Maafkan aku pernah menyita HP mu. Saat pelajaran matematika Engkau bermain ML (Mobile Legend). Begitu asyiknya, sehingga tidak tahu tiba-tiba aku di dekatmu.

Ibumu, aku undang ke sekolah. Di tengah-tengah kesibukannya mencari nafkah tergopoh-gopoh ke sekolah. Ibumu hebat, single parent, luar biasa. Bapakmu, entah tiada kabar yang jelas.

Aku merasa bersalah. Merepotkan ibumu. Pekerjaannya harus terganggu. Pasti pendapatannya berkurang hari itu.

Tapi masya Allah, ibumu mementingkan ke sekolah. Demi anak satu-satunya. Engkau diharapkan sukses di masa depan. Tidak ingin anaknya susah. Tidak bernasib seperti ibu dan bapak.

Ibumu justru berterima kasih. Meminta maaf atas kesalahanmu. Aku berulang-ulang memohon maaf. Merepotkan beliau. Mengganggu pekerjaan beliau. Ibumu tetap berterima kasih dan memintaku menyimpan HP mu. Dengan berbagai alasan. Hingga Ujian Nasional berakhir.

*****

Setelah sekian lama. Engkau datang dengan pakaian gagah perkasa. Badan tegap, senyum merekah. "Terima kasih Pak," Engkau ucapkan kalimat sederhana itu. Kemudian Kau cium tanganku berlama-lama. Terasa hangat, ada tetes air mata. Ah, mataku ikutan penuh. "Nak, salaman dengan bapak ibu guru yang lain," kataku menutupi.

Memori otakku berputar, mengulang peristiwa-peristiwa. Namamu pun aku lupa. Maafkan aku, telah lupa namamu. Terima kasihlah pada ibumu. Beliau luar biasa. Aku bukan apa-apa. Bukan pula siapa-siapa. [*]