Yusniwalti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Selamat Jalan Kawanku

Subuh itu, setelah aku menyelesaikan rangkaian ibadahku, aku meraih ponselku. Aku hanya berniat untuk melihat salah satu media sosialku barang sejenak. Kalimat belasungkawa dan untaian doa-doa sudah panjang memenuhi ruang chatting. Siapakah yang sudah mendahului kita? tanyaku di dalam hati. Aku scroll ke atas dan ke bawah. Alangkah terkejutnya aku bahwa yang telah berpulang itu adalah salah seorang kawanku sesama guru B. Inggris yang mengajar di salah satu pesantren di kotaku. Aku pernah mengajar di sana selama kurang lebih 4 tahun. Jadi aku mengenalnya cukup baik.

Beliau orangnya energik. Beberapa posisi kerja yang menuntut keterampilan dan saraf baja sering ia pegang. Tidak pernah terlihat keletihan di wajahnya dan selalu tersenyum bila diajak bicara. Artinya aku tidak pernah mendengar beliau mengeluh, baik itu masalah kesulitan menghadapi tingkah polah para santri, ataupun masalah interen di dalam pesantren. Kecerdasannya juga membuat aku kagum. Ia pintar sekali menggali sumber masalah yang dihadapi santri dan mencari solusi terbaik. Sepertinya dia seorang yang berjiwa keibuan ya? Tidak hanya itu kelebihannya. Andai ada perang yang akan terjadi, diberi kepercayaan menjadi jenderal ia adalah pantas. Kekuatan pribadinya dan keteguhan hatinya membuat ia disegani oleh ustazah-ustazah lainnya.

Aku ingat beberapa tahun yang lalu suaminya sakit cukup lama. Ia merawatnya dengan telaten dan penuh pengabdian terhadap suami hingga suaminya berpulang ke pangkuan Illahi. Lima orang anak dititipkan ke pundaknya yang mungil untuk dibesarkan sendiri. Ketika aku pergi takziah ke rumahnya, ia duduk dengan tenang dan melayani pertanyaan-pertanyaan tamu dengan ramah. Sesekali ia memandang suaminya yang terbujur di tengah rumah. Lalu ia berkata kepadaku, “Lihatlah, Bu Susi, wajahnya senyum dan tenang. Puas aku melihatnya.” Aku sedikit terkejut karena aku belum pernah melihat seseorang yang menerima kematian suaminya dengan sabar dan ikhlas. Seikhlas sikapnya ketika ia menerima pengajian di pesantren bersama ustad dan ustazah lainnya.

Kini iapun pergi menyusul suaminya untuk berkumpul di sana. Selamat jalan kawanku. Semoga engkau sudah bisa melihat hasil baik dari keteguhan amal kebajikanmu dan kepatuhanmu kepada Sang Pencipta dengan ikhlas.

Tantangan Hari ke 1

#Tantangan Gurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ikut berduka atas kepulangan sahabat kita. Alhamdulillah Uniku sdh mulai menulis di gurusiana. Semangat ni Si..

09 May
Balas

Turut berduka Bu Susi atas berpulangnya sahabat ibu... smg beliau husnul khatimah... keren tulisannya... ayoo semangaat

08 May
Balas

Thank you rin...

08 May



search

New Post