Dalam hidup kita tidak bisa terlepas dari konsep matematika. plus minus, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, senantiasa kita temui di kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam erhitungan pahala dan dosa, reward yang diberikan oleh Allah, seringkali disampaikan dalam bentuk angka.

Dalam konsep matematika, titik nol itu bukan titik terendah. Masih ada angka yang lebih rendah daripada nol, yaitu angka minus yang diawali atau ditandai dengan tanda negatif (-). Begitu juga dalam perilaku. Jika dikonversi pada perilaku, maka katakan saja, minus itu adalah perilaku yang negatif.

Apa yang menyebabkan seseorang ada diangka negatif? Atau apa yang membuat seseorang melakukan hal negatif? Tentu saja, perilaku negatif berawal dari perasaan negatif. Misalnya, memukul adalah perilaku negatif. Penyebabnya biasanya adalah rasa marah, yang merupakan perasaan negatif juga.

Ini gambaran umum saja, siapapun boleh membantahnya. Karena memang tidak sedikit orang yang membawa lari rasa marahnya dengan melakukan hal-hal positif. Tapi setidaknya, mungkin dia mencoba memaafkan dan tidak nyaman dengan rasa marah itu. Ia tidak menyimpannya.

Mari simpulkan saja, jika ingin melakukan banyak hal positif, maka harus memiliki perasaan yang positif juga. Artinya kita harus terus berjuang menggeser titik negatif itu ke titik positif. Atau ketika sedang berada di perasaan positif, kita berjuang untuk tetap diposisi tersebut. sulit ya? Karena memang banyak hal terjadi diluar kendali dan kontrol kita.

Di dalam konsep matematika (garis bilangan), ketika sedang berada di titik negatif dan ingin bergeser ke titik positif , maka harus melalu titik nol. Dalam hal perasaan, titik nol itu kita beri nama "memaafkan". Memaafkan kesalahan orang lain dan diri sendiri. Memaafkan apapun yang terjadi di masa lalu, juga memaafkan orang yang memberi luka paling dalam, paling perih.

Ketika seseorang mampu memaafkan, maka tidak ada perasaan negatif di dalam dirinya. Dengan kata lain, akan bersih dan sehat hatinya. Tidak ada penyakit hati seperti marah, dendam, benci. Bahkan ia tak akan tersakiti oleh keadaan orang lain yang lebih hebat, lebih baik, lebih beruntung. Memaafkan akan merubah sesak menjadi lega, benci menjadi rindu, murung menjadi tersenyum, permusuhan jadi persahabatan.

Dampak dari memaafkan itu sungguh besar. Bahkan dimasa Nabi Muhammad saw, ada pemuda anshor yang dijamin masuk surga karena memaafkan. Dikatakan bahwa ibadahnya tidak begitu istimewa. Setelah diselidiki ternyata setiap malam sebelum tidur, ia selalu memaafkan siapapun yang menyakiti dirinya. Diceritakan lebih lanjut, ia tidak marah dengan siapapun, tidak pernah iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Dengan melegakan perasaan setiap malam, tentu tidur pun lebih nyaman. Hati tenang, di dunia bahagia, di akhirat masuk surga. Luar biasa.

Dengan memaafkan artinya juga memahami hakikat takdir. Memahami hakikat hidup, dan menerima segala ketidaksempurnaan yang ada sebagai sebuah kesempurnaan. Memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk melakukan hal besar. Dengan memaafkan, kita bisa belajar apa artinya ridha. Ridha dengan segala ketentuan Allah. Sehingga semoga Allah pun ridha kepada kita.

Ayo memaafkan. Atas apapun itu. Lalui titik nol yang bernama "memaafkan" itu. Agar selanjutnya hidup kita selalu mengarah pada hal yang positif. In syaa Allah.