Zainul Abidin

Pengajar yang masih mencari jati diri...

Selengkapnya
Navigasi Web
Putri dan Cintanya yang Hilang (Bagian ke-2)

Putri dan Cintanya yang Hilang (Bagian ke-2)

Tantangan hari ke-21

#tantangangurusiana

Hari Senin pagi Ninja hijau berhenti di depan rumah sederhana Putri, Zaki membunyikan klakson sepedanya sambil sedikit memblayer motor dengan cc besar itu. “Ibu,,,, Putri berangkat dijemput Zaki… Assalamualaikum…” Putri pamit serta ijin kepada ibunya. “Iya hati-hati ya…. Jangan ngebut” Bu Emi berpesan kepada Putri. Jam 6.55 Zaki dengan mogenya sampai di gerbang sekolah, Putri berdiri di porstep motor tersebut lalu turun, Putri lalu menuju kelas menaruh tasnya dan tas milik Zaki kemudian kembali ke lapangan untuk melaksanakan upacara.

Sehabis upacara seluruh siswa langsung masuk kelas, namun Putri dan Zaki malah menuju halaman belakang sekolah. Zaki mengajak duduk santai berdua di bawah pohon ketepeng yang cukup teduh, kalau dari kejauhan mereka berdua tidak akan terlihat karena terhalang dinding jejeran toilet sekolah. Di situ mereka ngobrol berdua, “Put kamu besok setelah lulus SMA mau kuliah di mana? Kuharap kita besok bisa satu kampus ya..” Zaki mengawali obrolan di pagi itu, Putri terdiam sambil berfikir ibuku tidak akan mampu bila aku harus kuliah sekampus dengan Zaki, Zaki itu anak orang kaya pasti akan kuliah di perguruan tinggi ternama dan favorit. “Gak tahulah Zak…. Aku akan kuliah di mana… yang penting kujalani dulu aja kehidupanku saat ini”.

“Tapi put…. Aku sangat berharap kita bisa satu kampus saat kuliah” Zaki berkata sambil memegang kedua telapak tangan Putri dan mereka berdua berdiri. Dengan tetap kedua telapak tangan Zaki dan Putri saling berpegangan Putri berkata pada Zaki “Zak… aku ini anak orang gak punya sedangkan kamu anak orang berada, gak mungkin aku bisa kuliah di perguruan tinggi yang favorit… aku sudah tidak punya ayah, ibuku harus mencari nafkah sendiri gak mungkin uang pensiunan ayahku cukup untuk biaya kuliah di perguruan tinggi favorit” Tampak mata Putri berkaca-kaca sambil berkata pada Zaki, Putri teringat ayahnya yang sudah meninggal.

Tiba-tiba datang Pak Bimo guru BP yang saat itu sedang bertugas sebagai guru piket. “Hai Putri, Zaki sedang apa kamu di situ… sekolah ini bukan untuk pacaran…” Pak Bimo memperingatkan Putri dan Zaki yang sedang berduaan. “nggak pak…. Kita tidak pacaran… kita tidak ngapa-ngapain Pak…” Putri mencoba menjelaskan kepada Pak Bimo sambil bibirnya agak bergetar karena ketakutan. “ udah kamu berdua sekarang ke ruang BP sama saya”? ucap pak Bimo kepada dua siswa tersebut. “Besok orang tuamu harus datang ke sekolah untuk menyelesaikan permaslahan ini”, Pak Bimo-pun menulis surat panggilan orang tua.

Esoknya ayah Zaki dan ibunya Putri datang ke sekolah memenuhi panggilan guru BP. Pak Bimo menjelaskan kejadian pada Senin pagi kemarin. “Begini bapak ibu, Zaki dan Putri ini kemarin setelah mengikuti upacara tidak langsung masuk kelas, mereka berdua berada di belakang toilet sekolah, mereka pacaran “ Pak Bimo menjelaskan kronologi yang dilakukan oleh Putrid an Zaki. Kami mohon bantuan Bapak dan Ibu untuk ikut menasehati mereka berdua, saat ini mereka tugasnya adalah belajar”

Setelah mengisi surat pernyataan kedua orang tua tersebut mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih ke pak Bimo lalu keluar dari ruang BP. Tampak ibunya Putri dan bapaknya Zaki berdialog dengan anaknya masing-masing.

“Putri ibu harap kamu jangan ulangi lagi ya…. Saat ini kamu harus fokus belajar ya nak…” Bu Emi mencoba untuk menasehati putrinya tersebut. “Iya bu… Putri inta ma’af” putri minta maaf lalu memeluk ibunya erat-erat. Bu Emi lalu keluar dari kamar Putri, sedangkan Putri melanjutkan belajarnya.

Putri menyesali apa yang dilakukan tadi pagi, tidak biasanya Putri meninggalkan kelas. Dalam hati Putri harus menuruti apa nasehat ibunya tadi namun dia juga tidak bisa mengingkari hatinya yang benar-benar cinta kepada Zaki. Zaki selama ini bisa menjadi sosok laki-laki yang memberikan kasih sayang padanya.

Sementara itu di ruang tengah rumah mewah berwarna coklat muda berlantai dua terlibat perbincangan yang serius. Kedua orang tua Zaki menyampaikan kepada Zaki bahwa dia harus memutuskan hubungannya dengan Putri dan dia harus pindah sekolah. “Zak.... Papa dan Mama sudah mengambil keputusan bahwa mulai minggu depan kamu harus pindah sekolah ke Indramayu, kamu tinggal bersama kakek di sana”.

“Lo... Pa.. Ma... saya tetap ingin sewkolah di sini pa... aku gak mau pindah...” Zaki mencoba untuk menolak apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya. “Pokoknya kamu harus menurut nasehat papa dan mama, kamu tidak boleh menolak” Papanya Zaki menegaskan kembali kepada Zaki. Zakipun berdiri melnagkahkan kakinya ke dalam kamar, diambil bantal lalu dibanting ke atas lantai kamarnya, “Uuhhccc kenapa semua harus jadi begini?? Aku tidak bisa jauh dari Putri”

Esok harinya Putri masuk sekolah seperti biasa, jam pelajaran pertama dimulai, Putri menengok ke belakang, dia tidak melihat sosok Zaki yang selama ini selalu menggodanya saat pelajaran. Dia berpikir apakah Zaki sedang sakit atau kenapa? Jam pertama sampai keempat terlihat Putri kurang fokus dalam mengikuti pelajaran.

Pukul 09.45 adalah saatnya jam istirahat, Putri dan Aurel keluar kelas menuju kantin sekolah. “Put.. kamu ke kantin dulu ya.. aku mau ke toilet dulu, jangan lupa aku pesankan bakso ya” Aurel berpesan kepada putri lalu langsung belok kiri menuju toilet perempuan. Putri pesan 2 mangkok bakso dan es teh. Sambil menunggu pesanan Putri memainkan HP andoidnya yang sudah terlihat jadul. Disaat asik-asiknya Putri memainkan jarinya di layar android tiba-tiba Aurel datang dengan berlari kecil.

“Putri Putri kamu tahu ndak berita hari ini” Aurel mencoba bertanya kepada Putri.

“Berita apa sih Rel... kok kamu serius banget...” Putri balik bertanya sambil meletakkan Hpnya.

“Kamu ini gimana sih Put.... Zaki... Zaki... sekarang sudah tidak sekolah di sini Put” Aurel memberitahu kabar tentang Zaki kepada Putri. Tampak Putri tidak percaya dengan apa yang dikatakan Putri.

“Apa Rel..... Zaki pindah sekolah? Ah.. nggak pasti kamu bercanda kan Rel?” Putri nyerocos bertanya kepada Aurel sahabatnya, Degup jantungnya lebih cepat dari biasanya, dia berharap Aurel hanya menggodanya.

“Beneran Puuutt.... tadi aku lihat Zaki bersama papanya keluar dari gerbang sekolah, terus saya ketemu pak Heri waka kesiswaan katanya mulai hari ini Zaki pindah sekolah ke Indramayu” Aurel menjelaskan dengan nada serius. Tampak Aurel menatap wajah sahabatnya yang mendadak suram, wajah yang biasanya manis dan cantik sekarang tampak terlihat sedihan, semyum simpul yang biasanya selalu muncul mendadak berubah. Tampak Putri hanya memainkan sendok dan garpu yang dipegangnya di atas mangkok, tatapan kosong terlihat di mata Putri, tiba-tiba mutri berdiri dan melangkahkan kakinya ke toilet.

Aurel bergegas menghabiskan pentol bakso yang sudah di dalam mulutnnya lalu lari kecil ke toilet menyusul Putri. Aurel melihat Putri mengusap air matanya yang tak mampu membendungnya. “Rel.... kenapa ini harus terjadi?? Aku gak bisa Rel.. gak bisa...” Aurel memeluk Putri dan mencoba menenangkannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post