Zaenal Arifin

Praktisi pendidikan matematika di SMPN 1 Bangorejo-Banyuwangi. Hidup di https://www.facebook.com/zaenal.math IG: @zaenal.math TW: @Arifna2014...

Selengkapnya
Navigasi Web

Gula Makan Gula

"Maaf Kiai, anak laki-laki saya?" Suatu hari seorang ibu bertamu pada Kiai Andamari. Panggilan karibnya, Kiai Damar. Kiai yang satu ini linuwih. Memiliki intelegensi indra keenam. Sebagian masyarakat menyebutnya Wali. Meskipun Beliau tidak pernah mau dijuluki/dipanggil seperti itu.

"Maaf Bu, bagaimana maksudnya? Ada apa dengan anak lelaki Ibu?" Kiai Damar balik bertanya.

"Setiap saat anak saya nguntut, mengambil gula dari tempatnya. Setiap tiga hari sekali, saya harus membeli sekilo gula putih." Sang Ibu mengutarakan permasalahan yang dialami.

Bukan hanya habisnya gula yang relatif cepat. Namun ketakutan akan penyakit kencing manis. Lama kelamaan kandungan gula di tubuh anaknya bisa meningkat. Kekhawatiran akan diabetes militus menggelayut di pikiran Sany Ibu

"Inggih Bu, nanti seminggu lagi Ibu ke sini. Selama itu, sambil dibilangin agar anak ibu jangan makan gula."

"Ya Pak Kiai," ibu pun tidak bertanya lagi. Sambil dalam hati berjanji untuk datang kembali seminggu lagi.

****

Selama seminggu tidak henti-hentinya Sang Ibu memberi tahu anaknya. Agar tidak makan gula. Namun tetap saja, ketika Sang Ibu lengah gula di dapur bisa ludes. Tidak tahu, saat hamil anak tersebut, ngidam apa ibu dahulu.

Sang Ibu kembali lagi ke Kiai Damar. Menyampaikan keadaan yang terjadi selama seminggu. Nyaris tiada perubahan.

"Maaf Bu sebelumnya, apakah Ibu juga makan gula?" Tanya Pak Kiai Damar pada Sang Ibu di luar dugaan.

"Tidak pernah Kiai." Jawab Ibu.

"Apakah saat masak di dapur, Ibu tidak makan gula?" Pak Kiai Damar bertanya lebih detail.

"Ya kadang-kadang, saat memberi bumbu sayur atau masakan sedikit saya nguntut gula."

"Lha itu maksud saya." Kata Kiai Damar.

"Bagaimana Ibu melarang anak Ibu makan gula, Ibu sendiri masih makan gula." Kiai Damar menegaskan.

"Tapi Pak Kiai?" Sangkal Sang Ibu, seakan tidak menerima alasan Kiai Damar.

"Begini Bu, jika Ibu ingin didengar anak Ibu, harus konsisten. Jika Ibu melarang anak Ibu makan gula, maka jangan makan gula. Jika menyuruh anak Ibu sholat, maka Ibu harus sholat dahulu." Beber Kiai Damar.

Ibu itu hanya diam, tidak berani membantah. Untuk kemudian berpamitan undur diri. (*)

#Ibdak binafsik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang mengingatkan ....Terimakasih Pak Zaen...Barakallah..

02 Apr
Balas

Inggih sami2, barakallah fiik.

04 Apr



search

New Post