Zaidatul Rahmayanny, S.Pd, M.AP

Saya seorang guru Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di SMPN 21 Batam. Menamatkan Sekolah Dasar di SDS Yayasan Bahtera Dwipa Abadi PT RSUP, Pulau Burung. SMP d...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERDAMAILAH WAHAI HATI! Lanjutan Part 6
rizkisangpemimpi.wordpress.com

BERDAMAILAH WAHAI HATI! Lanjutan Part 6

Setelah Amar menyampaikan tujuannya Azan magrib pun berkumandang,

“Sudah azan yuk kita solat, nanti setelah selesai solat saya tunggu kamu dipintu dekat parkiran ya”. Kata Amar berpesan pada Shanum.

“oke bang” jawab Shanum mengiyakan perintah Amar.

Selesai sholat Shanum menuju parkiran seperti yang diperintahkan Amar tetapi sesampai disana ia tidak mendapati Amar disana, ia melihat sekeliling parkiran namun tidak tampak batang hidung laki-laki itu. Karena belum juga kunjung datang Shanum melihat sebuah kursi dipojokan parkir, ia bergegas menuju kursi tersebut untuk istirahat sebentar, baru saja duduk Shanum melihat sosok Amar dari jauh dengan membawa dua botol minuman ditangannya ia sengaja tidak memanggil Amar dan membiarkan Amar untuk menunggu dan mencarinya. Amar mendekati motornya dan duduk disana dan mencoba merogoh saku celananya untuk mengambil sesuatu, tampak ia mengeluarkan sebuah ponsel, sepertinya ia akan menelpon Shanum.

Dreeettttt Dreeeetttt Dreeet, ponsel Shanum bergetar dan ternyata benar, Amar menelpon Shanum.

“Kamu dimana dik, saya sudah diparkiran”. Terdengar suara Amar dari seberang telepon.

“Shanum juga diparkiran” Jawab Shanum singkat

“Lah, dimananya?, ucap Amar sambil melihat sekeliling parkiran dan ia mendapati sosok Shanum yang sedang duduk sambil tersenyum puas karena sudah mengerjai Amar. Shanum beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Amar.

“Oh jadi kamu ngerjain saya? Ni minuman untu kamu” kata Amar sambil memberikan satu botol minuman pada Shanum.

“Tidak, cuma Shanum capek aja nunggu abang gak keluar-keluar kebetulan melihat kursi disitu makanya Shanum duduk disitu”.

“Saya tadi kekantin dulu beli minum, kasian kamu kan dari mall tadi belum minum”. Jelas Amar pada Shanum.

“Ayo kita pulang sekarang, saya sudah terlalu lama membawa anak gadis orang tua kamu,”

Shanum tersenyum bahagia, ternyata Amar begitu peduli padanya meskipun itu sesuatu hal yang kecil dan sangat gampang dilakukan seorang laki-laki.

Perjalanan dari masjid agung kerumah Shanum lumayan jauh, mereka harus melewati beberapa lampu merah. Shanum merasa waktu perjalanan terasa begitu cepat meskipun diperjalanan tidak ada pembicaraan antara ia dan Amar, ia hanya diam dan terus memikirkan apa yang diucapkan Amar ditaman masjid sore tadi. Shanum masih tidak yakin ada seorang laki-laki yang mengajak ia menikah, seorang laki-laki kaku beku kata teman-temannya dengan serius dan tanpa ragu-ragu mengajak ia menjalani kehidupan bersama. Sungguh sore itu adalah sore yang sangat berkesan untuk Shanum. Setelah mengantar Shanum pulang Amar langsung pamit untuk pulang karena ada tugas kantor yang harus ia selesaikan. Amar melajukan motor dan berlalu pergi dan hadapan Shanum.

Hari berganti hari berlalu begitu cepat, setelah pertemuan terakhir Shanum dan Amar mereka tidak pernah bertemu lagi karena sibuk dengan aktifitas masing-masing. Komunikasi diantara mereka tetap terjaga meskipun tidak sesering sebelumnya tapi mereka saling mengerti satu sama lain. Entah ada angin apa Shanum tiba-tiba mengirim pesan pada Amar yang isinya menanyakan kapan Amar akan datang menemui orang tuanya. Amar hanya menjawab agar Shanum terus berdoa agar Amar dapat segera datang dalam waktu dekat. Sebenarnya bukan itu jawaban general seperti itu yang diinginkan Shanum, ia ingin Amar menjawab dengan pasti sehingga ia tau sampai kapan ia harus menunggu.

Seminggu sudah sejak pesan terakhir Shanum pada Amar, tidak ada komunikasi sama sekali antara mereka. Shanum merasa enggan untuk memulai komunikasi dengan Amar, ia takut Amar merasa tertekan dengan pesan yang ia kirim. Disisi lain Amar juga tidak ada mengubungi Shanum, mungkin karena Amar terlalu sibuk menyiapkan urusan kantornya yang tak pernah selesai. Siang sepulang kerja Shanum sempat berselisih jalan dengan Amar tapi mereka tak saling bertegur hanya senyum yang saling mereka lempar, seperti ada sesuatu yang berbeda dari tingkah mereka seperti tidak memiliki hubungan apapun diantara mereka, seperti seseorang yang pernah berjumpa disuatu seminar lalu dipertemukan dijalan atau seperti tamu orang tua yang sesekali kita lihat, entahlah apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka saling membatasi.

BERSAMBUNG…….

Besok lagi ya J

Batam, 19 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu

20 May
Balas

Asiyap ibu :)

20 May



search

New Post