Yusuf Rubiherlan

Selalu menjadi insan pembelajar...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tanggon (Tentang Aku)

Tentang Aku....

“Kak, Kamu harus sabar ya!” Ayahku berkata sambil membereskan barang bawaanya. Aku membantu mengemas makanan yang hendak dibawa.

“Kamu jaga adik ya! Jaga dia baik-baik, kamu bertanggung jawab terhadap adikmu!” lagi-lagi ayah mengingatkan. Aku tak menjawab.

“Jangan sedih lagi, harus semangat, ayah yakin kamu bisa, ayah tak mau kamu menyerah, kita harus berjuang Kak, tidak hanya Ayah yang berjuang, kamu dan adikmu juga, Ayah harus mencari makan buat kita, buat kebutuhan kita, ngerti kan?”

“Iya Yah!” Aku menunduk lesu.

“Panggil Wira, Kak!” Suruh ayahku. Aku pun pergi ke kamar adikku yang tak jauh dari ruang keluarga. Wira tak ada di kamarnya . lalu ak ke dapur, Wira pun tak ada.

“Wir, Wira.. dimana kamu?” Aku sedikit berteriak. Lalu kulangkahkan kakiku keluar rumah mencari Wira. Kudapati Wira sedang bermain bola di depan rumah. Menendang-nendang bola ke dinding pagar. Halaman rumah yang tak begitu luas namun sejuk karena dipenuhi tanaman yang di rawat ibu selama ini.

“Wira dipanggil Ayah” Aku bicara kepada Wira

“Apa Kak?”

“Kamu dipanggil Ayah tuh!!!”

“Ok, Kak!” Wira menjawab sambil mengacungkan jempolnya.

Kami pun masuk ke rumah, Wira sambil membawa bolanya. Melewati ruang tamu yang terpampang foto ibu didinding, aku memandang sekilas. Nampak raut muka ibu masih terbayang waktu terakhir bertemu. Rasa bersalah kembali muncul.

Kami duduk di ruang keluarga, di atas karpet kusam yang selalu tergelar di ruangan itu. Ayah mendekati kami. Lalu duduk tak jauh dari kami.

“Wira, Ayah berangkat ya!” Ayah memulai pembicaraan

“Ayah mau kemana?” Tanya Wira

“Ayah mau kerja, di Bandung”

“Ikut Yah!” Wira merengek

“Jangan dong!” kata Ayah sambil memegang kepala Wira. “Wira disini bersama kakak yah!, Wira kan harus sekolah!”

“Ya.. Ayah, Kan ibu sudah meninggal, jadi Wira sama siapa di rumah?, kakak juga kan sekolah?” tanya Wira.

“Tenang Wir, kan ada Kakak” Aku menyela

“Tuh kan, kakak ada” Ayah menambahkan

“Kakak kan juga sekolah, terus nanti kalau Wira pulang sekolah sama siapa?, biasanya kan ada ibu”

“Ada Kakak Wir!” aku berkata dengan hati terenyuh.

“Ok, jangan larut dalam kesedihan terus!” Ayah menyemangati. “Ayah yakin kalian pasti bisa menghadapi ini semua, kita berjuang bersama-sama ya!”. Terlihat linangan air mata di mata ayah. Setegar apapun ayah menyemangati, mungkin hatinya tetap saja bersedih. Namun ini semua harus dilewati karena mungkin tidak ada jalan lain selain meningglkan kami. Toh, yang ayah lakukan untuk kami juga. Untuk mencari nafkah buat kehidupan kami.

Aku harus berjuang juga. Jangan larut dalam kesedihan. Ibu sudah tenang di surga. Jangan ganggu ibu dengan kesedihan kami yang terus menerus menghinggapi lubuh hati. Aku harus bangkit, kami harus bangkit. Ini hidup, Allah tak akan menguji makhluknya jika kami tak kan mampu melewatinya.

Kini aku mempunyai tanggung jawab yang lebih. Bersyukur diberi amanah ini. Belajar dari kehidupan yang dijalani. Belajar bertanggung jawab, belajar menjaga adik, belajar mengurus rumah, belajar, belajar dan terus belajar.

Tak pernah terpikirkan sebelumnya diberi beban tanggung jawab ini. Umurku yang baru menginjak empat belas tahun sudah diberi anugerah oleh Allah untuk menjalani kehidupan yang dirasa aku belum waktunya. Tetapi kita harus yakin Allah Maha Segalanya. Allah menjaga kita.

“Ayo kita sarapan dulu” ajak Ayah

Aku pun menuju dapur dan mengambilkan nasi goreng yang sudah disiapkan ayah. Dan kami memulai sarapan pagi di ruang keluarga. Walau terasa hambar nasi goreng ini mungkin ini pengaruh dari beban yang harus aku pikul.

“Gimana enak gak nasi goreng buatan ayah?” Tanya ayah

“Enak.. enak.. enak...” Adikku menjawab sambil tersenyum

“Enak Yah” aku menambahkan

Kami pun menyelesaikan sarapan nasi goreng ini. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Tiba waktunya Ayah berangkat. Rasanya ingin sekali waktu berulang kembali. Kami kumpul sekeluarga di ruang ini, sambil nonton TV program kesukaan kami. Hari ini, esok dan esoknya lagi tak kan terjadi lagi. Aku sedih!!.

Ayah sudah bersiap untuk berangkat. Dengan memakai jaket kulit dan tas ransel dipunggung ayah berdiri di depan pintu sambil melihat kami. Tampaknya dalam hati ayah tak tega meninggalkan kami. Dilihat dari raut mukanya ayah menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tapi ini harus dilakukannya. Kalau tidak berangkat , ayah harus mencari uang darimana. Mungkin itu yang ayah pikirkan.

“Yah, kakak akan bertanggung jawab, kakak dan wira tak apa-apa Yah!” aku menekankan bahwa kami tak apa-apa ditinggalkan.

Ayah jongkok dan menengadahkan kedua tangannya, sebagai isyarat untuk kami agar kami memeluknya. Aku pun langsung mendekati ayah, begitu juga Wira. Kami berpelukan erat, seerat mungkin. Dan ayah mengusap punggung kami berdua. Menguatkan jiwa kami, agar kami sanggup menghadapi semua ini.

“Kak, HP mu jangan selalu dimatikan ya, nanti quotanya Ayah yang isi, trus ATM ada di lemari, kamu ingatkan PIN nya?” Tanya ayah sambil melepaskan pelukannya.

“Iya Yah, kakak ingat” jawabku

“Jaga Wira” ayah menegaskan. “ Ya sudah, ayah berangkat dulu, hati-hati di rumah”

Ayah pun bergegas keluar rumah, kami mengantar sampai depan halaman rumah. Ayah berbalik badan dan melambaikan tangannya, kami pun membalasnya.

“Selamat jalan Ayah, hati-hati di jalan” aku bergumam

Aku pun kembali ke dalam rumah, sementara adikku main bola lagi di halaman depan rumah.

Inilah aku, yang hari ini diberi anugerah besar oleh Allah. Anugerah yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Bismillahirrohmanirrahim

Namaku Muhammad Tanggon, di rumah aku dipanggil Kakak, mungkin karena aku mempunyai Adik kecil. Tetapi teman-temanku di sekolah dan di tempat permainan memanggilku Tanggon. Dulu pernah bertanya kenapa aku dinamai Tanggon? Kata Ayahku, Tanggon itu berarti Tangguh. Salah satu slogan dari Angkatan bersenjata kita.. Jadi kamu harus menjadi orang yang tangguh. Kata ayah menjelaskan.

Adikku namanya Muhammad Perwira, biasa dipanggil Wira. Dia duduk di kelas tiga sekolah dasar yang dekat dengan rumahku. Adikku yang selalu kusayang. Aku harus menjaga dia, harus menjaga kepercayaan dirinya. Karena adikku berbeda dengan teman-teman yang lainnya.

Ayahku seorang sopir yang bekerja di sebuah perusahaan di Bandung. Dan ibuku kalian sudah tentu tahu, ibuku sudah meninggal seminggu yang lalu, yang akan ku ingat karena kesalahanku.

Aku tak kan menceritakan dulu apa yang menjadi salahku, aku masih belum bisa cerita, karena rasa penyesalanku yang sangat dalam. Nanti aku sedih lagi.

Usiaku sekarang empat belas tahun, aku duduk di kelas dua sekolah menengah pertama yang ada di kecamatan Cipanas Cianjur. Jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh sekitar lima sampai enam kiloan, kalau dengan jalan kaki mungkin sekitar tiga puluh menit.

Di sekolah aku banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Tetapi yang lebih didalami yaitu ekskul Pramuka. Entah mengapa aku suka menjadi anggota Pramuka? Tetapi di pramuka ini, aku menemukan berbagai kegiatan yang menyenangkan.

Ohh.. ya aku tinggal di Cipanas di daerah Rarahan tepatnya. Dekat dengan kebun raya Cibodas yang selalu dikunjungi banyak orang. Tahu kan????

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bersambung bu, rencana mau buat novel...

01 Feb
Balas

Ini cerita bersambung ya, jadi penasaran ingin tahu kelanjutannya. Saya mau belajar menulis fiksi ah

01 Feb
Balas

Ini cerita bersambung ya, jadi penasaran ingin tahu kelanjutannya. Saya mau belajar menulis fiksi ah

01 Feb
Balas

Ini cerita bersambung ya, jadi penasaran ingin tahu kelanjutannya. Saya mau belajar menulis fiksi ah

01 Feb
Balas

Lanjutan yang kemaren... Anu kemarinna mana?

01 Feb
Balas

Rindu teriakannya

01 Feb

Ditunggu y next,,,

03 Feb
Balas

Ok... Haturnuhun

03 Feb

Ditunggu next ny,, tadi ada typo sedikit kak

03 Apr
Balas



search

New Post