Yusron Memorandum

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mewarisi Spirit Perjuangan Bung Tomo

Setiap tanggal 10 November, masyarakat indonesia merayakan hari pahlawan indonesia. Apa yang dilakukan masyarakat ini adalah bagian dari refleksi mengenang perjuangan terdahulu. Bentuk refleksi yang digelar berbeda-beda. Namun pada dasarnya, menghormati jasa pahlawan itu adalah keniscayaan yang tidak memiliki nilai tawar apapun. Kalau dulu mereka berjuang menggunakan senjata, menghabisi musuh lewat dentuman senapan atau bambu runcing, maka hari ini bentuk perlawanan apa yang harus dilakukan? Satu pertanyaan yang amat sukar dijawab. Kendati memperoleh jawaban secara ilmiah belum tentu akan selaras dengan tindakan.

Diakui atau tidak, perlawanan terhadap sesuatu yang akan mengancam eksistensi kemanusiaan adalah keharusan tanpa syarat. Ini salah satu yang dilakukan oleh para pahlawan indonesia dibawah tekanan penjajah. Genjatan senjata dan dentuman bedel menjadi tantangan hebat dalam merebut kedaulatan republik. Pertaruhan Nyawa bukan lagi menjadi tabir penghalang mereka menyerukan perjuangan. Seperti Bung Tomo misalnya, sepanjang karir perjuangannya selalu menjadi penyemangat bagi rakyat surabaya. Tokoh pahlawan 10 November 1945 ini dikenal sebagai figur yang sangat berpengaruh di masa itu. Bung tomo yang juga pernah aktif sebagai jurnalis, pernah menyerukan semangat perjuangan lewat ragam tulisan yang salah satunya memuat teks proklamasi secara lengkap di harian Asia Raya. Pada masa pendudukan Jepang ia diangkat sebagai pemimpin redaksi Kantor Berita Domei. Peran lain ialah mendirikan Kantor Berita Indonesia yang kemudian, atas saran Adam Malik, dijadikan cabang Kantor Berita Antara. Bung Tomo juga menempel teks proklamasi di depan kantor media Domei meski oleh jepang di larang. Bung tomo tidak mengindahkan larangan itu. Ia tetap bersikukuh mempertahankan kemerdekaan. Pada tahun 1947 ia diangkat menjadi salah satu anggota pucuk pimpinan tertinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Bung Tomo juga dikenal sebagai tokoh idealis dan kritis. Walaupun ti­dak lagi memegang jabatan di pemerintahan, ia selalu mengikuti dan mencermati perkembangan bangsa. la tidak dapat membiarkan terjadinya tindakan-tindakan pemerintah yang menyimpang dari tujuan perjuangan. Oleh karena itulah ia sering mengirim surat yang bernada kritik tetapi sekaligus koreksian, baik kepada Presiden Soekarno maupun kemudian kepada Presiden Soeharto. Bahkan, pada ta­hun 1960 ia mengadukan Presiden Soekarno ke Mahkamah Agung sehubungan dengan tindakan Soekarno membubarkan DPR hasil pemilihan umum tahun 1955.

Spirit perjuangan Bung Tomo ini harus menjadi landasan utama dalam merefleksikan perjuangan di masa kini. Berjuang tidak harus mengangkat senjata, tidak mesti menggunakan simbol perkasa. Perjuangan yang sesungguhnya adalah memberikan suatu perubahan ke arah yang positif. Sebagai generasi yang telah melek informasi, harus selalu aktif mentransformasikan pengetahuan yang bersifat edukatif dalam hal ini tidak membiarkan rasa nyaman menjadi satu-satunya dunia setelah zona kemelaratan. Bangkit dan aktiflah!!…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses selalu dan barakallah

10 Nov
Balas



search

New Post