beberapa guru sudah mendapatkan stigma yang kurang mengesankan ketimbang jurusan lain, seperti jurusan ipa. Tapi menurut saya mereka akan jauh lebih sukses nantinya di luar sekolah setelah lulus. Dan saya tetap meyakini itu sampai saat ini. Walaupun stigma yang kurang mengesankan tersebut terlihat dengan tingkah laku mereka, namun masih dalam batasan yang wajar dan tidak berlebihan. Namun kejadian yang masih saya ingat tersebut cenderung sebagai pelajaran saya sebagai guru.

Dulu, dengan adanya CCTV yang dipasang dikelas merupakan hal yang membanggakan sekaligus yang menyedihkan. Membanggakan karena dengan adanya CCTV itu maka ada kemajuan yang signifikan, menggambarkan sekolah itu mampu secara financial dan kuat bersaing dengan sekolah lain.Sedangkan hal menyedihkan adalah karena tingkah laku di kelas tidak sebebas sebelumnya. Bagi siswa mereka selalu terawasi. Bagi guru pun juga merupakan hal yang menggangu untuk yang punya kebiasaan tidak biasa di kelas. Seperti hanya duduk dikursi guru sepanjang pelajaran sedangkan siswa mengerjakan LKS.

Dan itulah yang terjadi, mereka siswa ips tersebut sudah mengenal betul CCTV beroperasi atau tidak. Bila lampu indikator yang ada di ujung lorong kelas menyala maka CCTV tersebut pasti menyala. Bila tidak maka aman lah kelas tersebut. Hal inilah yang mereka manfaatkan untuk mengusili gurunya. Guru yang merupakan guru senior dan sepuh. Yang tinggal menghitung hari untuk pension sehingga konsentrasi cenderung bukan untuk dikelas. Yang hanya duduk saja menunggu siswa mengerjakan LKS sepanjang jam pelajaran.

Waktu pembelajaran, mereka berteriak bahwa CCTV menyala padahal tidak. Otomatis sang guru pun berdiri dan berkeliling kelas. Seolah-olah beliau mengajar. Mungkin beliau juga ketakutan kalau aktifitasnya dipantau oleh kepala. Sehingga beliau mencoba professional dengan menghampiri siswa-siswa menanyakan soal mana yang kurang jelas. Bila lampu indikator menyala mereka berteriak CCTV aktif, dan guru itupun duduk di kursi guru hingga usai pelajaran. Suara tertawa yang tertahan pun muncul karena kejadian itu.

Guru memang tempatnya di depan siswa-siswanya. Berdiri dan berbicara menjelaskan materi. Namun adakalanya memang harus duduk, adakalanya juga harus berkeliling, menghampiri siswa yang sedang mengerjakan. Mungkin ada siswa yang butuh penjelasan lebih, karena mereka malu atau takut bila ditertawakan ketika bertanya. Yang ini biasanya masih membudaya di negara kita. Menertawakan orang lain yang salah dalam bertanya atau kurang paham dengan materi tertentu.

Guru juga perlu sangat sulit ditebak gerak-geriknya oleh siswa. Dalam artian guru perlu banyak bergerak di dalam kelas dengan tujuan untuk memaksimalkan pembelajaran di kelas. Sehingga siswa tidak bisa mengenali kebiasaan yang bisa menjadi celah untuk hal tidak baik. Bila tidak, kejadian seperti yang disebutkan diatas bisa terjadi.

Saya pun teringat ketika mengikuti seminar BNN di sebuah hotel. Yang paling saya perhatikan adalah bagaimana seorang MC membawakan, mengorganisasi, mengoordinir acara tersebut di ruangan seperti layaknya sebuah kelas. Dia bisa berada di depan, di samping, di belakang, dan di tengah berinteraksi dengan peserta seminar. Dengan aktifitasnya tersebut, ditambah dengan joke joke yang dia bawakan, pemateri yang cenderung membuat kantuk seakan tertutupi. Mungkin sebaiknya guru juga perlu belajar membawakan suasana yang baik dan hidup seperti MC tersebut. Dan meniru aktifitas geraknya sepanjang seminar tersebut. Sehingga dikelas siswa akan terjaga sepanjang pembelajaran.

Barney Griffiths, seorang trainer asal Spanyol, menulis artikel bagus di blog BBC teaching English mengenai posisi guru dalam kelas. Guru sebaiknya mengatur posisi nya ketika mengajar dengan fungsi sebagai controlling. Dengan berdiri didekat siswa yang sedang mengerjakan maka setidaknya dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam mengerjakan latihan. Ada masukan atau direct feedback yang dapat dilakukan.

Dengan berkeliling kelas, guru juga dapat mengawasi atau setidaknya siswa akan fokus dengan pelajarannya. Guru tidak akan mungkin menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memeriksa apa dibalik meja mereka, apa yang dibawa di tas mereka yang dapat mengganggu konsentrasinya. Jadi, dengan hanya berdiri berkeliling ketika siswa mengerjakan latihan soal maka siswa tidak akan main smartphone mereka, mengerjakan PR pelajaran lain, atau tidak hanya mengobrol dengan temannya. Karena disini masih ada sikap sungkan terhadap gurunya. Sikap ini yang bisa dimanfaatkan.

Dan satu lagi menurut saya yang sangat menguntungkan bila guru bergerak aktif ketika pembelajaran. Kalori akan terbakar banyak dan mengurangi lemak di badan dan kepercayaan diri seorang guru akan sangat terasah disini. Tapi sekali lagi, saya sangat menggarisbawahi kemampuan bergerak aktif dapat membakar kalori dan sangat mungkin menurunkan berat badan mengingat tubuh ini semakin tua semakin berisi. Hitung-hitung berolahraga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post