Zaenal Arifin

Praktisi pendidikan matematika di SMPN 1 Bangorejo-Banyuwangi. Hidup di https://www.facebook.com/zaenal.math IG: @zaenal.math TW: @Arifna2014...

Selengkapnya
Navigasi Web
I Love You Kartiniku
R.A.Kartini. Sumber:tribunnews.com

I Love You Kartiniku

Organisasi bisa diibaratkan rumah tangga. Ketua ibarat ayah. Pengurus dan jajarannya bisa dianggap ibu. Kok banyak tugas ibu? Iyalah, sosok ibu memang multi tasking. Serba bisa, apa-apa bisa dikerjakan.

Terkadang kelihatannya ayahlah yang paling berjasa. Sukses rumah tangga. Ketenaran, anak berpendidikan tinggi, keturunan sholeh sholehah, dan seterusnya. Seakan hasil jerih payah kepala rumah tangga. Ibu tidak disebutkan, tak direkomendasikan, tak dituliskan.

Bayangkan tanpa pendamping seorang istri. Apa yang dapat dilakukan ayah?

Sekedar bikin segelas kopi, "Istriku, sayangku, tolong buatkan segelas kopi."

Baju kurang rapi, "Dindaku, nanti saya bertemu kolega. Bajuku tolong dirapikan."

Kaos kaki terselip, "Ma! Dimana Kau letakkan kaos kaki warna ini?"

Sarapan tidak cocok, "Bu! Kok masakan seperti ini. Ibu kan tahu, saya tidak suka jenis makanan ini."

Dan seterusnya, dan seterusnya, tiap jengkal ruangan rumah penuh dengan jasa ibu, istri.

Sangatlah dzolim, jika ayah mengklaim semua atas jasanya. Terjadi kesuksesan, sebab ulah tunggal kekuatannya. Justru ibulah yang lebih banyak. Waktu ibu yang digunakan untuk rumah tangga lebih mayoritas daripada waktu ayah.

Dalam organisasi pun kurang lebih sama. Ketua terkadang mencolok sebagai tokoh utama. Seakan-akan hasil design tunggal dirinya. Yang lain seakan tak ada. Apa-apa karena jasa ketua. Sekretaris, bendahara, humas, dan lain-lain tidak berguna. Apalagi hanya satpam, perlengkapan, tukang pungut sampah di lingkungan kerja.

Jika sikap merasa yang berjasa ini dipelihara terus menerus akan membuat tidak sehat. Baik kesehatan organisasi, maupun hati pribadi. Hati sang ketua merasa sok, sombong dan besar kepala. Hati yang lain selalu mencibir, penuh curiga, ada perasaan tidak terima dan seterusnya. Sikap berdasarkan hati sakit tersebut, suatu saat akan menimbulkan letupan. Tentu sebenarnya sama-sama tidak diinginkan kedua belah pihak. Akan berakibat negatif pada pribadi dan organisasi.

Hari Kartini dan Nishfu Sya'ban layak kita jadikan momentum. Untuk introspeksi diri sendiri, baik sebagai pribadi, ayah, ketua, ibu, atau pengurus organisasi. Tidak banyak yang dapat kita lakukan sebagai pribadi. Akan di luar perhitungan, jika dilaksanakan bersama tim. Kita bukan siapa-siapa tanpa teamwork. Ayah tiada apa-apanya tanpa keluarga yang luar biasa.

Tiada perlu merasa berjasa setiap melakukan sesuatu. Karena sebenarnya harus dirasakan itu hasil teamwork. Bukan hasil pribadi-pribadi.

Raden Ajeng Kartini tidak berpikir untuk dirinya, menjadi seorang yang berjasa, atau menjelma jadi Pahlawan Wanita. Beliau memikirkan nasib para perempuan di zamannya.

Berbekal spiritual tafsir Al Qur'an Faidlur Rahman Mbah Sholeh Darat, serta melihat nasib gadis seumuran di lingkungannya, Beliau tuliskan keluh kesahnya. Nasib bangsa dan seterusnya.

Harapannya setelah masa kegelapan di zaman Beliau, ada titimangsa. Terdapat masa terang benderang para kaum dan bangsanya.

Nishfu Sya'ban masa pelaporan amal hamba pada Tuhannya. Sudah seberapa baik amal perbuatan kita. Sampai dimana keterpurukan, bergelimangnya kita dengan dosa-dosa. Semakin terperosok ke dalam jurang, atau segera sadar diri. Berdiri, berlari secepat kilat menuju Ilahi, fafirruu ila robbi. Selanjutnya istikamah menjalani setengah tahun yang dilalui. Bagian akhir kehidupan dunianya. Gelar husnul khatimah di jalan-Nya, mampukah kita sandang. Tidak hanya kelihatannya, namun merasuk dalam hakiqotul amri. Benar dan sebenarnya. Hakul yakin. Dzohiron wa bathinan.

****

Ah, Bu Kartini Kau memang luar biasa. Istriku, Engkaulah Kartiniku. Kaupun sungguh luar biasa. Teman-teman teamwork ku, Jenengan semua sungguh luar biasa. Top markotop, aku bukan siapa-siapa dan tidak ada apa-apanya. (*)

Krasak, 21 April 2019

#Renungan Kartiniku

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul tulisannya Pak Zae.....Barakallah...

22 Apr
Balas

Amin, matur nuwun sampun pinarak Bu Rini. Barakallah....

22 Apr



search

New Post