Zaenal Arifin

Praktisi pendidikan matematika di SMPN 1 Bangorejo-Banyuwangi. Hidup di https://www.facebook.com/zaenal.math IG: @zaenal.math TW: @Arifna2014...

Selengkapnya
Navigasi Web

Botol Terakhir

Tak dapat dihindari. Sulit, sulit, dan sulit. Pertemanan, persahabatan, lingkungan. Aku hidup laksana gelandangan. Ke sana kemari, tak tentu arah. Asongan, begadang, minuman, gitar, semalaman. Tidak perlu dibayangkan, cukup aku. Ya, cukup aku saja.

Aku, anak lelaki satu-satunya. Hidupku berlama-lama di terminal. Pulang sekolah, tempat favoritku terminal. Habis makan, kembali ke terminal. Naik bus, turun bus, jreng-jreng, gitar tak pernah ketinggalan. Bento! Lagu Iwan Fals, kunyanyikan dengan lantang. Tiada takut apapun, siapapun. Upeti kutarik dari penumpang. Mata merah nanar, habis menenggak sebotol minuman. Masya Allah! Jika teringat masa itu. Berapa banyak dosaku? Mohon maafkan aku!

Terkadang menangis sedih, terbawa alunan, lirik Ayah, Ebiet G Ade. Sedih ayahku, anaknya belum kembali. Liar, terbawa deru bus jalanan. Tak terkendali, laksana metromini kehilangan kendali.

Kampanye, Ya, ingat masa kampanye. Waktu merah, kuikut merah. Waktunya kuning, aku pakai kaos kuning. Dan aku agak malu-malu, ketika gambar ka'bah kampanye. Aku tetap pakai, tapi sembunyi-sembunyi. Malu, ada rasa malu. Anak jalanan kok kampanye hijau. Kampanye partai alim ulama, merah dung!

Bagiku, apapun partainya tidak ada masalah. Yang penting dikasih uang, bensin, kaos, makan, dan uang saku. Jalan, berangkat, ngacirr. Suruh teriak apapun, tiada masalah. Yang penting tenggorokan basah.

Coblos nomor satu!

Coblos nomor dua!

Coblos nomor tiga!

Coblos Ka'bah!

Coblos pohon beringin!

Coblos banteng!

Malam hari? Pesta di terminal. Satu krat minuman keras. Bersama teman-teman, begitu nikmat. Tiada ingat apapun, hanya mabuk. Ya, mabuk. Huek! Huek! Huek! Teringat lagu Mabuk Judi atau Mabuk Lagi yang dinyanyikan Cucu Cahyati. Artis dangdut saat itu.

Hanya bersenang-senang. Tiada yang lain. Aku dan teman-temanku masih untung. Tidak bermain judi, atau pergi ke lokalisasi. Meskipun saat itu masuk lokalisasi begitu mudah. Nyaris siapapun boleh pesan wanita malam. Yang penting bayar.

Saat itu mentalku rusak berat, namun sekolah tetap jalan. Walaupun malam begadang, tetap shalat subuh. Entah diterima atau tidak, bukan urusan. Seliar-liarnya aku. Ketika ibu marah, aku hanya diam. Tidak berani jawab. Namun, lewat. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Tetap saja, semangat ke terminal. Botol demi botol kutenggak. Tiada puasnya. Tidak ada berhentinya.

Aneh, sebrutal-brutalnya aku. Tetap shalat. Ya, lima waktu. Seingatku tidak pernah bolong.

Puasa? Kok yo bisa. Alim mendadak satu bulan. Seperti artis televisi, tiba-tiba berjilbab. Umrah sekeluarga. Mendatangkan kaum duafa, buka puasa bersama. Ah! membicarakan orang. Aku berlumuran dosa. Hitam, kelam, tiada putihnya sama sekali.

****

Malam itu, aku merasa tidak nyaman. Minuman yang kutenggak rasanya pahit. Tidak seperti biasanya. Sangat pahit, dan aneh. Teman-temanku? Sudah KO semua. Mereka mabuk berat. Tertidur pulas. Mendengkur keras.

Kulihat jam di dinding kantor terminal. Pukul setengah tiga dini hari. Aku perhatikan teman-temanku. Tidur tak berdaya. Kupegang sebotol minuman rasa pahit tersebut. Tinggal itu saja, yang lain ludes di minum teman-teman.

Kuminum pelan-pelan. Sambil kuperhatikan mobil lalu lalang di jalan raya. Seakan aku tak mampu menghabiskan. Padahal biasanya, sruupp dadal.

Aku berdiri, berjalan, sambil kubawa sebotol minuman. Tanpa tujuan, menyusuri jalan raya. Sambil minum sedikit demi sedikit. Tegar, tidak gontai. Sadar, sesadar sadarnya.

Pemakaman, aku melalui pinggiran pemakaman umum. Teriak, ada teriakan sangat keras.

Ampun! Jangan siksa aku!

Ampun! Ya Allah Ampun!

Aku bingung, suara dari mana? Siapa berteriak? Disiksa siapa? Hilang, suara itu sudah tak terdengar.

Kubuang separuh botol minuman. Aku berlari, kencang, sangat kencang. Aku menuju musholla terdekat.

Mandi, aku mandi taubat. Berjanji, untuk berhenti. Tidak akan mengulang lagi. Terus kusiram tubuh ini. Hingga basah kuyup.

Seluruh tubuh, rambut hingga ujung kaki.

Aku harus pergi.

Jauh, tidak ke terminal lagi.

Selamat tinggal kawan. Selamat tinggal minuman. Cukup itu saja. Ya, segitu saja. Jangan ada yang ikut. Siapapun, jangan seperti aku.(*)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post