Tulisanku ini mungkin dirasa menjengkelkan. Bisa distempel kafir. Untungnya aku bukan politikus. Sehingga di hawa sremet-sremet tahun politik, tidak diseret. Wartawan tidak berbondong-bondong meliput. Dan tentu aku tak perlu susah payah press conference.

Bukan tanpa alasan. Hal ini terjadi padaku. Semoga pembaca tidak mengalaminya. Cukup aku, hanya aku saja. Anggota Gurusiana. Keluarga rumah besar Gurusiana yang terciduk.

Pada saat sore dan menjelang pagi hari. Rasanya istikamah aku membuka situs ini. Gurusiana? Iya! apalagi?

Prediksiku, hampir semua Gurusianer berlaku semacam itu. Apa benar anggapanku? Ya tidak tahu. Hanya Gurusianer sendiri yang mengetahui.

Pukul 17.35 WIB, anggap saja setengah enam sore. Masjid pesantren dekatku mengumandangkan azan. Rutin, selalu, istikamah. Hanya waktunya kadang maju, bisa jadi mundur.

Begitu juga pukul 04.15 WIB. Rutin azan subuh. Setiap hari, tidak pernah tidak. Waktu liburan pesantren? Tetap ada muazin, ada santri piket, jika perlu pengasuh pun bisa azan.

Bersamaan panggilan Tuhan tersebut, aku sedang asyik-asyiknya rapelan. Jika seharian atau semalaman tidak pegang HP, dua waktu tersebut yang aku gunakan rapelan. Membuka tulisan para Gurusianer. Satu demi satu. Azan? Lewat. Masya Allah!

Setan! Bukan Gurusiana. Ada Setan bersemayam. Entah dimana. Berbisik, merayu, untuk mendahulukan update para Gurusianer. Daripada azan. Dibandingkan panggilan Tuhan. (*)