Yuswanto Raider

Saya adalah pendidik (Guru) yang tinggal di Kabupaten Mojokerto. Saya lahir di Surabaya, 14 Februari 1974. Saya alumnus Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merefleksikan Nilai-Nilai Luhur Pancasila di Sekolah (Butir 13)
PELAJAR PANCASILA. Beginilah giat OSIS SMAN 1 Bangsal ketika mengimplementasikan makna kebersamaan dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila. Membantu teman satu sekolah dalam giat ulang tahun sekolah. (Foto : Ekskul Jurnalistik SMABA)

Merefleksikan Nilai-Nilai Luhur Pancasila di Sekolah (Butir 13)

“Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan”

(Sila 2 Butir 6 – Nilai Luhur Pancasila)

Anda, saya, kita, dan mereka yang diberi nama khusus oleh orangtuanya, jelas sebagai salah satu hamba Tuhan. Nama kita sejatinya adalah manusia. Satu-satunya mahkluk hidup ciptaan Tuhan yang dikatakan sempurna. Ya, sempurna karena memiliki akan pikiran dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Dalam tataran sosial kita juga disebut sebagai mahkluk sosial. Hal itu mengandung makna, bahwa satu manusia juga membutuhkan manusia lainnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan hingga ajal menjemput pun, kita sangat butuh manusia lain. Meskipun terkadang kita lalai untuk bersikap dan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, para pejuang dan pemimpin bangsa ini, sudah berdaya upaya tanpa pamrih, merumuskan pedoman untuk hidup di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maupun dalam percaturan pergaulan dunia. Sebuah rumusan untuk dapat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebuah rumusan yang menjadi sumber dari segala bentuk sumber hukum yang berlaku dalam lingkup NKRI. Rumusan itu tak lain adalah nilai-nilai luhur yang secara utuh dan menyeluruh terkandung dalam ideologi bangsa dan rakyat Indonesia yang bernama Pancasila.

Begitu cerdas dan hebatnya para pejuang dan pemimpin bangsa ini. Beliau-beliau mampu meletakkan dasar-dasar kehidupan yang berlandaskan agama atau ke-Tuhan-an, kemanusia, gotong royong, demokrasi, hingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada diskriminasi dan yang ada adalah kesetaraan derajat, harkat dan martabat sebagai manusia yang merdeka dalam bingkai yuridiksi NKRI.

Oleh karenanya, seluruh rakyat Indonesia wajib menjunjung tinggi kebebasan orang lain dalam memeluk agama yang diyakininya. Rakyat Indonesia harus bijak dan bajik dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Pastinya, segenap rakyat Indonesia harus dan wajib menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hal yang demikian itulah yang menjadi salah satu nilai luhur Pancasila, sebagaimana tertuang pada Sila 2 Butir 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan adalah sebuah kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanpa memandang agama, suku, ras, strata ekonomi, strata sosial, politik dan sebagainya, segenap rakyat Indonesia pasti dapat meresapi dan mengaktualisasikan.

Salah satu upaya untuk lebih memantapkan nilai-nilai luhur Pancasila itu, dunia pendidikan memiliki kewajiban untuk mengedukasikannya secara luas. Dunia pendidikan secara tegas memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Tentunya melalui formula kurikulum yang sudah ditetapkan pemerintah.

Kehadiran Kurikulum Prototipe 2022 yang kini disebut juga sebagai Kurikulum Merdeka Belajar, tentu menjadi upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas, kapasitas, dan kapabilitas masyarakatnya untuk lebih memahami, memaknai dan mampu mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila. Disinilah peran dunia pendidikan menjadi ujung tombak sebagai penggeraknya.

IMPEMENTASI DI SEKOLAH

Dunia pendidikan atau bisa kita sebut lebih mengerucut lembaga pendidikan, memiliki peran strategis dalam edukasi Pancasila. Lembaga pendidikan yang notabene disebut sekolah, sudah seharusnya mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila. Tentunya dengan segenap manajemen dan eksplorasi potensi di dalam lingkungan sekolah itu sendiri.

Tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman untuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila itu. Apalagi dengan adanya Kurikulum Prototipe 2022 yang kini lebih trend disebut sebagai Kurikulum Merdeka Belajar itu. Sekolah dengan segenap potensi yang dimiliki harus dapat melaksanakan proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P4) dilingkup sekolahnya.

Oleh karena itu, sebuah bentuk kepedulian sekaligus manifestasi dari semboyan Tut Wuri Handayani, maka sekolah pasti mampu melaksanakannya. Apapun bentuk kebijakan dan cara mengimplementasikannya, yang pasti sekolah harus mampu mewujudkan P4 secara totalitas dan berkesinambungan.

Menurut penulis, banyak peluang yang dapat dilakukan sekolah. Apalagi untuk mengimplementasikan nilai luhur Pancasila pada Sila 2 Butir 6. Mengingat sebuah sekolah sudah memiliki tatanan atau aturan yang banyak bersifat tetap dan mengikat. Sementara tatanan sosial lainnya, pasti lebih bersifat edukatif lagi dalam upaya penguatan pendidikan karakter (PPK).

Beberapa hal yang dapat dilakukan sekolah sehubungan dengan implementasi nilai luhur Pancasila pada Sila 2 Butir 6, menurut penulis dapat meliputi kebijakan dan tindakan sebagai berikut :

Pertama, sekolah harus dapat memunculkan kebijakan pelayanan prima terhadap segala bentuk kepentingan pendidikan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tujuan kebijakan ini adalah menegakkan nilai keadilan bagi siapapun untuk mendapatkan pelayanan pendidikan secara baik dan proporsional.

Dari sisi internal, sekolah melalui tenaga pendidik harus dapat memberikan pelayanan dalam bentuk jadwal pembelajaran yang sesuai dengan rujukan pada kurikulum. Sehingga seluruh peserta didik mendapatkan pelayanan pendidikan secara baik, disiplin dan tuntas. Bahkan dalam hal tertentu, peserta didik juga harus diedukasi tentang budaya antri di bidang pelayanan administrasi. Hal ini untuk menegaskan sikap saling menghormati orang lain.

Sedangkan dari sisi eksternal, sekolah memiliki kebijakan yang bagus untuk memberikan pelayanan pada masyarakat dan atau walimurid yang membutuhkan data dan informasi pendidikan. Bilamana ada walimurid yang berkonsultasi dan atau menanyakan perihal pendidikan, maka sekolah wajib melayani dengan sebaik-baiknya. Tentunya ada prosedur yang juga harus diikuti walimurid.

Tak peduli walimurid itu kaya atau miskin, sekolah tetap menjalankan prosedur dalam pelayanan prima di sekolah. Jangan sampai sekolah melakukan hal yang tidak terpuji dalam pemberian pelayanan. Misalkan, walimurid yang kaya dan atau memiliki jabatan, yang menemui langsung kepala sekolah. Sedangkan walimurid yang biasa-biasa saja, cukup menemui pendidik atau maksimal dibidang kehumasan. Hal itulah yang harus dihindari.

Kedua, sekolah dapat menerapkan aturan dalam bentuk Program Etika Sekolah. Maka seluruh warga sekolah wajib melaksanakannya. Apalagi mereka berada di area atau lingkungan sekolah. Program ini bertujuan untuk mengajarkan pada seluruh warga sekolah tentang pentingnya menjaga etika dan tata krama dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Misalkan contohnya berupa Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun). Meskipun program ini terlihat sederhana, tetapi bila dapat dibiasakan dan dibudayakan di sekolah, tentu sangat besar manfaatnya. Minimal secara tepat pihak sekolah mampu melakukan tindakan nyata untuk meminimalisir sikap dan perilaku degradasi mental dan moral peserta didiknya.

Ketiga, sekolah dengan potensi kesiswaannya yang heterogen, dapat menciptakan program harmonisasi. Tujuan program harmonisasi adalah untuk edukasi sosial seputar sikap dan perilaku bagaimana menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di sekolah. Minimal untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana memanusiakan manusia lain agar betul-betul menjadi sosok manusia yang dapat dimanusiakan?!?

Sebagai contoh, sekolah melaksanakan giat senam bersama dalam rangkaian jum’at bersih. Nah, nilai gotong royong maupun kebersamaan yang berbalut kerja keras, keceriaan, serta guyup rukun dalam sekolah ini sangat besar manfaatnya. Selain berdaya upaya untuk menjaga kebugaran tubuh, dengan giat semacam ini akan menambah suasana kekeluargaan.

Disinilah akhirnya satu orang dengan orang lainnya di sekolah mampu menjalin interaksi yang mengagumkan. Bagaimana pun, upaya mengimplementasikan nilai luhur Pancasila sebagaimana yang tertuang pada Sila 2 Butir 6 adalah sebuah komitmen warga sekolah untuk tidak memandang rendah orang lain dengan alasan apapun. Semua manusia pada prinsipnya diciptakan sama dan sederajat dalam satu kesatuan kehidupan di muka bumi.

GIAT PENDUKUNG

Sementara itu, guna mendukung apa yang diprogramkan sekolah, maka sangat butuh bentuk inisiatif kegiatan lainnya yang relevan. Terutama dalam upaya mengimplementasikan Sila 2 Butir 6 nilai luhur Pancasila. Apapun yang dilakukan harus memandang manusia sebagai sosok mahkluk hidup yang sempurna yang harus bersikap dan berperilaku berdasarkan asas-asas perikemanusiaan.

Secara teknis, Tim Pembina Kesiswaan (TPK) mengkonsolidasikan peserta didik yang tergabung dalam kepengurusan OSIS dan ekstakurikuler. Konsentrasi kegiatannya bersifat internal dan eksternal tetapi dalam bentuk satu kegiatan nyata. Salah satu contohnya adalah dengan pengumpulan donasi untuk membantu sesama yang sedang membutuhkan. Setidaknya peserta didik diajari bagaiman model giat sosial yang tepat sasaran.

Dalam pelaksanaannya, TPK harus menentukan bagaimana cara menyampaikan bentuk kepedulian kita kepada orang lain. Jangan sampai dengan niat baik tetapi akhirnya memunculkan masalah baru. Oleh karenanya harus ada aturan yang harus dilakukan agar tetap terjaga sikap dan perilaku peserta didik saat melaksanakan kegiatan.

Secara internal, TPK bersama OSIS dapat membantu peserta didik lain yang membutuhkan uluran tangan. Tak terkecuali pada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Semua diperhitungkan secara masak untuk dapat menjadi salah satu sasaran giat kepedulian itu.

Sedangkan secara eksternal, TPK bersama OSIS dapat menyalurkan bantuan kepada fakir miskin dan kaum dhuafah. Hanya saja secara teknis, bentuk kepedulian itu langsung diserahkan kepada masyarakat yang bersangkutan. Sehingga OSIS harus bersosialisasi di masyarakat dan menyerahkan segala sesuatunya sesuai aturan yang sudah ditetapkan TPK.

Upaya-upaya edukasi secara praktik itu akan sangat besar pengaruhnya pada peserta didik. Minimal mereka dapat secara prinsip melakukan praktik giat peduli sosial dalam bentuk memberikan sumbangan pada masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian, para pengurus OSIS dan ekstrakurikuler akan menjadi ujung tombak dalam mensosialisasikan maupun mengimplementasikannya, baik dengan temannya di sekolah maupun dengan masyarakat.

Beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas, menjadi sebuah gambaran atas nilai luhur Pancasila sesuai Sila 2 Butir 6. Hakekatnya, sekolah dengan segenap potensi yang ada di dalamnya pasti mampu melaksanakan sekaligus mewujudkan P4 di sekolah.

‘Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Peribahasa itu sangat tepat sebagai gambaran atas nilai luhur Pancasila pada Sila 2 Butir 6. Hanya saja sangat dibutuhkan kerjasama dan kondisi yang harmonis di sekolah. Anda, saya, kita, dan mereka adalah sama-sama manusia. Jadi wajib bagi kita untuk saling hormat menghormati maupun mampu memanusiakan manusia yang lain. Begitulah sejatinya hidup ini dan semoga dapat bermanfaat bagi sekitar kita.

Akhirnya, upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan nilai luhur Pancasila pada Sila 2 Butir 6, harus dirumuskan secara adil dan bijaksana. Pancasila harus menjadi panduan kita dalam bermaysrakat, berbansa dan bernegara. Pancasila adalah ideologi bangsa ini untuk tetap berdiri kokoh, kuat, tangguh, bersatu dan damai. Sekolah dan Kita Pasti Bisa!*****

#TantanganGurusiana-49

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi!

18 Feb
Balas

Terima kasih atas supportnya Bapak. Salam sehat dan sukses selalu dalam berliterasi.

18 Feb

Semangat

18 Feb
Balas

Terima kasih supportnya Ibu dan semoga sehat selalu dalam segala hal

19 Feb

Mantap ulasannya

18 Feb
Balas

Terima kasih Bu. Kita semua pasti bisa kok....yang penting mau belajar. Karena saya juga masih harus belajar banyak dari yang lainnya.

18 Feb



search

New Post