ZAENOL HASAN

Zaenul Hasan, lahir di Kabupaten Jember, 19 Juni 1970. Alumni SDN Patemon 1 (1983), MTsN 1 Jember (1986), SMA 2 Jember (1989), D3 Pendidikan Bahasa Indone...

Selengkapnya
Navigasi Web

BERANI TEGAS HABISI PERGAULAN BEBAS? SIAPA TAKUT!

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pergaulan adalah kehidupan pertemanan atau cara bermasyarakat. Bebas sendiri memiliki arti kata tidak terhalang atau tidak terikat aturan. Berdasarkan definisi tersebut, dapatlah diartikan pergaulan bebas adalah suatu tindakan pertemanan yang tidak terikat oleh segala peraturan dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Banyak faktor yang menyebabkan anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Ada banyak penyebab remaja melakukan pergaulan bebas, khususnya kalangan pelajar. Faktor tersebut di antaranya adalah lemahnya kontrol diri, gaya hidup yang hanya copy paste, kurangnya nilai keagamaan yang ditanamkan dalam diri anak, kurangnya perhatian dari orangtua dan keluarga, tingkat pendidikan keluarga yang minim, broken home, ekonomi keluarga yang pas-pasan, kondisi lingkungan, dan penyalahgunaan internet. Faktor penyebab tiap remaja mungkin berbeda, tetapi semuanya berakar pada penyebab yang utama yakni kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan tingkat emosional. Dari penyebab utama tersebut, muncullah perilaku yang tak terkendali pada remaja, pola pikir rendah dan salah, sikap mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa, kegagalan remaja dalam menyerap norma, rasa penasaran dan pemahaman perasaan yang labil.

Berdasarkan beberapa faktor penyebab tersebut, disinyalir cukup banyak dampak yang ditimbulkan. Ada beberapa anak/remaja yang merasa bangga terhadap pergaulan yang tidak sepantasnya dilakukan hanya semata-mata untuk menyenangkan diri, tidak ingin dianggap rendah, dan rasa gengsi yang berlebih. Ada beberapa anak/remaja yang berpikir negatif dan cenderung mengambil langkah salah untuk menghibur diri hanya karena kekecewaan terhadap orangtuanya yang terlalu otoriter, sekolah yang memberikan tekanan terus-menerus lewat banyaknya tugas dan menurunnya prestasi, dan lingkungan masyarakat yang menambah masalah bukan mengatasi masalah. Ada beberapa anak/remaja yang hanya karena ingin terlihat modern atau bergaya, mengadopsi budaya Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan agama. Bahkan ada beberapa anak/remaja yang memiliki keyakinan “harus, wajib” berpacaran dan “dilegalisasi” oleh orang tuanya.

. Melihat cukup banyak dampak yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas, orang bijak tentu tidak hanya pandai mencemooh, memarahi, membenci, menghakimi, menyalahkan, dan memberikan sanksi seberat-beratnya, tetapi akan menyodorkan solusi terbaik dalam mengatasinya. Solusi pertama misalnya dengan menanamkan nilai-nilai agama, moral, dan etika. Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam diri anak/remaja antara lain pendidikan agama, moral (akhlaqul karimah), dan etika dalam keluarga dan masyarakat. Sudah barang tentu, kerjasama guru, orang tua, dan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai tersebut sangat diperlukan agar mudah diserap oleh anak/remaja. Pendidikan hendaknya tidak hanya mengajarkan kemampuan intelektual/pengetahuan, tetapi juga mengembangkan kemampuan emosional/sikap agar dapat melatih kepercayaan diri dan mengambil keputusan yang tepat. Solusi kedua misalnya memberikan penyuluhan, sosialisasi, dan pembiasaan pada anak/remaja. Dalam penyuluhan pada anak/remaja perlu dibahas mengenai batas-batas penyimpangan yang masih dianggap dalam batas-batas normal. Semua itu dikemukakan dengan latar belakang norma-norma yang berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat. Kalau gerakan sederhana ini dimulai dari keluarga, maka persoalan pergaulan bebas dapat diminimalisasi sekecil mungkin karena keluarga adalah lingkungan belajar pertama untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan. Solusi ketiga misalnya memperbaiki cara/sudut pandang anak/remaja. Bangunlah sikap optimis dan hidup dalam “kenyataan” sehingga apabila mendapat kekecewaan dapat menanggapinya dengan hal yang positif. Solusi keempat misalnya melatih dan membiasakan berpikir jernih dalam mengambil sebuah tindakan dan gunakanlah waktu luang untuk melakukan kegiatan yang positif. Solusi kelima misalnya dengan membentuk, memoles, mengasah, dan mengasuh anak/remaja untuk selalu berpikir dan memprioritaskan kebahagiaan masa depan bukan kesenangan sesaat pada masa sekarang. Solusi keenam adalah berani tegas habisi pergaulan bebas dengan menegakkan aturan hukum, aturan adat, atau aturan-aturan lain yang memberikan efek “jera” dan taubatan nashuha tanpa pandang bulu.

Zaenol Hasan terlahir ke dunia 53 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 19 Juni 1970 di satu desa pinggiran Kabupaten Jember, yaitu Desa Patemon Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Sempat menjadi guru honorer di MAS Arjasa, MTsN 5 Jember, SMA Muhammadiyah 3 Jember, dan MTsN 1 Jember. Sejak tahun 1999 diangkat sebagai PNS dan ditempatkan di MTsN 7 Jember. Tahun 2005 dimutasi ke MTs Negeri 1 Jember

Jawa Timur sampai sekarang. Alamat E-mail yang bisa dihubungi adalah [email protected] dan WA aktif: 081249171709.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post